Bogor, 27 Oktober 2020
Dr. Rosida Amalia, M.Pd. merupakan guru Bahasa Indonesia yang melakukan banyak terobosan PJJ untuk mata pelajaran Bahasa Indonesia di sekolahnya. Guru yang telah menyelesaikan strata tiga Ilmu Pendidikan dan berpangkat Pembina utama dengan golongan IV/c ini memiliki segudang prestasi dan kegiatan professional. Jabatan ketua MGMP Bahasa Indonesia selama tiga periode yakni sejak tahun 2009 s.d. 2016 ini membuktikan bahwa guru harus tetap belajar dan mengembangkan pedagogik serta profesionalitas untuk menyadarkan siswa akan pentingnya belajar.
Tempat mengajarnya di SMPN 2 Cihaurbeuti adalah salah satu sekolah negeri yang berada di wilayah Kecamatan Cihaurbeuti, beralamat di Jalan Panjalu (Legok Kandang) dengan luas tanah 9.450m2. Sebagian besar siswanya berasal dari desa-desa terdekat dengan jarak tempuh jalan kaki ke sekolah. Kondisi sosial ekonomi siswa rata-rata menengah ke bawah. Mata pencaharian orang tua siswa antara lain buruh tani, pedagang, dan karyawan industri rumah tangga. Kepedulian masyarakat sekitar terhadap sekolah cukup baik, tetapi belum dapat membantu pengembangan sekolah. Maka, sebagai guru yang telah mengabdi selama 20 tahun di sekolah itu, beliau merasa berkewajiban melakukan banyak hal demi kemajuan sekolahnya. Salah satunya pada masa pandemic covid 19 beliau memberikan alternatif pembelajaran jarak jauh Bahasa Indonesia.
PJJ Bahasa Indonesia di SMPN 2 Cihaurbeuti dilakukan seminggu sekali, tepatnya setiap hari Senin sesuai jadwal pembelajaran yang telah ditentukan sekolah. PJJ dilakukan dalam kelas maya dengan menggunakan google classroom dan google drive. Namun, beliau tetap memberikan pelayanan pembelajaran kepada para siswa yang tidak bisa mengakses google classroom dengan menggunakan aplikasi whastapp. Baginya, pembelajaran adalah hak setiap siswa dan pada masa pendemi covid 19 ini dibutuhkan pembelajaran yang bisa melayani siswa secara berbeda.
“Siswa SMPN 2 Cihaurbeuti memiliki latar belakang yang beraneka ragam dilihat dari tingkat ekonomi, sosial, dan pendidikan orang tua,” jelas Dr. Rosidah, M.Pd. Berdasarkan perbedaan siswa dengan segala keunikannya, beliau menyusun strategi pembelajaran jarak jauh yang dapat diakses semua siswa.
Ini pun tidak bisa berlangsung dengan mulus. Ada saja kendala yang dihadapi, seperti: siswa tidak memiliki gawai, gawai yang dimiliki siswa tidak support atau ‘jadul’, dan lain-lain. Melihat kenyataan tersebut, beliau tidak patah semangat. Masih ada acara lain agar PJJ tetap terselenggara di sekolahnya.
Sebagai contoh, penilaian satuan pendidikan yang sudah dilakukan awal bulan ini, Penilaian Tengah Semester ganjil, terdapat banyak siswa yang tidak mengikutinya. Sekolah pun membuat kebijakan yaitu guru BK melakukan home visit ke rumah siswa yang bermasalah tersebut. Selain itu, tindakan berikutnya adalah memberi kesempatan bertemu antara wali kelas dengan orang tua melalui kegiatan pembagian laporan hasil Penilaian Tengah Semester (PTS) ganjil. Kegiatan tersebut dilakukan dengan dua shift. Saat itulah, siswa yang masih belum menuntaskan PTS atau tugas suatu mata pelajaran didampingi wali kelas menyelesaikannya pada saat itu juga.
Solusi lain adalah adanya pertemuan secara berkala dengan komite sekolah agar dapat mendukung semua program yang disusun sekolah. Tentunya, ini bukan dilakukan masa saat ini saja, tetapi juga untuk kegiatan sekolah lainnya. Sebagai contoh, pengembangan literasi di sekolah tersebut. Hal ini merupakan kontribusi lain yang telah diberikan beliau untuk sekolah sebagai ketua literasi hingga pada tahun lalu berhasil meraih juara umum lomba menulis essai juara satu lomba menulis puisi tingkat kabupaten.
Harapannya, SMPN 2 Cihaurbeuti dapat terus meningkatkan kualitas sekolah. Secara output, dapat meraih hasil AKM (Assesmen Kompetensi Minimal) dengan memuaskan. Dengan hasil AKM yang memuaskan itu menjadi potret yang baik untuk sekolah. Tidak hanya itu, siswa juga memperlihatkan kemampuan untuk menganalisis, mengintegrasi suatu masalah selama siswa menghadapi kehidupan. Secara outcome, siswa mampu bersaing di dunia kerja bagi yang tidak bisa melanjutkan sekolah.
