Mohon tunggu...
Nurfadhilah
Nurfadhilah Mohon Tunggu... Konsultan - Beramal demi ridha Allah
Akun Diblokir

Akun ini diblokir karena melanggar Syarat dan Ketentuan Kompasiana.
Untuk informasi lebih lanjut Anda dapat menghubungi kami melalui fitur bantuan.

Seorang ibu rumah tangga dan pemerhati dunia Islam

Selanjutnya

Tutup

Humaniora

Yuk, Muliakan Bulan Rajab!

13 April 2018   06:08 Diperbarui: 13 April 2018   08:34 229
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Humaniora. Sumber ilustrasi: PEXELS/San Fermin Pamplona

Tak terasa, kita sudah sampai di penghujung bulan Rajab yang mulia ini. Allah swt telah menetapkan 4 bulan haram (suci) dari 12 bulan. Salah satu diantaranya adalah bulan Rajab, bulan yang saat ini sedang kita jalani. Allah swt menetapkan kemuliaan dan kehormatan yang ada di dalamnya wajib dijaga.

Jika melakukan kedzaliman pada bulan-bulan lain dilarang, maka Allah menegaskan keharaman melakukan kedzaliman di bulan haram ini dengan menmpakan dosa yang lebih besar. Baik itu mendzalimi orang lain ataupun diri sendiri. Sebaliknya, amal sholeh yang dilakukan di bulan ini akan dibalas dengan pahala yang lebih besar dari bulan yang lain.

Banyak peristiwa terjadi di Bulan Rajab, diantaranya, hijrah pertama kaum muslim ke Habsyah, isra' mi'raj nya Rasul, momen pertemuan Rasul dan kaum Anshor, peralihan kiblat kaum muslim dari masjidil Aqsa ke Masjidil Haram. Inilah peristiwa mulia yang terjadi di bulan Rajab. Kaum muslim menjaga kemuliaan bulan Rajab dengan mempersembahkan amal terbaik dan prestasi monumental yang dicatat dengan tinta emas sejarah untuk kemuliaan Islam dan kaum muslim.

Sayang, kini bulan Rajab berlalu begitu saja. Ini terjadi seiring dengan hilangnya pemahaman dan kesadaran umat akan kemuliaan bulan Rajab. Terutama setelah Islam dibuang dari kancah kehidupan. Tepatnya, pada tahun1924, saat runtuhnya Khilafah Ustmani oleh kaki tangan penjajah. Sehingga umat Islam pun dirundung malapetaka yang tiada berkesudahan. Namun demikian, yakinlah dengan izin Allah dan pertolongan-Nya, semua malapetaka akan berakhir dan berganti dengan kegemilangan.

Karena itu, hendaklah kita memastikan diri menjadi bagian dai barisan orang-orang yang mendapat kemuliaan dari Allah swt. Caranya dengan meneguhkan dan mengokohkan tekad serta menggelorakan semangat. Juga berpartisipasi semaksimal mungkin sesuai dengan potensi dan kemampuan kita dalam perjuangan untuk menerapkan syari'ah Islam secara kaffah.

Wallahu a'lam bish shawab.

By. Siti Sadja'ah

Mohon tunggu...

Lihat Konten Humaniora Selengkapnya
Lihat Humaniora Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun