Mohon tunggu...
Luqman Hakim
Luqman Hakim Mohon Tunggu... Desainer - Tinggal di Depok masih pengen jadi orang kreatif, terus, sampai tua, sampai nggak bisa kreatif lagi.

Orang biasa dan bukan siapa-siapa. Bukan wartawan, bukan penulis, bukan kartunis, bukan komikus, bukan fotografer, bukan desainer, bukan animator, jangan juga nuduh Art Director apalagi Creative Director, bukan dan bukan, pokoknya bukan siapa-siapa. Cuma orang biasa yang pengen tetep selalu kreatif.

Selanjutnya

Tutup

Sosbud

Merancang Konsep Berkeluarga dan Berketurunan

29 Juli 2010   07:25 Diperbarui: 26 Juni 2015   14:30 564
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Ada yang masih ingat gambar ini? Gambar di belakang uang koin pecahan Rp 5 yang sekarang sulit dicari karena langka. Ya, gambar ini adalah logo Keluarga Berencana, biar asik baiknya disingkat saja menjadi KB. Singkatan yang di masa sekarang seperti raib ditelan runtuhnya rezim Orde Baru. Sebelum menelusur lebih jauh, ada baiknya kita dengarkan bersama lagu nostalgia berikut ini: Keluarga Berencana dalam Sejarah Dunia

KB sebenarnya bukan peninggalan Soeharto, gerakan ini sudah ada sejak jaman Soekarno, meski bisa dibilang juga ini bukan dari bagian rancangan kepemerintahannya. Gerakan keluarga berencana lahir dari pemikiran dokter pribadi Soekarno yang bernama dr. R. Soeharto. Ia bersama dukungan dari Prof. Sarwono Prawirohardjo, dr. H.M. Judono, dr. Hanifa Wiknjosastro juga Dr. Hurustiati Subandrio, mendirikan LSM Perkumpulan Keluarga Berencana Indonesia (PKBI) tanggal 23 Desember 1957. Dideklarasikan di Jl. Sam Ratulangi No. 29 Jakarta. Tujuannya menciptakan keluarga Indonesia yang bahagia, sehat dan sejahtera. Maklum, di masa itu angka kematian ibu dan bayi tergolong tinggi, keprihatinan akan pentingnya keluarga Indonesia yang sehat dan sejahtera menjadi landasan utamanya. PKBI pun menjadi lembaga yang menangani masalah kesiapan masyarakat akan pernikahan hingga menjadi sebuah keluarga. Berbagai konsultasi dari psikologi hingga medis diberikan, seperti pemeriksaan kesehatan calon suami isteri, pemeriksaan dan pengobatan kemandulan dalam perkawinan, juga berbagai nasihat akan pengaturan kehamilan. Melirik ide dasar dari lembaga KB di Indonesia, ternyata hal ini sudah banyak dicanangkan oleh negara-negara lain. Bukan cuma di beberapa bagian negara yang peduli masalah KB, sebuah lembaga internasional, International Planned Parenthood Federation (IPPF) sudah berdiri sejak tahun 1952 di Bombay, India. IPPF merupakan rancangan bersama negara-negara yang peduli pada kaum perempuan di mana mereka memiliki hak untuk mengendalikan kesuburannya sendiri.
Para pendiri IPPF adalah para aktivis perempuan yang tergolong keras menyuarakan feminisme di negaranya, sebut saja seperti:
  • Margaret Sanger (1879–1966) asal Amerika yang mendirikan lembaga KB American Birth Control League (ABCL) di tahun 1921. Ia adalah penentang paling depan dari Undang-Undang Comstock 1873 yang melegalkan materi-materi pornografi berikut informasinya boleh dikirimkan lewat pos. Akibat UU itu, kehamilan tidak terkontrol sebab Amerika mulai meminati seks bebas. Banyak bayi di luar nikah yang lahir kemudian menjadi terlantar karenanya. Beberapa kali Sanger harus masuk penjara karena penentangan akan UU ini.
  • Elise Ottesen-Jensen (1866–1973) asal Swedia yang mendirikan lembaga edukasi untuk pendidikan seks di tahun 1933, Riksförbundet för Sexuell Upplysning (RFSU). Elise meski tidak separah Sanger sampai di penjara akibat penentangan atas UU, ia termasuk orang yang keras menyuarakan pentingnya perempuan sadar akan hak-haknya, seperti mengontrol diri sendiri atas kehamilan dan seksualitas. Menurutnya sering kali perempuan jadi sasaran tembak atas kesalahkaprahan anggapan peran bahwa ibu adalah hanya sebagai mesin beranak belaka.
  • Dhanvanthi Rama Rau (1893–1987) asal India yang mendirikan lembaga KB Family Planning Association of India di tahun 1949. Ia adalah istri dari ekonom India terkemuka, Sir Benegal Rama Rau. Bisa dibilang sejarah hidup Dhanvanthi tidak serumit Elise apalagi Sanger, ia hanya orang yang peduli pada kesehatan ibu dan anak yang merasa penting untuk memberikan informasi edukasi seksualitas, reproduksi dan kehidupan keluarga yang bahagia dan sejahtera di India.

Saat berdiri, IPPF diaklamasikan oleh 8 negara, yaitu Amerika, Swedia, India, Inggris, Belanda, Hongkong, Singapura dan Jerman Barat. Indonesia bergabung ke IPPF tahun 1967, yang kemudian pada tahun 1981 IPPF mengadakan konferensi besar tingkat dunia yang diadakan di Jakarta. IPPF kini telah memiliki anggota 149 negara, bekerja sama dengan badan PBB yang menangani masalah kesehatan, ibu dan anak seperti WHO, UNICE, UNDP, dan UNPF. Selain itu beberapa industriawan khusus alat-alat KB juga bekerja sama dengan IPPF, sebut seperti Durex yang tergolong loyal jadi sponsorship dalam setiap kegiatan. Kantor pusat IPPF sekarang berlokasi di London. Dua Anak Cukup dan Singgungan atas Pelanggaran HAM

Di masa Soeharto, bisa jadi kita sangat teringat dengan slogan "dua anak cukup, laki-laki atau perempuan sama saja". Hal yang bertolak belakang dengan gambaran keluarga pemimpin Indonesia saat itu. Tapi sudahlah, jangan berburuk sangka dulu, bisa jadi Pak Harto memang tengah merancang masalah kependudukan dengan serius. Kepedulian akan KB yang awalnya berbentuk LSM di jaman Soekarno, diberi tempat khusus sebagai lembaga yang mengurusi masalah keluarga Indonesia. Dibentuklah Badan Koordinasi Keluarga Berencana Nasional (BKKBN) lewat Keppres No. 8 tahun 1970. Tentu saja hal utama yang dituju adalah pengendalian kelahiran (birth control) dalam kaitannya dengan pencegahan ledakan penduduk. PKBI sebagai LSM masih ada hingga sekarang, ikut juga menggalakkan pentingnya mengatasi kelahiran. Tanggal 21 Mei 1998, akibat banyaknya tekanan, Pak Harto mengundurkan diri dari tampuk kepresidenan yang didudukinya selama 32 tahun. Tanggal ini juga diingat orang sebagai hari keruntuhan Orde Baru. Kebebasan berbicara, berpendapat, juga berserikat yang selama ini dibelenggu jadi terbuka lebar. Orang jadi teramat bebas mengkritisi kebijakan-kebijakan pemerintah Orde Baru dengan dalih reformasi. KB adalah salah satu yang jadi bagian pengkritisian itu karena program ini dianggap dibesarkan di masa Soeharto. Berbagai diskusi hingga pernyataan sikap menentang KB bermunculan, salah satunya adalah bertolak dalam pandangan Islam yang menyatakan secara parsial bahwa KB itu terlarang. Rujukan yang diambil adalah: Menikahlah kamu agar mempunyai banyak keturunan (keluarga besar). (Hadist Riwayat Tabrani dalam kitab Al Mu’jam Al Kabeer) Hal yang juga diriwayatkan dalam hadist lain: Nikahilah wanita-wanita yang penuh kasih sayang lagi subur (banyak anak), karena sungguh aku akan menyaingi umat-umat yang lain dengan bilangan kalian pada hari kiamat kelak (Hadist Riwayat Ahmad dan Ibnu Hibban) Dalil ini yang menjadi dasar penolakan terhadap KB, meski hal yang berkenaan dengan ledakan penduduk perlu jadi pikiran utama yang melandasinya. Bumi bertambah tua dengan penduduk yang milyaran jumlahnya, tentu tak ingin jadi faktor utama memperbanyak jumlah umat tanpa memperdulikan kualitasnya. Rasulullah SAW tentu menginginkan umat yang banyak dan berkualitas, bukan cuma sekedar banyak, tapi jauh dari berkualitas. Sedikit informasi, hadist di atas juga sering menjadi rujukan atas anjuran poligami, tapi tulisan ini takkan membahas poligami, sudah dibahas di tulisan terdahulu (baca: Sifat Dasar Laki-Laki Apakah Setuju Poligami). Hanya saja, tuduhan pelanggaran Hak Azasi Manusia menjadi tema utama dalam penentangan atas anjuran KB. Ngapain sih ngelarang-larang orang mau punya anak banyak? Konsepkan Keluarga Bersama Pasangan, Barulah Menikah
Idealnya berumah tangga adalah merumuskan secara bersama hidup berpasang-pasangan dalam satu atap. Di mana di dalamnya ada unsur seks yang halal, memperpanjang silaturrahmi, memperluas sanak-kerabat, serta berketurunan. Dalam hal berketurunan, sering kali pasangan punya mimpi-mimpi yang ideal; ingin punya anak sekian dan mendidik anak dengan cara demikian. Hal ini juga yang sering membuat beberapa pasangan kesal dengan anjuran membatasi keturunan. Kalo gue mampu, emang kenapa? Situ sirik? Cuciaaaann... deh lo! Bila disikapi dengan negatif, bisa jadi hal ini yang timbul, tapi lain halnya bila berpikir dalam konteks membentuk keluarga sehat, bahagia dan sejahtera. Urusan anak urusan sekian, itu masalah kesuburan dan tinggal diserahkan pada Sang Maha Pemberi Hidup mau memberi keturunan sebanyak apa atau malah tidak diberi sama sekali. Kualitas anak lebih utama ketimbang kuantitas. Ya, selamat Hari Keluarga Nasional (HARGANAS) di hari ini, hari Kamis tanggal 29 Juli. Semoga jadi keluarga yang bahagia, rukun dan sentosa, selamanya...

Mohon tunggu...

Lihat Sosbud Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun