Aku masih tertidur pagi ini. Semalam cukup lelah mempersiapkan banyak hal. Menunggu hari istimewa nanti. Ah, benar-benar tidak sabar.
Aku masih mendengar dan sedikit merasakan saat itu. Suara televisi di ruang keluarga benar-benar menggangguku. Samar terdengar lezatnya suara slurup minuman warna-warni beraneka rasa sedang ditayangkan. Menyegarkan tenggorokanku yang semakin dahaga. Tahan sebentar lagi, nanti sore aku pasti bisa menikmatinya. Terdengar pula ibuku menawarkan sarapan padaku. Aku cukup kesal seolah dibujuk untuk memakan makanan yang sedang tidak boleh dimakan. Arghh rasanya menyebalkan.
Perlahan suara berganti menjadi percakapan anak-anak tentang makanan. Camilan yang katanya segar dimakan di segala kondisi. Ah sabar, beginilah ujian orang sedang dilarang menuruti kehendak sendiri. Tapi mengapa banyak sekali percakapan tentang makanan itu. Serasa air lir sudah bercucuran sampai ke leher membasahi sesuatu di sana. Terdengar menggoda sekali di telinga dan lidahku.
Suara itu kembali berganti dengan dua bocah. Satu botak dan satunya lagi berambut sekuncir. Antara ada dan tiada rambutnya. Apakah mereka tidak penasaran atau melakukan sesuatu terhadap rambut mereka? ah entahlah. Tapi suara si bocah yang ingin memakan ayam guring benar-benar mengganggu. Suara decapan lidah dan gigi menggema di segenap telingaku. Lagi-lagi mereka memperebutkan sepotong ayam bumbu itu. Sabarlah aku sedang dilarang makan tapi kalian berebut makanan di depanku. Haduh siapa lagi yang sedang menonton televisi siang-siang begini.
"Gun.....gun....bangun Gun" Ibuku membangunkan aku dari tidurku.
"Hmmmm" Aku menyahut malas.
"Gugun ayo bangun, makanya habis Sholat subuh jangan tidur lagi" Kata ibuku.
"Iya iya buk, ini juga mau bangun" Masih menyahut dengan mata terpejam.
"Ya langsung cuci muka atau bagaimana begitu, ini tinggal kamu yang belum sarapan" Ibu kembali menyuruhku bangkit dari tidurku.
"Ha yang benar saja bu, orang lagi puasa kok disuruh sarapan" Aku terkejut dan langsung membuka mata.
"Oh kamu sudah mulai puasa ya meskipun belum bulan ramadhan ya?" Ibu menyahut keterkejutanku tadi.