Mohon tunggu...
Luna Septalisa
Luna Septalisa Mohon Tunggu... Administrasi - Pembelajar Seumur Hidup

Nomine Best in Opinion 2021 dan 2022 | Penulis amatir yang tertarik pada isu sosial-budaya, lingkungan dan gender | Kontak : lunasepta@yahoo.com

Selanjutnya

Tutup

Diary Pilihan

Catatan Kompasianival 2022: Apa yang Membuat Saya Tetap Menulis

5 Desember 2022   10:43 Diperbarui: 5 Desember 2022   11:10 319
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
poster kompasianival 2022-sumber gambar: kompasiana.com

Kekuatan Kata-kata

Dulu, saya belum tahu kalau kata-kata bisa punya kekuatan yang sama bahkan lebih dahsyat dari sebutir peluru. 

Namun, entah kenapa sejak masa peralihan dari anak-anak ke remaja, saya sering punya perasaan tak biasa pada kata-kata. Misalnya, ketika membaca, entah novel, puisi, cerpen atau apapun, saya bisa tiba-tiba berhenti di halaman, paragraf, kalimat bahkan kata tertentu untuk sekadar berimajinasi. 

Saya sering penasaran bagaimana orang bisa menarik pembaca masuk dalam dunia imajinasi yang dia ciptakan melalui rangkaian kata dalam tulisannya. 

Jika saya tidak bisa menciptakan dunia imajinasi yang demikian besar, setidaknya saya ingin tulisan-tulisan saya menjadi 'rumah', 'tempat berteduh' atau 'ruang aman', bukan hanya bagi saya tapi juga bagi pembaca. Doakan ya, semoga tulisan saya bisa seperti itu.

Mencatat Pengalaman Perempuan

Setiap perempuan punya ceritanya masing-masing. Yang menghalangi mereka untuk bercerita seringkali adalah rasa malu dan takut. Gimana gak malu dan takut kalau pengalaman perempuan sedikit-sedikit dibenturkan dengan kata 'aib dan 'tabu'? 

Yang lebih menyedihkan dari pengalaman perempuan adalah ketika perempuan dijauhkan dari kesadaran dan dibungkam suaranya. 

Perempuan yang mengalami, yang merasakan, yang terkena dampak, tapi dijauhkan dari kesadaran, seolah apa yang terjadi padanya adalah kodrat. Padahal apa yang disebut sebagai 'kodrat perempuan', sebagian besarnya adalah konstruksi sosial. 

Mau dibilang sebagai aktivisme digital, tentu sangat jauh. Mau dibilang mengedukasi, siapa saya? Anggap saja tulisan saya sebagai curahan isi hati seorang perempuan yang suka galau dan overthinking. 

***

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Diary Selengkapnya
Lihat Diary Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun