Mohon tunggu...
Luna Septalisa
Luna Septalisa Mohon Tunggu... Administrasi - Pembelajar Seumur Hidup

Nomine Best in Opinion 2021 dan 2022 | Penulis amatir yang tertarik pada isu sosial-budaya, lingkungan dan gender | Kontak : lunasepta@yahoo.com

Selanjutnya

Tutup

Sosbud Artikel Utama

Woke Culture: Menjadi Kaum 'Woke' Tanpa Main Hakim Sendiri

10 Februari 2021   10:43 Diperbarui: 11 Februari 2021   22:03 3717
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Istilah woke atau stay woke pertama kali dicetuskan oleh musisi kulit hitam, Lead Belly, dalam sebuah rekaman Scottsboro Boys yang dirilis pada tahun 1938 silam. 

Ia menggunakan frasa stay woke untuk mengingatkan akan ancaman rasisme terhadap warga kulit hitam. 

Jika dilihat dari sejarahnya, penggunaan istilah woke atau stay woke memang erat kaitannya dengan komunitas kulit hitam sebagai akibat dari diskriminasi dan kekerasan rasial yang kerap mereka terima dari orang-orang kulit putih. 

Oleh karena itu, woke culture atau wokeism sering digunakan sebagai jargon gerakan Black Lives Matter (BLM). 

Pada perkembangannya di era modern, wokeism digunakan dalam konteks aktivisme umum. Inilah sebabnya, mereka yang rajin mengamati ketidakadilan sosial dan berusaha membangun kesadaran terhadap hal itu, sering disebut sebagai orang yang 'woke'. 

Kritik Atas Woke Culture 


Woke culture pada dasarnya memiliki agenda atau tujuan yang baik, yaitu menyadarkan siapa pun tentang isu-isu sosial dan mengajak orang lain untuk melakukan aksi nyata. 

Namun, kenyataannya, kini istilah woke atau stay woke mengalami peyorasi sehingga orang-orang sering bereaksi sinis terhadapnya. 

Hampir sama dengan istilah SJW (Social Justice Warrior) atau dalam bahasa Indonesia berarti Pejuang Keadilan Sosial. Tidak jarang mereka dicap sebagai orang yang galak, ribet dan tidak simpatik ketika memberi tahu orang lain. 

Makanya kadang muncul sindiran seperti, "maha benar SJW dengan segala firmannya", "SJW can do no wrong", "kebenaran hanya milik SJW" dan lain-lain. 

Kritik tentang woke culture pernah diungkapkan oleh kolumnis, Alex Beams, pada 2017 lalu melalui artikel yang berjudul "Not Woke and Never Will Be". Beams mengatakan dalam artikelnya bahwa woke culture ini semata-mata untuk mengotak-ngotakkan manusia. 

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
  5. 5
Mohon tunggu...

Lihat Konten Sosbud Selengkapnya
Lihat Sosbud Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun