Mohon tunggu...
Prima Luna
Prima Luna Mohon Tunggu... Ilmuwan - Peneliti BB-Pascapanen. Alumnus S3 University of Reading, United Kingdom

Koordinator Harian Demfarm Pertanian Korporasi Karawang

Selanjutnya

Tutup

Healthy

Potensi Monolaurin sebagai Anti Virus Covid-19

21 Juni 2020   15:55 Diperbarui: 21 Juni 2020   15:54 510
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Kesehatan. Sumber ilustrasi: FREEPIK/Schantalao

Monolaurin adalah monogliserida dari asam laurat yang merupakan salah satu produk turunan dari minyak nabati yang memiliki keistimewaan. Kegunaan monolaurin adalah sebagai bahan pengawet pangan dan antiseptik. Saat ini monolaurin sudah banyak digunakan dalam industri kosmetik, farmasi dan obat-obatan. Produk paten dari monolaurin yang sudah beredar adalah Lauricidin(R). 

Monolaurin dilaporkan memiliki kemampuan menghancurkan virus herpes dan HIV-1 yang merupakan jenis virus berselubung lemak di bagian luarnya. Covid-19 juga termasuk virus dengan amplop atau selubung luar mengandung lemak dan protein. Lalu apakah monolaurin juga berpotensi sebagai anti virus Covid-19? Selain berfungsi sebagai antivirus, monolaurin juga efektif menghambat sel vegetative B. cereus dan L. monocytogenes.

Produk monolaurin dapat diproses dari berbagai macam minyak yang memiliki kandungan asam laurat tinggi seperti Destilat Asam Lemak Minyak Kelapa (DALMIK), minyak kelapa, minyak inti  sawit, dan asam laurat komersial itu sendiri. Asam laurat merupakan asam lemak jenuh rantai sedang yang mengandung 12 atom karbon dan tidak memiliki ikatan rangkap.   Monolaurin berpotensi dan memiliki khasiat untuk menangkal virus Covid-19.

 

Komponen Aktif dan Khasiat

Monolaurin tersusun atas sebuah asam lemak laurat dan dua gugus hidroksil bebas yang menempel pada sebuah molekul gliserolnya. Bagian asam lemak laurat atau rantai asil lemaknya bersifat lipofilik dan dapat bercampur dengan bahan-bahan yang berlemak, sedangkan grup hidroksilnya bersifat hidrofilik dapat bercampur dengan air.


Monolaurin termasuk monoasilgliserol (MAG) yang dapat digunakan sebagai emulsifier dalam pangan, farmasi, dan industri kosmetik. Sifat fisikokimia asam laurat banyak dimanfaatkan oleh industri pencuci, misalnya pada industri shampo. Natrium laurilsulfat adalah turunan yang paling sering dipakai dalam industri sabun dan shampoo, sedangkan pada industri kosmetik, asam laurat ini berfungsi sebagai pengental, pelembab dan pelembut.

Sifat monolaurin tersebut efektif menghambat pertumbuhan bakteri seperti dilaporkan pada penelitian sebelumnya. Monolaurin dapat mengakibatkan kerusakan membran, menyebabkan kebocoran protein intraselular dan asam nukleat sehingga menurunkan aktivitas enzim yang berperan dalam metabolisme pada bakteri gram positif. Sedangkan, proses monolaurin dilaporkan dapat menghambat virus berselubung lemak seperti herpes, HIV-1, influenza, pneumovirus, rubeola, sarcoma virus, dan berpotensi pula pada COVID 19.

Mekanisme monolaurin menghambat virus tersebut adalah dengan mengikat amplop lemak-protein virus sehingga mencegah virus menempel dan masuk ke dalam sel inang serta mencegah infeksi serta replikasi virus terjadi. Hasil penelitian juga menunjukkan bahwa monolaurin efektif memecah amplop dan membunuh virus tersebut. Seperti layaknya Sodium lauryl sulfate pada sabun yang telah menunjukan dapat melarutkan dan mendenaturasi selubung virus walaupun dalam konsentrasi sedikit.   

Intervensi monolaurin telah dilakukan oleh beberapa negara yang terinfeksi pandemi Covid-19 untuk mencegah dan mengobati influenza, swine flu, herpes, dan infeksi lainnya. Bahkan di Filipina digunakan pula pada pasien yang terpapar Covid-19. Monolaurin juga digunakan untuk terapi sindrom kelelahan kronis yaitu kondisi yang membuat seseorang sering merasa lelah pada waktu lama. Gejalanya meliputi nyeri otot dan sulit berkonsentrasi yang berlangsung selama setidaknya 6 bulan. Kemudian, monolaurin juga dikonsumsi untuk meningkatkan sistem imun tubuh. Sayangnya di Indonesia potensi produksi dan pemanfaatan monolaurin ini belum optimal, padahal Indonesia adalah penghasil minyak nabati tertinggi di dunia.

Pembuatan Produk

Pembuatan MAG dilakukan secara kimia dan enzimatis. Cara kimia merupakan cara yang paling banyak digunakan dalam industri, namun reaksi kimia seperti ini berlangsung lama, tidak selektif, dan menggunakan energi dalam jumlah besar. Selain itu, cara ini akan menghasilkan produk samping yang tidak dikehendaki seperti warna gelap, rasa terbakar, dan flavor yang menyimpang.

Sintesis MAG secara enzimatis menjadi pilihan peneliti beberapa tahun terakhir, karena aktivitas katalitik enzim yang sangat tinggi dan kemampuannya bekerja pada suhu relatif rendah. Sintesis enzimatis dapat dilakukan dengan hidrolisis, esterifikasi asam lemak, transesterifikasi ester asam lemak dan gliserolisis minyak atau lemak dengan menggunakan enzim lipase. Berkembangnya teknologi enzim imobil meningkatkan stabilitas enzim, salah satu enzim imobil yang banyak digunakan adalah Lipozyme dan Novozyme.   Faktor-faktor yang menentukan agar sintesis MAG secara esterifikasi enzimatis berlangsung optimal antara lain: faktor suhu, waktu reaksi, dosis enzim, dan jumlah pelarut yang digunakan.

Dosis dan Efek samping

Penggunaan monolaurin sebagai produk suplemen dan obat tergantung pada usia, kesehatan, dan beberapa kondisi lainnya. Berdasarkan rekomendasi pada penggunaan monolaurin komersial dilaporkan bahwa 0.75 gram atau kurang atau tiga kali sehari adalah dosis awal selama seminggu penggunaan. Kemudian, penggunaannya dapat ditingkatkan menjadi 1.5 gram sebanyak dua atau tiga kali sehari setelahnya.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Healthy Selengkapnya
Lihat Healthy Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun