Mohon tunggu...
Lulyana Aulia
Lulyana Aulia Mohon Tunggu... Mahasiswa - Mahasiswa

ig : lulyans_ // mahasiswa kesehatan STIKes Mitra Keluarga

Selanjutnya

Tutup

Ruang Kelas

Elder Abuse pada Lansia

4 Oktober 2021   11:25 Diperbarui: 4 Oktober 2021   11:27 1012
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Ruang Kelas. Sumber Ilustrasi: PAXELS

Apa itu kekerasan pada Lansia? Apa saja jenis-jenisnya? Bagaimana cara meminta perlindunga? Bagaimana cara penanganannya? Mari kita kenali jenis-jenis kekerasan yang cukup beragam dan sering terjadi tanpa keluarga sadari.

Penuaan merupakan bentuk penurunan kondisi fisik, mental, peningkatan resiko penyakit dan berakhir kematian (WHO, 2018). Semakin bertambahnya umur manusia, terjadi proses penuaan secara degeneratif yang akan berdampak pada perubahan-perubahan pada diri manusia, tidak hanya perubahan fisik, tetapi juga perubahan kognitif, perasaan, sosial, dan seksual. Orang yang sudah memasuki usia lanjut adalah orang yang dengan keterbatasan fisik maupun mental akan lebih rentan mendapat perlakuan tindakan kekerasan (Romadhon & Sugiarto, 2019).

Dalam pasal 1 Undang-Undang Pemberantasan Tindak Pidana Perdagangan Orang, kekerasan adalah setiap perbuatan secara melawan hukum, dengan atau tanpa menggunakan sarana terhadap fisik dan psikis yang menimbulkan bahaya bagi nyawa, badan, atau menimbulkan terampasnya kemerdekaan seseorang (KEMENPPA, 2019). Tindakan kekerasan pada lansia merupakan tindakan yang disengaja atau kelalaian (tidak sengaja) terhadap lansia baik dalam bentuk pengabaian, fisik/ tenaga atau luka fisik, psikologis oleh orang lain atau keluarga seperti suami atau istri, anak, dan cucu yang disebabkan adanya kegagalan pemberian asuhan, nutrisi, pakaian, pengawasan, dan perlindungan yang dibutuhkan oleh lansia (Fadhilah, 2015).

Apa saja bentuk kekerasan yang bisa saja terjadi pada lansia?

Ada banyak bentuk kekerasan yang terjadi pada lansia, diantaranya kekerasan seksual, yaitu dengan sasaran daerah organ seksual dan menggunakan organ kelamin pelaku sebagai alat kekerasan. Lalu, kekerasan fisik, meliputi penganiayaan kepada fisik badan korban. 

Tanda dan gejala yang mungkin muncul akibat kekerasan fisik-seksual adalah trauma yang tidak dapat dijelaskan (luka goresan, tusukan, bilur, memar, patah, terbakar dan tanda penggunaan pengekangan), penyakit menular seksual. Kemudian kekerasan emosi atau verbal, biasanya penganiayaan verbal yang tidak beralasan, meliputi bentakan, ancaman, hinaan, ejekan, sindiran, dan penganiayaan lain kepada psikis korban. 

Tanda dan gejala yang mungkin muncul akibat kekerasan verbal adalah malas bicara seputar pelaku, menunjukan ketakutan pada pelaku, ketidakpedulian pelaku untuk meninggalkan korban sendiri. Eksploitasi ada lansia, yaitu merujuk pada penyalahgunaan atau ketidaktepatan penggunaan keuangan dan barang berharga lansia. . 

Tanda dan gejala yang mungkin muncul akibat eksploitasi adalah tiba-tiba korban tidak mampu membayar tagihan, pernyataan lansia tentang kehilangan sesuatu yang bernilai. Isolasi sosial, membatasi pemenuhan kebutuhan sosialisasi lansia. Tanda dan gejala yang mungkin muncul akibat isolasi sosial adalah Lansia sering melamun, tidak mau berkumpul dengan lingkungan, menyendiri,  pernyataan lansia merasa kesepian dan dibatasi pergaulannya (Fadhilah, 2015; Tri Peni, 2013; Wiyono, 2017).

Dampak yang dialami lansia akibat kekerasan dapat dalam bentuk dampak jangka pendek maupun jangka panjang. Dampak psikologis merupakan salah satu dampak jangka panjang yang akan menurunkan kualitas hidup lansia. Trauma fisik dan tekanan mental berulang sering dialami lansia korban abuse dalam jangka pendek. Dampak kekerasan dapat bersifat fatal dan mengakibatkan kematian, seperti kasus Shaken Elderly Syndrome dan Perricide (Ida Bagus Putu Alit, 2020).

Lalu, bagaimana bila terjadi tindak kekerasan pada lansia?

Apabila lansia ditemukan mengalami kekerasan di lingkungan keluarga, segera lapor kepada kader agar ditindaklanjuti kasus kekerasan pada lansia. Kemudian kader melapor ke Puskesmas terkait kekerasan pada lansia. Puskesmas akan menentukan penanganan pada lansia tersebut dan memberikan tindak lanjut keluarga terkait pembinaan dan konseling pengetahuan merawat lansia.

Hasil penelitian (Maryam et al., 2012) menunjukkan bahwa ada hubungan bermakna antara pengetahuan merawat dengan beban merawat. Keluarga yang mempunyai pengetahuan kurang tentang cara merawat lansia berpeluang mengalami beban tinggi dalam merawat lansia. Hal ini sejalan dengan pendapat Notoatmodjo (2003), menyatakan pengetahuan menimbulkan kesadaran yang akhirnya menyebabkan orang berperilaku sesuai pengetahuan yang dimiliki. 

Pentingnya pendidikan kesehatan lansia kepada keluarga yang merawat lansia dapat meningkatkan kepercayaan diri dan kepuasan keluarga dalam merawat lansia. Hasil penelitian (Maryam et al., 2012) bahwa menunjukkan meningkat kemampuan keluarga merawat lansia maka kepuasan akan meningkat.

Apa saja yang perlu keluarga ketahui dalam merawat lansia?

Menurut (Wiyono, 2017), yang perlu keluarga ketahui, yakni marah konstruktif adalah mengekspresikan marahnya secara konstruktif/tepat dengan cara yang baik pada orang lain yang ada disekitarnya,  dengan tujuan untuk melatih kemampuan seseorang dalam mengenali dan mengekspresikan marahnya secara tepat. Lalu relaksasi sederhana adalah relaksasi yang bersumber dari diri sendiri berupa kata-kata/kalimat pendek ataupun pikiran yang bisa membuat pikiran tenteram. 

Tujuannya adalh Memberikan perasaan nyaman, mengurangi stres khususnya stres ringan, memberikan ketenangan, mengurangi ketegangan.  Kemudian pengelolaan stres akibat merawat lansia didasarkan pengalaman pribadi. Catatan pengalaman stres akan membantu mengidentifikasi tingkat stres, sehingga dapat memutuskan suatu tindakan didasarkan pada pengalaman sendiri. Dan ketrampilan perawatan dasar meliputi : membantu dan memberi makan, memandikan, membantu eliminasi, mengukur suhu dan membantu memberi obat oral.

Daftar Pustaka :

Fadhilah, R. (2015). Gambaran perilaku kekerasan pada lansia di RW XIV Kelurahan Surau Gadang Wilayah Kerja Puskesmas Nanggalo Padang. Skripsi (Online), Poteknik Kemenkes Kesehatan Padang.

Ida Bagus Putu Alit. (2020). ASPEK MEDIKO LEGAL PADA LANSIA. 148, 148–162.

KEMENPPA. (2019). Profil perempuan indonesia. Profil Perempuan Indonesia, xviii+216 halaman.

Maryam, R. S., Rosidawati, R., Riasmini, N. M., & Suryati, E. S. (2012). Beban Keluarga Merawat Lansia Dapat Memicu Tindakan Kekerasan dan Penelantaran Terhadap Lansia. Jurnal Keperawatan Indonesia, 15(3), 143–150. https://doi.org/10.7454/jki.v15i3.2

Romadhon, B., & Sugiarto. (2019). Pengaruh Senam Lansia Terhadap Tingkat Kebugaran, Lemak Tubuh Dan Kekambuhan Nyeri Sendi Pada Lansia. Journal of Sport Sciences and Fitness, 5(2), 104.

Tri Peni. (2013). KEKERASAN PADA ANAK (child abuse) DI PENDIDIKAN ANAK USIA DINI MOJOKERTO. 5(2), 1–18.

WHO. (2018). Ageing and health. https://www.who.int/news-room/fact-sheets/detail/ageing-and-health

Wiyono, J. (2017). Pencegahan Dan Penanganan Kekerasan Terhadap Lansia. Perpustakaan Poltekes Malang, 1–32. http://perpustakaan.poltekkes-malang.ac.id/assets/file/karyadosen/5_PENCEGAHAN_DAN_PENANGANAN_KEKERSASAN_TERHADAP_LANSIA_(Buku_Panduan_Kader).pdf

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Ruang Kelas Selengkapnya
Lihat Ruang Kelas Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun