Saat "Yang Dicintai Terlalu Dalam" Memutuskan Hilang

Kehilangan selalu menjadi hal paling menyakitkan dan mimpi buruk bagi manusia, terlebih lagi jika mengenai orang terdekat dan tersayang. Setiap manusia yang dihadirkan di hidup kita sudah mempunyai jatah waktu sendiri-sendiri yang telah ditetapkan. 

Jika waktunya sudah habis, mau tidak mau kita akan ditinggalkan. Sang waktu tidak mau peduli dengan keadaan kita, ia tidak menunggu kita siap atau juga memperingatkan kita sebelumnya untuk belajar mengikhlaskan. 

Saat segalanya menjadi menyenangkan dan berharga, sang waktu tampil dengan watak kejamnya. Tapi kita tak pernah tau apa yang dimaksudkan dan coba diajarkan Tuhan atas rasa kehilangan yang menimpa kita.

Kehilangan itu ada bermacam-macam bentuknya, kali ini saya akan membahas dan sedikit bercerita mengenai kehilangan sosok yang sangat dicintai. Tentunya saya memiliki banyak pengalaman terkait kehilangan. Namun yang akan saya bahas sekarang bukan mengenai cerita saya melainkan tentang cerita dari sahabat terdekat saya.

Kehilangan itu ada dengan bermacam-macam sebab, dan kehilangan yang paling menyakitkan menurut saya adalah kehilangan sosok yang paling kita cintai sebab dia sendiri yang memutuskan dan ingin menghilang dari kehidupan kita tanpa kita tau mengapa. Isitilahnya sekarang ini adalah di-ghosting.

Banyak diantara kita yang ahli dalam mencintai satu orang dalam waktu yang lama dan mendalam. Salah satunya saya, juga sahabat saya yang akan saya ceritakan.

"Musuh Jadi Cinta." begitu kira-kira kalimat yang pas untuk menggambarkan cerita cinta sahabat saya. Awalnya saling mengejek dan bertengkar lalu lama-lama jadi dekat dan salah satunya memendam rasa. 

Saat memendam rasa, kita tak pernah tau apakah kita memendam rasa untuk orang yang tepat, untuk seseorang yang tidak akan pernah mengecewakan kita. Karena terkadang cara kerja cinta tidak bisa ditebak dan cenderung tidak memberi kita pilihan. 

Tiba-tiba tanpa kita sadari kita berdegup kencang saat ada didekatnya, atau saat menerima pesan darinya. Tiba-tiba kita ingin waktu terhenti saat sedang bersamanya. Tiba-tiba dada kita terasa sakit saat melihatnya bersama yang lain. 

Lalu tiba-tiba semua pendambaan, rindu, dan perasaan kita menjadi terlanjur mendalam. Kita menjelma sosok yang paling rajin mendoakannya, yang terbaik dalam mempedulikannya, yang paling terdepan saat dia sedang dirundung masalah, menjadi yang paling bersedih saat dia dipenuhi luka. Semuanya serba tiba-tiba.

Dia pun menjadi tempat yang paling kita cari saat sedang dalam masalah. Sedikit saja motivasi dari dia langsung dapat membakar semangat kita. Seolah hidup yang sebelumnya hancur kini menjadi penuh dengan harapan dan bunga-bunga.