Mohon tunggu...
Lukman Hamarong
Lukman Hamarong Mohon Tunggu... Penulis - Mengalir Seperti Air......

Aparatur Pemerintah

Selanjutnya

Tutup

Bola Pilihan

Indonesia vs Argentina: Pertaruhan Rasa Nasionalisme

19 Juni 2023   16:39 Diperbarui: 19 Juni 2023   16:45 295
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Lukman Hamarong (Dok. Pribadi)

Dikutip dari Wikipedia bahwa secara etimologis, nasionalisme berasal dari kata nationalism dan nation. Dalam studi semantik, kata nation tersebut berasal dari kata latin, yaitu nation yang berakar pada kata nascor yang bermakna "saya lahir", atau dari kata natus sum, yang berarti "saya dilahirkan". Namun, dalam perkembangannya, kata nation merujuk pada bangsa atau kelompok manusia yang menjadi penduduk resmi suatu negara dalam mencintai tanah airnya.Nah, bicara soal nasionalisme di Indonesia, tentu kita berbicara tentang rasa cinta, rasa sayang dan rasa memiliki terhadap suatu bangsa dan negara, di mana kita dilahirkan dan dibesarkan. Kebanggaan terhadap bangsa dan negara yang telah membesarkan kita inilah yang kemudian membentuk karakter kita sebagai manusia paripurna yang tak akan pernah berkhianat terhadap bangsa dan negara sendiri. Kebanggaan inilah menjadi komitmen perasaan nasionalisme kita.

Dalam setiap lini kehidupan, ada momen-momen tertentu yang menjadi arena pertaruhan rasa nasionalisme kita terhadap bangsa sendiri. Pertaruhan nasionalisme ini acap kali terjadi di dunia olahraga, salah satunya adalah sepak bola. Olahraga paling populer ini kerap menjadi wahana selebrasi dan atraksi nasionalisme paling mengagumkan. Apalagi jika yang didukung negara sendiri. Ah, tak usah kita mendeskripsikan bagaimana atmosfer yang terjadi di dalam stadion.

Kita saja yang menyaksikan mereka dari balik layar televisi atau layar handphone pasti akan merasakan getaran nasionalisme yang sama. Mulai dari memeluk bendera negara, mencium bendera negara, sampai membungkus badan dengan bendera negara tercinta. Semua itu adalah manifestasi dari perwujudan rasa nasionalisme kita terhadap bangsa dan negara. Sudah sepatutnya kebangaan terhadap negara itu terpatri kuat dalam sanubari kita masing-masing.

Nah, hanya dalam hitungan jam saja, partai Indonesia vs Argentina, sebagai rangkaian Tour FIFA Matchday 2023, ini akan tersaji di depan mata kita. Partai bersejarah ini akan hadir menyapa kita di stadion kebanggaan, Gelora Bung Karno (GBK), Jakarta. Ibaratnya, Indonesia adalah rumah kedua Argentina. Mengingat 280 juta penduduk Indonesia, sebagian besar adalah fans Argentina. Terlebih di wilayah timur, bisa dikatakan basisnya pendukung timnas Argentina.

Menjadi ironi kemudian, siapa yang mesti didukung? Berbicara soal nasionalisme, kebanggaan, etika dan kepantasan, maka sudah seharusnya rakyat Indonesia mendukung negaranya sendiri, bukan Argentina. Mengingat laga Indonesia vs Argentina ini adalah laga resmi FIFA. Di mana setiap negara yang bermain akan memburu point untuk memperbaiki peringkat timnas di mata FIFA. Jadi, ketika kita mendukung Argentina menang, maka nasionalisme kita dipertanyakan.

Saya sebagai penulis juga terjebak dalam kondisi yang sungguh dilematis. Pasalnya, saya adalah pendukung Argentina sejak 1980-an sampai detik ini. Jauh sebelum Lionel Messi, bintang yang terlupakan itu lahir, saya selalu mendeklarasikan diri sebagai fans sejati Argentina. Bahkan, dalam berbagai kesempatan, baik lewat tulisan ataupun lisan, saya acap kali berucap dan menulis bahwa Argentina adalah negara kedua saya di dunia sepak bola setelah Indonesia.

Nah, ketika negara saya (Indonesia) bertemu dengan negara kedua saya (Argentina), maka saya wajib bangga memakai seragam merah-putih dengan balutan tenun kebangsaan, sebagai bukti bahwa nasionalisme ini tak perlu diperdebatkan lagi di ruang-ruang digital. Saya tentu bangga melihat Yakob Sayuri menjebol gawang Argentina. Pun saya bahagia melihat pemain melakukan selebrasi sambil megibarkan bendera merah putih, seperti yang dilakukan di final SEA Games.

Namun, narasi-narasi bernada pesimis terus bermunculan bak jamur di musim penghujan. Tak satu pun yang memprediksi Indonesia bakal menang. Semua pengamat melontarkan prediksi di atas kertas. Artinya, dari sisi apa pun, Indonesia kalah segala-galanya. Realistis boleh, tetapi kita juga wajib memberikan semangat kepada Indonesia untuk tidak mudah menyerah. Menahan imbang saja, itu sama dengan kemenangan. Selamat menyaksikan laga bersejarah ini.  (LHr)

Mohon tunggu...

Lihat Konten Bola Selengkapnya
Lihat Bola Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun