Pada 14 Mei 2019, Hussein Abri Dongoran masuk ke Irak. Kemudian pada tanggal 18 Mei 2019, ia melanjutkan perjalanan ke Suriah menuju kamp pengungsian Eks ISIS di Rojava.Â
Kisah perjalanan ini ia sampaikan pada saya melalui telepon seluler, Minggu, 09 Februari 2020. Ia merupakan jurnalis Tempo yang berangkat ke sana untuk melaporkan berita terkini terkait kamp eks ISIS di Suriah.Â
Laporannya diterbitkan pada 15 Juni 2019 dengan judul Nestapa di Negeri Syam.
"Untuk masuk ke kamp di Suriah (Rojava) itu agak repot, karena mereka kan di bawah kekuasaan militer (pasukan kurdistan Suriah) yang berafiliasi ke Amerika," ujarnya kepada saya ketika saya menanyakan bagaimana caranya ia bisa masuk ke kamp Al-Hawl di Suriah.
Baca juga: Pak Jokowi, Belajarlah dari Negara Ini Terkait Pemulangan WNI Eks ISIS
Ia juga menceritakan bagaimana kondisi pemerintahan Suriah di sana yang terbelah.
"Itu saya harus dapat izin dulu dari otoritas setempat. Pertama saya ketemu dengan juru bicara pasukan Kurdistan Suriah, namanya Mustafa Bali. Setelah tu saya ketemu dengan Menteri Luar Negeri sana (Rojava), namanya Abdul Karim Umar," lanjutnya.Â
Ia juga mengatakan belum bisa langsung masuk ke kamp. Ada beberapa persyaratan yang ia harus lalui.
"Setelah keduanya itu belum langsung dapat izin untuk masuk, saya harus ketemu Kepala Intelijen, namanya Siaman, di kawasan intelijen Rmeilan, di sini dingin sekali. Itu kunci agar dapat izin ke kamp Al-Hawl."
"Setelah melalui mereka, saya harus menunggu 3 hari baru dapat izin masuk Al-Hawl," tuturnya malam itu.Â
Sebenarnya ia ingin sekali melihat seluruh kondisi kamp-kamp yang ada di Suriah. Karena alasan kondisi keamanan, ia hanya bisa masuk ke satu kamp yang bernama Al-Hawl.
Baca juga: Wawancara Eksklusif dengan Jurnalis yang Pernah Meliput di Kamp Pengungsian Eks ISIS
"Kenapa Alasan keamanan? Karena sebulan lebih itu kamp-kamp ditutup bagi pendatang dari luar, karena banyak pemberontakan dari dalam. Ada yang ditusuk pisau dan lain-lainnya," lanjutnya kepada saya.
Kisah perjalanan Hussein Abri Dongoran sangat mengerikan. Ia telah berjuang demi informasi WNI Eks ISIS di Suriah.Â
Ia bisa saja terbunuh di sana diakibatkan daerah itu rawan konflik. Ia bisa saja terluka atau ditahan dan tak bisa kembali ke Indonesia.Â
Hal ini wajib kita berikan apresiasi sebesar-besarnya kepada Hussein Abri Dongoran.