Sebagai seorang kader HMI, secara sengaja atau tidak sengaja, Anies merupakan "kanda" saya di organisasi ini.Â
Ia dapat dijadikan contoh atau dibuang namanya dari list percontohan.Â
Anies Baswedan merupakan alumni HMI MPO. Beberapa tahun terakhir, ia telah menorehkan catatan politik yang begitu membanggakan.Â
Awal karirnya tergolong cukup cemerlang. Diangkat menjadi Rektor Universitas Paramadina, kemudian menjadi Menteri Pendidikan dan Kebudayaan (walaupun dipecat), dan terakhir menjadi Gubernur DKI Jakarta.Â
Langkahnya tergolong mulus, ia sangat piawai menjalankan segala skenario untuk mendapatkan itu semua.Â
Kemungkinan besar, pada tahun 2024 nanti, ia juga akan mencalonkan diri pada pemilihan Presiden dan Wakil Presiden. Ia telah digadang-gadang oleh beberapa partai dan ratusan ribu masyarakat pendukungnya.Â
Setelah memimpin Jakarta hampir 3 tahun, Anies telah membuat beberapa kehebohan di publik. Nanti akan saya tuliskan semuanya.Â
Sebelum pembahasan masuk ke sana, saya ingin menyampaikan, karena Anies ini adalah Alumni HMI, banyak sekali kader-kader HMI yang mengidolakannya. Dari tingkat komisariat hingga pengurus besar.Â
Hal itu sangat wajar, kader HMI kan seperti itu. Kalau ada alumninya yang memegang jabatan eksekutif, legislatif, dan yudikatif, mereka akan menjadikan itu sebagai promosi kepada calon-calon kader.Â
Lihat saja di pamflet LK-1 atau basic training HMI. Banyak sekali muka Anies Baswedan terpampang. Selain muka Jusuf Kalla dan Akbar Tandjung ya.Â
Baik, mari kita masuk ke pembahasan. Setelah menjabat sebagai Gubernur DKI Jakarta, yang notabene merupakan representasi dari keseluruhan Indonesia, Anies telah membuat beberapa kehebohan yang sangat menyita waktu untuk membahasnya.Â
Anies ini berbeda sekali dengan pejabat (alumni HMI) lainnya. Cuman dia yang saya lihat paling kontroversi sejagat raya ini.Â
Masih ada sih, Akbar Tandjung dkk sebagai aktor dalam kudeta Gus Dur lalu. Tetapi, itu tidak ramai diperbincangkan media mainstream kita. Hanya dibicarakan oleh pengagum Gus Dur saja.Â
Tokoh-tokoh intelektual HMI banyak yang kontroversi. Sebut saja Cak Nur, Ahmad Wahib, Djohan Effendi, Dawam Rahardjo, Azyumardi Azra, dan sebagainya. Kontroversi mereka pada ranah intelektual. Akibat  kesalahpahaman makanya kontroversi.
Baca juga: Akbar Tanjung, Aktor Kudeta Gus Dur
Berbeda dengan Anies Baswedan, kebijakan-kebijakan yang "nyeleneh" lah yang membuatnya menjadi bulan-bulanan masyarakat. Kalau "pendukung" Anies, ya, wajib membela panutannya, dong, wkwk.Â
Dalam catatan saya selama Anies Baswedan menjadi Gubernur DKI Jakarta, setidaknya poin-poin berikut dapat dijadikan acuan kontroversinya. Berikut daftarnya:Â
1. Kali Sentong
Sebelum Asian Games 2018 lalu dimulai, ada satu kali yang dekat dengan tempat Wisma Atlet yang dihuni oleh para atlet internasional. Kali ini terkenal dengan bau tidak sedap dan air warna hitam.
Anies pun membuat kebijakan penggunaan jaring hitam dan penyemprotan parfum untuk menutupinya.Â
Kebijakan itu memakan dana ratusan juta. Dan masyarakat juga mempertanyakan kenapa tidak membersihkan dan menyelesaikan masalah dasar yang ada.Â
2. Lem Aibon
Penemuan anggaran Pemprov DKI Jakarta oleh anggota dewan fraksi PSI memicu kontroversi yang luar biasa.Â
Anggaran tersebut berjumlah 82 Miliyar. Selang beberapa waktu, banyak sekali netizen yang mengkritik tindakan tersebut. Dibuatlah beragam meme foto Anies beserta lem aibon.Â
3. IMB Pulau Reklamasi
Di waktu kampanyenya, Anies berjanji akan memberhentikan secara total pulau reklamasi di masa Ahok. Ternyata, itu hanya sebatas retorika saja. Ia malah memberikan IMB untuk 1771 bangunan di Pantai Maju.Â
Padahal sebelumnya, ia telah menyegel bangunan di pulau reklamasi tersebut pada tahun 2018 lalu.Â
4. Instalasi Getah Getih di Bundaran HI
Instalasi bambu ini memakan biaya sebesar 550 juta rupiah. Yang mana diambil dari BUMD DKI Jakarta.Â
Setelah terpasang selama 11 bulan, ni Baswedan tidak memiliki target penyelesaian banjir di Jakarta. Ia malah menyatakan menunggu air laut surut.Â
Ketika itu, Menteri PUPR memberikan komentar terkait Sungai Ciliwung perlunya normalisasi secara maksimal.Â
Namun Anies membantah pernyataan tersebut, ia berdalih hal itu belum cukup untuk menuntaskan banjir di Jakarta. Silakan baca di sini.Â
6. Penebangan Pohon di Monas
Yang baru-baru ini dilakukan Pemprov DKI Jakarta iyalah penebangan 190 pohon di areal Monas.Â
Padahal, program revitalisasi itu di akhir tahun 2019 lalu. Dan baru dikerjakan tahun 2020.Â
Revitalisasi itu juga tidak mendapatkan izin dari Komisi Pengarah dan melewati tahapan-tahapan yang telah diatur.Â
Masih banyak sih kontroversi selama Kanda Anies Rasyid Baswedan menjabat Gubernur DKI Jakarta. Sangking banyaknya, saya tidak bisa mencatumkan semuanya di tulisan ini.Â
Kepada Kanda Anies, tolong jadilah panutan dalam memimpin yang baik bagi adik-adik HMI. Ok?