Mohon tunggu...
lukmanbbs
lukmanbbs Mohon Tunggu... Guru - lukmanbrebes

Ngaji pikir dan dzikir

Selanjutnya

Tutup

Sosbud

NU Kembali ke Pesantren

8 Oktober 2022   06:14 Diperbarui: 8 Oktober 2022   06:19 628
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
K.H. Dr. Ahmad Najib Affandi.M.A. Sedang menyampaikan materi paada halaqah SIAP (Dokpri)

Masih bisakah kita meniru Mbah Hasyim, tentang  tirakatnya beliau, tidak hanya membangga-banggakan namanya saja yang selama ini kita lakukan. Tidak hanya mengingat masa lalu tentang pergerakan dan perjuangan NU, namun kembali mengikuti jejak Mbah Hasyim dalam membesarkan NU. Perjuangan Mbah Hasyim yang suka mengajar ngaji. Harus kita tiru dengan suka mengaji dan mengajar ngaji. NU jangan sampai  keluar dari  benteng kulturalnya, apa lagi  ada tradisi yang hilang. Perkuat peran  pengurus  dengan ngaji  dan mebuat pengajian-pengajian, di rumah, madrasah, majlis ta'lim, kantor dan pesantren. NU akan menjadi masalah  pada era sekarang kalau warga dan pengurusnya tidak ngaji.

Pertanyaan selanjutnya yang disampaikan Gus Najib pada peserta halaqah, kenapa Mbah hasyim mendirikan NU. Karena ada musuh. Munculnya komite hijaz karena adanya wahabi yang mendeklarasikan sebagai satu-satu gerakan Islam di Arab Saudi, sehingga akidah-akidah yang lain tidak boleh masuk dan berkembang. Arab Saudi hanya menerapkan hukum atas dasar dari kaum wahabi semata.  

NU sekarang harus mengembalikan semangat dakwah para muasis NU. Tidak biasa dihadapi dengan menejemen semata tapi dengan ngaji. Kegiatan mengaji sebagai benteng NU, Gerakan kultural NU yang ada di masyarakat, agar terus di pertahankan dan dimaksimalkan.

Salah satu contoh kegiatan Basul Masail yang ada dalam NU. Dulu basul masail merupakan masalah yang ada dikampung dibahas dalam ranting, kalau tidak mampu menjelaskan dan memecahkan maka dibahas pada struktural yang lebih tinggi, Majlis Wakil  Cabang (MWC), sampai ketingkat Pengurus Besar (PB) NU
 .
NU dulu, sekarang dan masa yang akan datang.
Dari dulu sampai sekarang,  banyak orang yang mengagumi Mbah Hasyim. Namun kata Mbah hasyim "Saya  kalah dengan guru ngaji yang ada di musholah-musholah."  Meraka yang  ada di kampung dengan tekun kepada para santrinya, mengajar dan mengenalkan huruf arab dan tata cara sholat. Mereka adalah  kyai-kyai kultural yang sangat hebat, jangan sampai ada kyai kultural kurang diakui. Karena tidak  ada jami'yah kalau tidak ada jamaah.

Kyai dulu jadug-jadug, perjuangan mereka  tidak menghandalkan  pada alat tranpotasi dan komunikasi elektronik. Beliau-beliau memiliki kendaraan dan alat komunikasi sendiri. Sebagai contoh perang 10 Nopember 1945 yang dikomandoi oleh Mbah Hasyim sebagai panglima tertingginya. Beliau melakukan komunikasi yang rutin dengan Mbah Abas dari Buntet yang membawa ribuan pasukan laskar Hisbullah  dari Indramayu, Cirebon, Brebes, Tegal dan Pemalang. Mbah Abbas hanya menyuruh ribuan pasukan Hisbullah saling berpegangan berada dibelakangnya. Mbah Abbas inilah sebagai sebagai Singa Jawa Barat, yang menggerakan pasukan untuk berperang.

Kehebatan yang dimiliki para pendahulu NU, kenapa sekarang jarang atau mungkin sudah tidak ada lagi yang mempelajarinya. Kyai dulu adalah kyai hikmah, Kyai yang mampu menembaki pesawat musuh dengan caranya sendiri. Kita sekarang jangan hanya memiliki jargon semangat saja, namun kekuatan tirakat, riyadhah dan mujahadah perlu ditingkatan kembali, sebagaimana yang dulu dimiliki oleh para kyai.

Pesan Gus Najib pada semua pengurus NU, beliau menegaskan kalau ada pengurus NU tidak ikhas dalam memimpin NU, maka kedepannya NU akan banyak kecolongan kadernya. Kaum Nahdiyin akan pindah ke yang lain. Ini menjadi tanda lemahnya kaderisasi atau bisa dikatakan dakwahnya kurang maksimal. Alhamdulillah NU masih kuat karena ada kekuatan NU kultural yang masih eksis dalam tradisi dan ngaji.

 Mejadi PR bersama bagi  kia semua terutama yang nantinya  ada di struktur NU untuk mengikat kembali orang-orang NU yang ada diluar, mampu mengkondisikan potensi para agniya yang ada pada orang NU. Jangan sampai NU di lindas oleh jaman  sekarang"Tidak mati dan tidak Hidup."
 
Bagaimana pemilihan calon kandidat pengurus NU kedepan.
Pertama, peran koncoisme tidak menjadikan satu-satunya sebagai roda penggerak organisasi, jangan sampai yang menjadi pengurus itu-itu saja, seoah-olah tidak ada orang lain yang memiliki jiwa patriotisme. Kedepan NU harus berubah dengan wajah-wajah baru.

Mereka yang menjadi pengurus harus memiliki komitmen untuk kemajuan NU, agar NU Brebes dapat mengikuti atau mengimbangi pergerakan cabang-cabang NU yang lain, terutama di Kabupaten tetangga. Para pengurus harus mampu menata diri dalam berorganisasi, ikhlas dengan niat yang sungguh-sungguh berhidmah di NU. Pengurus tetap mengembangkan berdakwa  dan ikhlas berjuang di NU dan sudah tidak ada dualisme kepengurusan kembali.  Pengurus mampu  menjaga kemandiriannya, Ikhlas siyasah,  awal dari ketidak mandirian akan merusak dan citra organisasi. Akhirnya NU tersandra oleh kepentingan sesaat.

Tasikhun niat dan wa ikhlasun niyat. Sehingga tidak calon-calon titipan yang bermunculan. Kalau tidak  ada niat  yang baik maka yang dilakukannya akan lebih merusak dari pada membangun NU sendiri.

Al-lajna, ganti orang-orang lama, kasih kepercayaan pada orang-orang baru. Kalau masih diisi oleh yang lama, kemungkinan NU  akan jadi wayang. Bila dari luar ada tunas yang muncul maka direkrutlah bukan dijauhi. Aktivitis NU yang muda muncul, harus dibantu bukan dijauhi dan buanglah sifat fanatisme yang akan berdampak pada perpecahan atau penolakan dalam  berorganisasi.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Sosbud Selengkapnya
Lihat Sosbud Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun