KANG SANTRI "MONDOK"
Menjadi santri mungkin dapat dikatakan sebagian masyarakat merupakan sebuah keharusan. Â Santri sebagai bentuk dari estafet kemeriahan kegiatan keberagamaan di tengah-tengah masyarakat. Karena dengan pernah menjadi santri akan membawa kepercayaan tersendiiri dalam tampil didepan masyarakat, untuk memimpin acara keagamaan.
Santri dapat dikatakan sebuah panggilan khusus, yang diberikan kepada anak perempuan maupun laki-laki yang belajar agama islam di pondok pesantren. Walaupun kadang kala ada pondok pesantren yang tidak menyebutkan peserta didiknya disebut sebagai santri.
Kang santri dalam hal ini, merupakan panggilan bagi santri. Semisal ada seseorang yang ingin memanggil atau mau menanyakan sesuatu pada seorang santri yang ditemuinya. Biasanya memanggilnya "Kang Santri". Panggilan Kang Santri, sepertinya lebih sopan, terhormat dan familier di khalayak para santri.
Adapun sebutan "Kang" biasanya juga panggilan santri yunior kepada santri senior, ustadz ataupun putra Pak Kyai. Namun panggilan kang pada putra kyai tidak semua berlaku pada pondok pesantren. Karena ada beberapa pondok pesantren yang memanggil putra kyai, dengan sebutan Gus, Ning dan lain sebagainya, sesuai dengan tradisi daerah masing-masing.
Panggilan "Kang" pada saat dipondok pesantren kadang berlaku sampai tua. Sehingga bila putra kyai tersebut sudah menjadi Kyai, Profesor, maupun pejabat. Masing dipanggilnya kang. Sehingg bila terdengar oleh yang lainya, sepertinya kurang sopan. Padahal panggilan kang merupakan panggilan kehormatan dan kemulyaan.
Ada juga prilaku Kang-kang dalam tradisi pondok yang kurang baik, Â dikalangan santri. Salah satunya tentang bahasa. Â Para santri baru kadang digojlog dengan penggunaan bahasa baru dipondok, yang dapat dikatakan sedikit "tabu" dalam masyarakat setempat.
Semisal, santri yang baru diminta tolong oleh santri senior, namun dengan bahasa yang kurang baik. Sehingga ketika santri baru tersebut. membeli  makanan yang disuruh oleh santri senior, langsung dimarahi pedangannya. kemudian menanyakan siapa yang menyuruh!. dan dibilangin "jangan mau perintah seperti ini lagi."
Namanya saja, santri baru. Dipastikan mengikut saja pada santri seniornya.
Gojlogan santri di pondok, tentang masalah penggunaan pilihan bahasa. Dapat dijadikan sebagai pembelajaran komunikasi awal tersendiri di kalangan santri, di luar kurikulum pondok. Namun entah kenapa sering diajarkan oleh para santri senior, dalam melakukan penggojlogan santri baru.
Dalam pendidikan santri baru, di penyesuaian bahasa, kadang menjadi pengalaman tersendiri yang tidak bisa dilupakan hingga dewasa. Walaupun ketika bercerita sama teman-teman mondok dulu, masih juga ketawa sendiri, kalau mengingat masa menjadi santri baru dan mungkin ini yang membuat kangen dengan dunia santri.
Para santri baru, dengan bahasa baru yang ia dapatkan, walaupun kurang baik, akan selalu teringat. sebagai pembelajaran yang sangat kuat dan tahan lama menempel pada ingatan santri yang pernah kena "gojlog" oleh teman sesama pondok.