Mohon tunggu...
Lukas SungkowoJoko Utomo
Lukas SungkowoJoko Utomo Mohon Tunggu... Guru - Guru dan Penulis buku

Katekis

Selanjutnya

Tutup

Sosbud

Ekaristi: Kewajiban atau Kerinduan

19 Desember 2022   20:00 Diperbarui: 19 Desember 2022   20:04 169
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Sosbud. Sumber ilustrasi: KOMPAS.com/Pesona Indonesia

Hal ini nampak dalam sikap dan tingkah kita pada saat mengikuti perayaan Ekaristi secara daring.  Sebagian dari kita terkadang tidak mengikuti perayaan tersebut dengan sungguh-sungguh, tidak ada persiapan khusus untuk mengikuti perayaan Ekaristi tersebut,  bahkan tidak jarang kita memperlakukannya sekedar sebagai tontonan seperti halnya sinetron atau tontonan lainnya, sehingga sikap kitapun mengungkapkan sikap sebagai penonton.  Kita terlanjur nyaman "menonton" perayaan Ekaristi.  Kita dibuat nyaman karena bebas menentukan waktu "menonton" Ekaristi tersebut.  Meskipun begitu terkadang ada yang tidak tertarik untuk "menonton" dengan berbagai alasan.  Pandemi yang begitu menakutkan ternyata belum mampu mengantar kita kepada Yesus sepenuh hati kita.

EKARISTI DALAM REFLEKSIKU

Saat ini kita merayakan Natal.  Natal yang berbeda dari tahun pandemi.  Natal yang kembali ceria.  Apakah  Natal tahun ini akan mengantar kita menemukan makna terdalam dari Ekaristi yang menjadi sumber hidup menggereja yang selama ini mengalami degradasi karena pandemi?  Ekaristi dalam masa pandemi ternyata belum mampu mengantar manusia, terutama diriku untuk sungguh bertemu dengan Tuhan terlebih saat hal tersebut dilakukan secara online.  Hal ini karena aku tidak terlibat secara penuh di dalamnya.  

Kehadiran Yesus dalam rupa roti dan anggur hanya mampu aku lihat, tetapi tidak dapat aku sentuh seperti halnya saat perayaan Ekaristi di Gereja.  Tidak ada kerinduan untuk masuk dalam perayaan Ekaristi.  Relasiku dengan Yesus selama perayaan Ekaristi juga biasa-biasa saja.  

Sikapku juga biasa-biasa saja, bahkan cenderung menganggap "menonton" Perayaan Ekaristi hanya membuang waktu saja.  Dan tidak jarang selama perayaan Ekaristi berlangung aku tertidur, atau sibuk melakukan hal-hal yang tidak ada hubungannya dengan perayaan Ekaristi.  Aku belum merasakan kehadiran Tuhan dalam perayaan Ekaristi tersebut.  Aku hanya merasa sudah melaksanakan kewajiban sebagai seorang Katolik yang baik, dan menunjukkan diri bahwa aku masih Katolik.

Sekarang pandemi sudah mereda.  Sudah saatnya aku ke gereja seperti biasa.  Aku akan merayakan kembali Natal dalam kebersamaan.  Ada sesuatu yang berubah dalam diriku.  Kehadiranku di gereja bukan lagi sebagai sebuah kewajiban, tetapi karena aku merindukan.  

Selama Pandemi Tuhan Yesus telah menyelamatkan dan menghindarkan diriku dan keluargaku dari covid 19.  Saatnya aku menjadikan Ekaristi sebagai sebuah kebutuhan dan pemenuhan kerinduanku untuk bertemu dengan Yesus dalam rupa roti yang aku sambut.  Pandemi telah mengubah pandanganku tentang keikutsertaanku dalam perayaan Ekaristi, dari sebuah pelaksanaan kewajiban menjadi ungkapan kerinduan dan kebutuhan.  Aku membutuhkan pemenuhan kerinduanku akan Tuhan Yesus yang telah menyelamatkan.  Mengikuti Ekaristi adalah bentuk ungkapan puji dan syukurku bahwa Tuhan Yesus telah menyelamatkan dan menjadi perisaiku selama masa pandemi dan akan tetap menjadi perisaiku dalam segala situasi, selamanya. 

Selamat Natal 2022 dan Tahun Baru 2023. #Lukas Sungkowo#

Artikel ini akan dipublish di Majalah Gereja Bunda Maria Ratu Sukatani

Untuk keperluan Natal 2022

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Sosbud Selengkapnya
Lihat Sosbud Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun