Mohon tunggu...
Lukas Indra
Lukas Indra Mohon Tunggu... -

Selanjutnya

Tutup

Pendidikan

Spasialisasi dalam Digitalisasi Konten Media

9 Oktober 2018   02:50 Diperbarui: 9 Oktober 2018   03:20 838
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Sumber: steihamfara.ac.id

Ditambah lagi, konten-konten berbentuk digital dapat dinikmati kapanpun dan di manapun. Cakupan persebaran konten media lebih luas, bahkan hingga lingkup dunia. Berbeda dari medium konvensional yang hanya bisa dinikmati saat itu dan terbatas oleh wilayah. Hal ini tentu menguntungkan media dari sisi finansial.

Terlebih di Indonesia, media memberi upah pekerja cukup kecil tetapi pekerja tersebut memiliki kemampuan yang mumpuni. Hal ini didukung pernyataan Mosco (t.t., hal. 16) bahwa pekerja di Negara Dunia Ketiga (Indonesia termasuk di dalamnya) diberi upah yang tidak sebanding dengan kemampuan yang dimiliki. Upah yang diberikan relatif lebih kecil daripada kemampuan yang dimiliki.      

Konvergensi media sebenarnya mendorong persaingan media yang lebih luas. Media non-mainstream sebenarnya ikut dalam persaingan tersebut. Akan tetapi, pembeda antara media mainstream dan media non-mainstream terletak pada kualitas pekerja dan tentu teknologi.

Dari sisi kualitas pekerja, media non-mainstream kalah jumlah dan kualitas. Meskipun, dalam hal kualitas masih bisa diperdebatkan kembali. Akan tetapi, media non-mainstream kalah dari segi teknologi (peralatan) yang dimiliki. Sebab utama ialah media non-mainstream kalah dalam hal modal.

Hal ini tentu akan berdampak buruk pada jurnalisme masa depan. Media mainstream akan dengan mudah mengambil alih pangsa pasar, meski tidak mudah. Di sisi lain, kualitas teknologi akan menentukan kualitas output itu sendiri. Sebagai contoh video dengan kualitas terbaik akan dihasilkan dari kamera terbaik pula. Dalam konteks ini, digitalisasi akan lebih menyempitkan persaingan (meski terkesan luas) persaingan dalam hal distribusi konten media.

Munculnya media-media baru juga berdasarkan peluang adanya perolehan profit di sana. Meskipun hal itu belum terlalu nampak saat ini. Sajian konten dalam berbagai bentuk akan lebih menarik minat audiens. Apabila hal ini berhasil, media-media baru tersebut akan menjadi media besar berbasis profit. Tentu, hal ini akan memunculkan kaum-kaum borjuis baru. Di mana mereka memanfaatkan digitalisasi untuk mencari keuntungan semata.

Kesimpulan

Media baru berbasis digital tidak hanya menghadirkan konten media dalam berbagai bentuk dalam satu medium. Akan tetapi, hal ini bisa dimanfaatkan oleh media untuk mengeksploitasi keuntungan. Digitalisasi justru menyempitkan persaingan media, karena media-media sekarang fokus untuk mengembangkan media mereka melalui platform ini.

Meskipun persaingan media saat ini lebih terbuka, tetap saja media besar yang akan mengambil keuntungan yang paling besar. Hal itu dilandaskan pada nama yang sudah besar (terkenal). Artinya, kredibilitas media tersebut tidak perlu dipertanyakan kembali.

Media-media besar pun unggul dari sisi jumlah dan kualitas pekerja. Selain itu, media-media besar juga unggul dalam hal sumber daya (dana) dan penguasaan (kepemilikan) teknologi yang lebih canggih. Digitalisasi bisa jadi bukan bentuk resistensi terhadap media konvensional, justru akan melanggengkan kekuasaan media-media besar itu. Hal ini juga menandakan, bahwa media-media mainstream masih "berkuasa" sebagai produsen berita utama. Lebih jauh lagi, digitalisasi juga dapat menumbuhkan bibit-bibit borjuis baru.

Dengan demikian, media-media baru (non-mainstream) perlu mencari cara agar terlepas dari belenggu media besar. Terlebih, kehadiran media baru juga menambah warna di dunia jurnalisme sekarang.

Daftar Pustaka

Hartley, J. (2010). Communication, cultural, & media studies. Yogyakarta: JALASUTRA

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Pendidikan Selengkapnya
Lihat Pendidikan Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun