Mohon tunggu...
Lukas amabayo
Lukas amabayo Mohon Tunggu... Lainnya - lukas ama bayo

menulislah, maka dunia akan mengenalmu

Selanjutnya

Tutup

Sosbud Pilihan

Runtuhnya Kesakralan Budaya Tarian Hedung di Adonara

13 Oktober 2020   17:34 Diperbarui: 13 Oktober 2020   17:45 1258
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Adonara adalah sebuah pulau kecil yang terletak di antara pulau Flores, Lembata dan Solor. Pulau Adonara merupakan bagian dari Kabupaten Flores Timur dengan Ibu Kota kabupaten yaitu Larantuka.

Pulau kecil yang terletak di tenggah laut ini menyimpan berbagai kekayaan alam serta tradisi dan budayanya yang sangat sakral. Salah satu budaya yang khas bagi masyarakat Adonara, Flores Timur, NTT adalah tarian hedung. 

Hedung adalah tarian perang bagi masyarakat Adonara pada umumnya. Tarian ini melambangkan jiwa kepahlawanan orang Adonara saat di medan perang. Dinamakan tarian perang karena watak dan perilaku orang Adonara yang gemar sekali melakukan perang tanding antar suku dan kampung hingga saat ini.

Tarian hedung di Adonara dipentaskan oleh pria maupun wanita dengan berbagai macam peralatan serta aksesoris diantaranya sebagai berikut peda (parang), gala (tombak), dan dopi (perisai). Untuk penari pria biasanya menggunakan nowing (sarung adat), kelala (ikat pinggang), kenobo (perhiasan kepala), dan senai (selendang).

Para penari tarian hedung biasanya diiringi dengan musik tradisional diantaranya seperti gong bawa (gong gendang), gong inang (gong induk), gong anang (gong kecil) dan gendang.

Pada zaman dahulu tarian hedung adalah bagain dari ritual masyarakat Adonara untuk menghantar orang-orang menuju medan perang serta menjemput orang-orang yang baru pulang dari medan perang.

Namun seiring berkembangnya zaman, tarian hedung banyak dimanfaatkan  untuk acara-acara besar lainnya seperti penjemputakan tokoh-tokoh adat, para pejabat, festival budaya, pernikahan, dan pesta sakramen Imamat. Hedung juga dapat dipentaskan di luar daerah Adonara.

Pada komunitas rantau misalnya di Jakarta, atau di Malang, bahkan di daerah-daerah lainnya, tarian hedung ini di pentaskan pada momen-momen persaudaraan seperti pembukaan dan penutupan pertandingan sepak bola, pesta pernikahan atau penyambutan tamu.

Tujuan dipentaskannya tarian hedung adalah untuk menghormati roh-roh atau arwah parah leluhur yang telah meninggal dalam medan perang untuk lebih dahulu menunjuk atau membuka jalan, serta menjaga atau memberikan keselamatan.

Tarian hedung yang diakui sebagai peninggalan nenek moyang orang adonara kini semakin jauh dari kesakralan. Masyarakat sering mementaskan tarian hedung tanpa terlebih dahulu membuat ritual bau lolon. Semua orang boleh saja merubah gerakan atau aksesoris dalam tarian perang asalkan jangan menghilangkan makna aslinya.

Tarian hedung sekarang ini bisa saja dibawakan oleh kaum wanita bahkan laki-laki usia sekolah dasar. Kadang mereka lupa makna dan tujuan dari tarian hedung yang sebenarnya. Pada zaman dahulu tarian hedung ini hanya dipentaskan oleh kaum pria sebelum dan sesudah perang, sedangkan kaum wanita bersorak dari belakang untuk mendukung kaum pria dalam perang.

Sebelum tarian hedung ini dipentaskan orang-orang terlebih dahulu melakukan ritual bau lolon untuk memanggil roh-roh atau arwah para leluhur agar mereka senantiasa merestui dan melindungi kaum pria di medan perang.

Tarian hedung yang awalnya hanya digunakan untuk menghantar dan menjemput kaum pria dari medan perang kini berubah sesuai dengan perkembangan zaman. Tarian hedung sekarang dimaknai sebagai penghormatan  kepada roh-roh atau arwah para leluhur di medan perang.

Kesakralan dalam tarian hedung sekarang ini sangat jauh dan bahkan hilang. Orang jarang memaknai tarian hedung sebagai bagian dari jiwa kepahlawanan nenek moyang dahulu di medan perang.

Tarian hedung adalah tarian keberanian untuk memperoleh kemenangan. Hal ini dapat dilihat dari arti kata hedung yaitu menang. Hedung adalah kemenangan. Jadi, jika seseorang atau kelompok tertentu mementaskan tarian hedung, hal utama yang tertanam dalam jiwanya adalah kemenangan. Gerakan-gerakan dalam mementaskan tarian hedung harus melambangkan jiwa pahlawan.

Tarian hedung yang dahulunya dipentaskan untuk menghantar dan menjemput kaum pria di medan perang kini dimaknai sebagai penghormatan terhadap roh-roh atau arwah para leluhur. Bahkan perang di Adonara pada tahun-tahun belakangan ini sudah tidak melakukan ritual tarian hedung sebagai penghantar dan penjemputan kaum pria di medan perang.

Orang-orang hanya berkumpul dalam rumah adat untuk melakukan ritual-ritual lain sebelum pergi ke medan perang tanpa melakukan tarian hedung. Walaupun kedengarannya sangat menakutkan tetapi itulah budaya kita. Perang pada zaman dahulu dan zaman sekarang tidak ada bedanya.

Keberanian tetap dalam jiwa untuk memperoleh kemenangan. Siapapun yang mementaskan tarian hedung harus menanamkan jiwa kepahlawanan dalam dirinya serta terus menjaga dan menghormati roh-roh atau arwah leluhur kita yang lebih dahulu meninggal di medan perang. Kesakralan itu tetap dijaga dan harus menjadi bagian dari tarian perang agar maknanya tidak pudar dikenang usia.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Sosbud Selengkapnya
Lihat Sosbud Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun