Mohon tunggu...
Luh Putu Kusuma Ririen
Luh Putu Kusuma Ririen Mohon Tunggu... Konsultan Komunikasi dan Pengembangan Program

Lebih dari 10 tahun berkecimpung di bidang komunikasi strategis untuk isu pemberdayaan masyarakat dan kelompok rentan, kesetaraan gender, energi bersih dan terbarukan, serta pembangunan berkelanjutan. Hingga saat ini aktif dalam pendampingan kepada LSM-LSM di tingkat lokal untuk pengembangan organisasi dan pengembangan program serta penggalangan dana untuk proyek-proyek berdampak.

Selanjutnya

Tutup

Sosbud

Mengatasi Masalah Sampah Organik lewat Black Soldier Fly (BSF)

9 Mei 2025   21:34 Diperbarui: 9 Mei 2025   21:34 63
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Kegiatan peluncuran fasilitas pengelolaan sampah organik oleh YRBS di Gianyar, Bali (Sumber: YRBS)

Yayasan Rumah Belajar Sampah (YRBS) resmi meluncurkan fasilitas pengelolaan sampah organik berbasis Black Soldier Fly (BSF). Acara peluncuran diselenggarakan pada 8 Mei 2025, di Kulidan Kitchen and Space, Gianyar, Bali. Fasilitas BSF merupakan bagian dari inisiatif proyek NURTURE (Nature's Utilization for Recycling and Upcycling of Trash Efficiently) yang didanai sepenuhnya oleh Konsulat Jenderal Australia di Bali. 

Proyek NURTURE hadir sebagai respons terhadap meningkatnya tantangan pengelolaan sampah terutama di wilayah Kabupaten Gianyar, akibat tingginya volume sampah dari rumah tangga dan pariwisata. Selain itu, proyek NURTURE juga dilaksanakan untuk mendukung upaya-upaya dari pemerintah daerah dalam menangani permasalahan sampah tersebut. Melalui proyek NURTURE, YRBS mendirikan fasilitas pengelolaan sampah organik di Desa Pupuan, Gianyar, Bali, dengan pendekatan pemberdayaan masyarakat.

Melalui Peraturan Bupati Gianyar Nomor 76 Tahun 2023 tentang Pengelolaan Sampah Berbasis Kearifan Lokal, masyarakat wajib menerapkan pengelolaan sampah berbasis sumber dan memilah sampah. "Peraturan pemerintah daerah yang telah diterbitkan ini menjadi faktor pendukung bahwa pengelolaan sampah organik khususnya dapat dioptimalkan, salah satunya lewat fasilitas BSF yang diharapkan dapat berkontribusi dalam penanganan sampah organik secara lokal," ungkap I Made Agung Eka Nugraha, Ketua YRBS, pada saat acara peluncuran fasilitas BSF.

Acara peluncuran ini dirangkai dengan kegiatan diskusi bertajuk 'BSF dan Solusi Sampah Organik' yang menghadirkan dua pembicara, yaitu Soma Roland (CEO dan Co-Founder Magi Farm) dan Dr. Ida Ayu Rai Widhiawati, ST., MT. (Koordinator Prodi Teknik Lingkungan Universitas Udayana), serta dimoderatori oleh Ayu Daninda. Diskusi membahas secara mendalam tentang berbagai manfaat dan potensi teknologi BSF sebagai metode pengolahan limbah organik yang berkelanjutan, baik untuk wilayah perkotaan maupun pedesaan.

Sebagai bagian dari kampanye edukatif, pada acara peluncuran turut digelar pula pameran seni bertajuk 'Daur Ulang, Jaga Bumi' yang menampilkan berbagai karya seni visual dari para seniman muda. Karya seni visual yang dipamerkan termasuk karya poster dan zine, karya fotografi, karya lukis, dan karya seni cukil. Pameran ini menjadi ruang ekspresi sekaligus ajakan reflektif agar masyarakat terlibat aktif dalam menjaga bumi melalui gaya hidup dan praktik pengelolaan sampah yang bertanggung jawab. 

Karya fotografi dalam pameran seni 'Daur Ulang, Jaga Bumi' sebagai kampanye kesadaran lingkungan (Sumber: YRBS)
Karya fotografi dalam pameran seni 'Daur Ulang, Jaga Bumi' sebagai kampanye kesadaran lingkungan (Sumber: YRBS)

"Melalui langkah edukatif dan teknologi tepat guna seperti BSF, kami berharap kesadaran masyarakat terhadap pentingnya pemilahan dan pengolahan sampah organik bisa terus tumbuh," ujar I Made Agung Eka Nugraha. Peluncuran ini menjadi momen penting untuk memperkenalkan lebih luas tentang metode BSF dan memberikan dukungan bagi fasilitas atau infrastruktur serupa yang bergerak pada pengelolaan sampah organik inovatif  dapat didorong lebih terintegrasi dalam kebijakan lokal, diperbanyak replikasinya, serta mendapatkan dukungan lintas sektor secara berkelanjutan.

"Fasilitas BSF ini bukan hanya dipandang sebagai solusi teknis, tetapi juga ruang edukatif dan pengorganisasian warga untuk bersama-sama membangun solusi dari sumbernya. Kami percaya perubahan dimulai dari tapak," ujar I Made Agung Eka Nugraha. Ia menambahkan bahwa metode BSF tak hanya mampu mengurangi volume sampah yang masuk ke TPA, tetapi juga berpotensi menciptakan manfaat ekonomi dari produk turunan BSF sekaligus ekologi.

*(R)

Follow Instagram @kompasianacom juga Tiktok @kompasiana biar nggak ketinggalan event seru komunitas dan tips dapat cuan dari Kompasiana. Baca juga cerita inspiratif langsung dari smartphone kamu dengan bergabung di WhatsApp Channel Kompasiana di SINI

Mohon tunggu...

Lihat Konten Sosbud Selengkapnya
Lihat Sosbud Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun