Mohon tunggu...
Lugas Wicaksono
Lugas Wicaksono Mohon Tunggu... Swasta -

Remah-remah roti

Selanjutnya

Tutup

Bola Artikel Utama

Banyak Pemain Eksodus ke Malaysia, Senjakala Liga Indonesia?

14 November 2017   14:37 Diperbarui: 15 November 2017   10:39 5840
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Andik Vermansyah Selangor FA. MLDSPOT.

Untuk pemain asal Asia Tenggara yang bermain di Indonesia selama ini memang didominasi pemain Singapura dan beberapa asal Thailand. Di antaranya Fandi Achmad, David Lee, Nih Alam Sah, M Riduan, Baihakki Khaizan, Khairul Amri dari Singapura dan Hathairattanakool (Kosin) asal Thailand. Namun itu dulu, kini semua pemain itu tidak lagi bermain di Indonesia. Justru kini pemain Indonesia yang memilih bermain di Liga Thailand seperti pemain naturalisasi, Victor Igbonefo yang membela klub Nakhon Ratchasima dan bermain apik sepanjang musim.

Sementara dilansir dari Tribunnews, mantan asisten pelatih Navy FC yang kini melatih Persipura, Wanderley Junior mengatakan kalau Malaysia dan Thailand bisa jadi destinasi baru para pemain tanah air untuk berkarier pada musim depan. Ini karena, Malaysia Super League dan Thai League 1 akan menyertakan kuota pemain asing asal Asia Tenggara musim depan.

"Musim depan Liga Thailand akan punya regulasi baru untuk pemain asing asal Asia Tenggara, Liga Malaysia juga," ujar pelatih yang sempat berkarier bersama klub Malaysia, Kuala Lumpur FA.

Pemain asal Indonesia akan dapat bermain apik karena sebenarnya kualitas skill-nya masih di atas rata-rata kebanyakan pemain lokal kedua negara tersebut. Mantan pelatih Chiangrai United yang kini melatih Persija, Stefano "Teco" Cugurra menyebut pemain muda seperti Febri Hariyadi (Persib) dan Rezaldi Hehanusa (Persija) akan mampu bersaing di Thailand dan Malaysia. "Febri pemain hebat, dia punya kecepatan dan penuh keahlian. Febri sangat bisa bersaing di Liga Thailand terutama dalam posisi sayap."

"Rezaldi juga bisa saja bersaing di Liga Thailand tapi rasanya jarang klub Thailand yang mencari pemain asing di posisinya Rezaldi. Klub Thailand lebih cenderung berburu pemain di depan atau gelandang," ujar mantan pelatih fisik Persebaya itu.

Kalau para pemain eksodus ke Malaysia dan Thailand maka musim depan dan seterusnya pamor Liga Indonesia yang disebut sebagai Liga Inggris-nya Asia Tenggara akan meredup. Ini tidak lepas dari PSSI selaku federasi dan operator liga yang gagal membenahi kekurangannya di musim lalu. Jadwal kompetisi dan regulasi yang selalu berubah, klub yang telat bayar gaji pemain sampai berbulan-bulan, suporter anarkis, kualitas wasit dan kepentingan politik masih saja terus terulang dari musim ke musim seakan tanpa ada pembenahan. Akankah mulai musim depan Liga Indonesia telah memasuki masa senjakala?

Namun kalau dilihat dari sisi lain segala alasan non teknis itu bisa saja dianggap bukan suatu masalah tetapi bagian dari tradisi Liga Indonesia yang perlu dilestarikan. Mengingat suporter fanatik yang anarkis atau pengurus federasi yang secara terbuka berpolitik sulit ditemukan di liga negara manapun. Dilansir dari Kumparan, penulis buku  Sepak Bola: The Indonesian Way of Life, Antony Sutton menilai faktor-faktor semacam itulah yang menjadikan Liga Indonesia disebutnya sebagai yang terbaik di Asia Tenggara.

Pria asal Inggris ini mengatakan kultur dan hal-hal non-teknis yang kuat di Liga Indonesia itu justru membuatnya semakin tertarik. Bahkan ia tak segan menyebutkan, jika bicara kultur, sepak bola Indonesia adalah yang terbaik di Asia Tenggara. Bagi Sutton, kemeriahan sepak bola Indonesia saat ini mengingatkannya akan Inggris di masa lalu.

"Sepak bola sebuah wilayah adalah cerminan dari masyarakatnya. Jadi saya rasa, di Indonesia saya menemukan sepak bola yang sesungguhnya. Di Malaysia bukan sepak bola, di Thailand bukan sepak bola, di Singapura bukan sepak bola. Sepak bola Indonesia saat ini saya lihat seperti sepak bola Inggris 40 tahun lalu. Mereka sama-sama memiliki passion," jelasnya kepada Kumparan.

Selama menonton sepak bola di negara-negara Asia Tenggara, sangat jarang dirinya menemui stadion-stadion penuh dengan suporter seperti di Indonesia yang memperlihatkan passion luar biasa. Namun penilaian Sutton tentang Liga Indonesia yang terbaik sebatas di wilayah kultur atau tradisi yang merupakan kearifan lokal. Kalau bicara kualitas, Thailand dan Malaysia masih lebih baik. Karena itu dia tidak heran kalau pemain Indonesia banyak bermain di kedua liga tersebut untuk mengadakan skil dan mental.

"Alfred Riedl mungkin bilang dua tahun lagi Indonesia bisa mengalahkan Thailand. Tapi kita lihat bagaimana para pemainnya. Lihatlah pemain-pemain Thailand, Kawin (Thamsatchanan) dan Siroch (Chatthong). Badan mereka kekar, mereka mengatur pola makan. Coba lihat pemain Indonesia, mereka kecil-kecil. Mungkin terlalu sering makan bakso atau minum teh kemasan," tuturnya. "Sekarang, coba lihat berapa banyak pemain Indonesia yang berkarier di luar negeri? Paling ada di Malaysia. Saya pikir siapa pun pelatihnya (Timnas Indonesia) pasti akan butuh waktu lama."

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Bola Selengkapnya
Lihat Bola Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun