Mohon tunggu...
Ludiro Madu
Ludiro Madu Mohon Tunggu... Dosen

Mengajar di Jurusan Ilmu Hubungan Internasional UPN 'Veteran' Yogyakarta.

Selanjutnya

Tutup

Kebijakan Artikel Utama

Pergeseran Kebijakan AS: Krisis Ukraina dan Konflik Israel-Palestina

2 April 2025   23:47 Diperbarui: 3 April 2025   17:58 284
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Presiden Donald Trump | AP/Julio Cortez via Kompas.com

Lalu, pada konflik Israel-Palestina, pendekatan Trump yang tampak mendukung penuh Israel sebenarnya memberikan ruang manuver yang tidak terduga. Kepercayaan Netanyahu terhadap Trump memungkinkan AS untuk memberikan tekanan "dari dalam" yang mungkin tidak bisa dilakukan oleh presiden AS sebelumnya.

Hal ini terlihat dari beberapa indikasi. Pertama, meski mendukung posisi Israel dalam banyak hal, Trump tetap membuka jalur komunikasi dengan pihak-pihak Arab, termasuk Arab Saudi. Kedua, pragmatismenya dalam urusan bisnis dan diplomasi membuat Trump lebih terbuka terhadap solusi yang mungkin tidak konvensional.

Tantangan

Namun begitu, tantangan tetap ada. Di Ukraina, pendekatan Trump yang cenderung bilateral bisa menimbulkan ketegangan dengan sekutu Eropa. Kekhawatiran bahwa AS bakal mengurangi dukungannya terhadap Ukraina bisa mendorong Rusia untuk mengambil sikap lebih agresif.

Sedangkan di Timur Tengah, dukungan kuat Trump terhadap Israel bisa membatasi kemampuannya untuk bertindak sebagai mediator yang netral. 

Namun, justru karena kredibilitasnya di mata Israel, Trump mungkin memiliki pengaruh yang lebih besar untuk mendorong konsesi dari Netanyahu.

Yang menarik, kedua arena konflik ini saling terhubung dalam konteks strategis global. Sikap AS terhadap Rusia di Ukraina akan mempengaruhi dinamika di Timur Tengah. Ini mengingat peran Rusia yang signifikan di Suriah dan pengaruhnya terhadap Iran.

Kebijakan Trump diperkirakan bakal terus menunjukkan campuran antara pragmatisme dan ketegasan. 

Di Ukraina, fokusnya mungkin akan bergeser dari dukungan militer tanpa syarat menjadi dorongan untuk negosiasi yang realistis. Di Timur Tengah, pendekatan transaksionalnya mungkin justru membuka peluang untuk terobosan diplomatik yang tidak terduga.

Kekhawatiran bahwa kebijakan Trump yang destruktif tampaknya berlebihan. Pendekatan uniknya, meski sering kontroversial, membawa dinamika baru yang tidak selalu negatif dalam penyelesaian konflik internasional. 

Pendekatan pragmatisme dan fleksibilitas itu diharapkan dapat mencapai hasil konstruktif, baik di Ukraina maupun di Timur Tengah.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Kebijakan Selengkapnya
Lihat Kebijakan Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun