Ketegangan di Laut Cina Selatan (LCS) tentu saja bukanlah sebuah isu baru. Namun, belakangan ini, ketegangan itu kembali memanas seiring dengan munculnya kontroversi.
Sumber kontroversi itu bukan provokasi kapal-kapal militer China, namun Chagee, sebuah merek bubble tea asal China, dan mainan anak. Kedua produk itu diduga memiliki simbol yang menyerupai "nine-dash line".Â
China tampaknya mencoba memasukkan klaim teritori di Laut China Selatan ke dalam kesadaran masyarakat, termasuk di Vietnam dan Malaysia. Jalur non-militer ini menjadi menarik untuk mengetahui pengetahuan dan respon masyarakat di negara-negara yang selama ini kritis terhadap klaim teritori China.
Kontroversi ini mengundang reaksi keras dari pemerintah dan masyarakat Vietnam dan Malaysia. Mereka menuntut boikot terhadap kedua produk itu.Â
Saya belum tahu apakah produk itu juga ada di Indonesia. Jika ada, masyarakat bisa melihat kemungkinan klaim teritori China itu di produk atau aksesoris produk itu di Indonesia.
Insiden ini menyadarkan kenyataan mengenai ketidakpuasan yang lebih luas terhadap klaim teritorial China. Protes yang selama ini terbatas di tingkat negara atau pemerintah, sekarang meluas ke masyarakat.
Asal-usul Kontroversi
Chagee, yang baru-baru ini merencanakan pembukaan gerainya di Vietnam, menghadapi protes setelah aplikasinya menampilkan peta yang mencakup "nine-dash line". Peta ini merupakan klaim teritorial China yang dianggap ilegal oleh banyak negara, termasuk Vietnam dan Malaysia.Â
Reaksi masyarakat Vietnam sangat cepat dan meluas. Banyak pengguna media sosial yang menyerang halaman Facebook Chagee dengan komentar marah dan meme yang mengekspresikan ketidakpuasan mereka.
Begitu pula, di Malaysia. Konsumen Malaysia juga menyerukan boikot terhadap Chagee. Komentar-komentar yang mengekspresikan kekecewaan terhadap sikap perusahaan ini menggambarkan bagaimana orang-orang tidak hanya menganggap ini sebagai masalah bisnis, tetapi juga sebagai masalah kedaulatan nasional.Â
Dalam konteks ini, brand-brand asing perlu lebih sensitif terhadap sejarah dan perasaan masyarakat lokal.