Mohon tunggu...
Ludiro Madu
Ludiro Madu Mohon Tunggu... Dosen - Dosen

Mengajar di Jurusan Ilmu Hubungan Internasional UPN 'Veteran' Yogyakarta.

Selanjutnya

Tutup

Vox Pop Artikel Utama

Sulitnya Mendamaikan Israel dan Iran?

19 April 2024   12:48 Diperbarui: 20 April 2024   12:51 662
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Pengunjuk rasa menyerukan slogan-slogan saat berkumpul menyatakan dukungan atas serangan Iran ke Israel di depan Kedutaan Besar Inggris di Teheran, Iran, 14 April 2024. Foto: AP PHOTO/VAHID SALEMI via KOMPAS.id

4. Kerjasama dalam Menangani Pandemi: Meskipun hubungan resmi tetap tegang, baik Israel maupun Iran telah menunjukkan kesediaan untuk bekerjasama dalam menangani pandemi COVID-19. Pada Maret 2020, misalnya, Israel menyetujui permintaan Palang Merah Internasional untuk mengirimkan bantuan kemanusiaan ke Iran yang terpukul keras oleh virus corona.

Langkah ini menunjukkan bahwa, meskipun ada perbedaan politik yang mendalam, kerja sama kemanusiaan masih mungkin terjadi, tanpa memandang batas-batas geopolitik.

5. Mediasi Pihak Ketiga: Beberapa negara, seperti Rusia dan Oman, telah berupaya menjadi mediator dalam ketegangan Israel-Iran. Pada 2019, Menteri Luar Negeri Oman Yusuf bin Alawi melakukan kunjungan ke Iran dan Israel dalam upaya mendorong dialog antara kedua negara.

Upaya-upaya itu belum berhasil sepenuhnya dalam menyelesaikan konflik Israel-Iran. Meskipun begitu, ruang untuk diplomasi dan kerja sama tentu saja diharapkan masih ada, bahkan di tengah ketegangan yang berlangsung. 

Masalahnya terletak pada tantangan terbesar yang merujuk pada kebangkitan kepentingan nasional yang saling bertentangan dan kurangnya kepercayaan antara kedua pihak.

Perdamaian demokratis?
Di sisi lain, meningkatnya ketegangan antara negara pada saat ini menunjukkan semakin terpinggirkannya nilai-nilai perdamaian demokratis. Menurut teori perdamaian demokratis, negara-negara demokrasi cenderung tidak berperang satu sama lain.   Mereka memiliki nilai-nilai bersama, seperti penghormatan terhadap hak asasi manusia, kebebasan individu, dan penyelesaian konflik secara damai. 


Namun, dalam kasus Israel-Iran, teori ini tampaknya tidak berlaku sepenuhnya. Israel, meskipun dianggap sebagai satu-satunya negara demokrasi di Timur Tengah, justru terlibat dalam konflik berkepanjangan dengan Iran yang bukan negara demokrasi.

Salah satu faktor utama yang menghambat inisiatif perdamaian antara Israel dan Iran adalah dominasi kepentingan nasional masing-masing negara. Israel, misalnya, menganggap program nuklir Iran sebagai ancaman esensial terhadap keamanan nasionalnya. 

Negara-negara akan selalu berusaha memaksimalkan kekuatan relatif mereka demi kelangsungan hidup dalam sistem internasional yang anarki. Dalam pandangan ini, upaya Israel untuk mencegah Iran memperoleh senjata nuklir dapat dilihat sebagai tindakan untuk melindungi kepentingan nasionalnya. Di sisi lain, Iran juga memiliki kepentingan nasionalnya sendiri. 

Pemerintah Iran telah lama menganggap Israel sebagai musuh bebuyutan dan telah mendukung kelompok-kelompok militan anti-Israel di kawasan, seperti Hizbullah di Lebanon dan Hamas di Jalur Gaza. Dukungan ini dapat dipahami sebagai upaya Iran untuk memperluas pengaruhnya di Timur Tengah. 

Selain itu, dukungan semacam itu juga melawan apa yang mereka anggap sebagai hegemoni Israel dan sekutunya, Amerika Serikat. Apalagi ketegangan berlarut itu juga terkait dengan konflik berkepanjangan antara Israel dan Palestina.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Vox Pop Selengkapnya
Lihat Vox Pop Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun