Sementara itu, peserta didik di kampus atau perguruan tinggi dapat dianggap lebih mandiri dan dewasa, sehingga lebih mampu mengambil keputusan.Â
Kenyataan itu menyebabkan peserta didik lebih mampu belajar mandiri atau self study melalui panduan silabus perkuliahan dari dosen mereka.Â
Karena dianggap lebih dewasa dan mandiri, mahasiswa tidak memerlukan pendampingan dari orang tua atau orang yang lebih dewasa dalam proses belajar mereka. Dosen tetap mendampingi mereka secara virtual melalui berbagai media sosial, misalnya.
Persoalan penting lain adalah faktor Covid-19 yang masih belum ditemukan obat penghilangnya. Akibatnya, kita semua tetap harus menghadapi pandemi Covid-19, walaupun tingkat penyebarannya semakin berkurang dalam jangka waktu lebih lama daripada pada bulan Juli-Agustus lalu.Â
Ancaman Covid-19 tidak hanya dihadapi oleh peserta/anak didik, namun juga para pendidik. Â
Para pendidik berusia lebih dari 50 tahun perlu diberi keleluasaan untuk mengajar di mana saja. Mereka diperbolehkan mengajar di kampus atau dari rumah. Walau bisa terbatas pada kampus-kampus. Namun demikian, model ini juga dapat dipakai untuk pendidik senior di tingkat pendidikan mana pun, termasuk di tingkat dasar dan menengah.
Model ini mungkin sudah ada dan ditulis di tempat lain, jadi bukan sesuatu yang baru tentunya. Ini menjadi alasan saya menamakannya sebagai model alternatif, bukan model baru.Â
Selain itu, keterbatasan bacaan saya tentu saja berpengaruh pada keluasan saya memahami perkembangan baru dalam isu-isu pendidikan di masa pandemi ini.Â
Kenyataan bahwa WFO seakan memaksa pendidik atau pengajar untuk harus berada di kelas-kelas perlu dipertimbangkan lagi.Â
Ini mengingat pendidik senior itu lebih rentan terhadap ancaman Covid-19, walaupun sudah divaksin dua atau, malah, tiga kali.