Mohon tunggu...
Ludiro Madu
Ludiro Madu Mohon Tunggu... Dosen - Dosen

Mengajar di Jurusan Ilmu Hubungan Internasional UPN 'Veteran' Yogyakarta.

Selanjutnya

Tutup

Diary Pilihan

Manfaat dari Bingung Memilih Topik Pilihan di Kompasiana

27 Juni 2021   06:06 Diperbarui: 27 Juni 2021   06:49 515
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Konon, bingung adalah tanda berpikir. Perasaan bingung seakan merupakan sebuah proses ketika sesuatu masih dipertimbangkan atau sedang dipikirkan. Akibatnya, perasaan itu menjadi beban saja bagi seseorang, tak terkecuali saya. 

Daripada hanya dipikirkan, saya merasa lebih baik menuliskannya. Harapan utamanya tentu saja adalah mengurangi beban pikiran. Bagi seorang penghuni blog bersama ini, menulis tentu saja menjadi solusinya.

Menulis tentang kebingungan menjadi menarik. Saya merasa bingung memilih topik pilihan di Kompasiana. Banyak topik pilihan ditawarkan kepada Kompasianer sebagai tema tulisan. 

Bagi saya yang vakum menulis hampir sebulan ini, semua itu menjadi menarik untuk dimasukkan ke dalam 'kebingungan' itu.

Topik pilihan terakhir (hingga pada saat saya membuat tulisan ini) adalah organisasi di masa pergerakan nasional. Lalu, ada topik-topik, seperti: mengurus dan memakai BPJS, perusahaan multinasional, masalah kerontokan rambut, memasak menu sayur, dan seterusnya.

Topik-topik itu sangat variatif. Dari yang ketrampilan tertentu, keseharian, kekinian, atau sejarah. Semua itu seolah muncul bersamaan di hadapan saya. Ada yang memerlukan riset untuk menuliskannya atau 'cukup' berdasarkan pengalaman pribadi. Akibatnya adalah kebingunan memilih topik mana yang mau ditulis duluan.

Yang lebih menarik adalah kebingungan dalam memilih topik pilihan itu justru memberikan beberapa manfaat ketika menuliskannya di sini.

Pertama, sambil membuat tulisan ini, saya bisa mengetahui kelemahan dan kelebihan saya pada berbagai topik itu. Di dalam zona nyaman menulis saja, saya  memiliki banyak kelemahan. Konsekuensinya, ada topik-topik khusus yang saya pilih dalam berbagai isu hubungan internasional. Apalagi di luar zona nyaman, kelemahan menulis pasti sangat banyak.

Kedua, setelah mengetahui kelemahan itu, saya bisa memilih topik-topik tertentu atau khusus yang hendak saya pelajari lebih lanjut. Sementara itu, waktu dan pikiran menjadi lebih banyak diperlukan ketika memutuskan untuk menulis berbagai macam topik. 

Dengan cara itu, prioritas untuk belajar mengenai hal-hal baru itu dapat dipakai motivasi tersendiri. Topik-topik khusus itu dapat menambah pengetahuan di luar zona nyaman dalam menulis.

Manfaat ketiga adalah memilih sudut pandang tulisan. Misalnya, tidak semua isu kekinian menjadi perhatian saya. Solusinya adalah menulis pengalaman saya di masa mahasiswa sekitar 30an tahun yang lalu mengenai topik yang sama itu. Lalu, topik ghosting terpaksa saya tulis dari sudut pandang pengalaman sebagai seorang dosen.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Diary Selengkapnya
Lihat Diary Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun