Mohon tunggu...
Ludiro Madu
Ludiro Madu Mohon Tunggu... Dosen - Dosen

Mengajar di Jurusan Ilmu Hubungan Internasional UPN 'Veteran' Yogyakarta.

Selanjutnya

Tutup

Diary Pilihan

Mas Dab, Orang Pertama di Kampungnya yang Naik Pesawat Terbang ke Luar Negeri

23 Februari 2021   12:24 Diperbarui: 23 Februari 2021   12:58 884
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
sumber: garuda-indonesia.com

Mas Dab nggak paham aliran lagu itu, tapi lumayan lah memberi variasi lagu-lagunya selama ini. Apalagi suara musiknya yang hiruk-pikuk itu menambah rasa gumun...eh...heran kok ya bisa suara-suara begitu jadi nyanyian top yang dilagukan orang seantero jagat.

Sebagai orang Jawa dari kampung, bisa kuliah itu mewah buat mas Dab. Bisa kuliah ---walau nggak di UGM--- itu bukti nyata kedigdayaan pengetahuan atau pikiran. 

Banyak orang di negara +62 ini begitu menghamba pada 'tiga ta' yaitu harta, tahta, dan senjata sebagai sumber kekuasaan. Harap diperhatikan 'ta' ketiga bukan wanita lho...itu pandangan kuno dan pelecehan, kata mas Dab suatu ketika sambil menghardik saya!

Orang sekelas mas Dab sudah melakukan redefinisi terhadap 'ta' ketiga menjadi senjata. Dan mas Dab menambahkan pengetahuan untuk dijadikan sebagai sumber kekuasaan ke-4. Padahal dia bukan orang Sospol kayak saya kok ya tahu soal-soal kekuasaan...

Apalagi kuliah di Yogya itu seperti pergi ke 'negari', ke pusat budaya Jawa, ke Kraton Ngayogyakarta Hadiningrat. Rasanya seperti pansos tapi yang kultural. Rasanya seperti di-uwong-ke, di-manusia-kan.

Ya begitulah mas Dab. Sekali lagi, tidak ada indikasi atau gejala berkaitan dengan peluang atau akses untuk naik pesawat terbang dan keluar negeri.

Walau kehidupan masa mahasiswa begitu ribet, mas Dab masih bisa naik motor Si Pitung, itu julukan buat Honda C70. Entah dari mana mas Dab mendapatkan motor bekas itu. Lumayan bisa ke sana ke mari dari kos ke kampusnya yang tetangga UGM.

Karena mimpi itu pun tak mampu, mas Dab jadi orang praktis dan pragmatis. Hidup tak perlu aneh-aneh. Seadanya saja. Lha wong adanya ya begitu kok ya sok ideal atau sok sempurna. 

Apa adanya saja, tidak perlu pula diada-adakan. Malah nanti repot sendiri, nggak ada kok diadakan. Malah kayak dibuat-buat. Malah nggak orisinil.

Makanya dia masuk golongan mahasiswa kupu-kupu, kuliah-pulang kuliah-pulang. Jarang ikut kegiatan kampus. Palingan ya nengok gedung UC UGM, siapa tahu ada seminar atau mantenan. 

Dengan modal si Pitung dan baju batik atau hem rapi, mas Dab punya 'akses' bisa ikut makan siang atau malam gratis:) Gaya hidup seperti mas Dab ternyata juga dianut beberapa mahasiswa lain, walau berasal dari kampus lain-lain.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Diary Selengkapnya
Lihat Diary Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun