Mohon tunggu...
Ludia Amanda Pratiwi
Ludia Amanda Pratiwi Mohon Tunggu... Mahasiswa - Universitas Islam Negeri (UIN) Sultan Maulana Hasanuddin Banten

Hanya karena prosesmu lebih lama, bukan berarti kamu gagal.

Selanjutnya

Tutup

Ilmu Sosbud

Mengupas Kisah Sukses Ibu Asnah, Seorang Pedagang yang Inspiratif

28 November 2023   16:33 Diperbarui: 28 November 2023   16:34 243
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Rifki Hadi (Anak dari Pemilik Warung)

     

Instagram : @warungmakan_ibuhasnah
Instagram : @warungmakan_ibuhasnah
Pedagang, sebuah profesi sederhana yang tidak banyak orang mengira bahwa menjadi seorang pedagang adalah pekerjaan yang mulia. Itulah profesi yang sampai saat ini masih dijalani oleh Asnah. Seorang wanita yang kini berusia 58 tahun dan juga Ibu dari tiga anak ini sudah 15 tahun menjadi seorang pemilik warung makan di Kp. Martapura, Kota Cilegon. Kedua putranya sudah menikah dan berpisah rumah dengannya, kini ia hanya tinggal dengan anak bungsunya saja yaitu Rifki, sedangkan hubungan percintaan dengan suaminya sudah usai sekitar tiga tahun yang lalu dan juga sudah meninggal beberapa bulan lalu.

            Sekitar 20 tahun yang lalu, ia bekerja di sebuah rumah makan yang berada di Kota Cilegon. Asnah menjalani setiap harinya dengan ikhlas, berangkat pagi lalu pulang menjelang maghrib. Walaupun upah yang ia dapatkan bisa di bilang tidak seberapa, semua itu tetap membuatnya bersyukur. Seiring berjalannya waktu, ia jadi semakin ahli dalam bidang memasak, di tambah lagi, memasak merupakan hobi nya sedari kecil. Akhirnya, dengan bakat memasak dan tekadnya yang kuat, terlintas di pikiran Asnah untuk membuka sebuah warung makan sendiri di dekat rumahnya. Tentunya membuka sebuah usaha membutuhkan modal awal yang besar, uang yang Asnah miliki untuk membuka warung makan saat itu sangat minim sekali, ia menyingkirkan rasa malu dan gengsi nya terlebih dahulu, ia meminjam uang tambahan untuk modal usaha dari sanak saudara yang pada saat itu hidup berkecukupan. Modal pun terkumpul, warung makan pun segera di bangun. Pada saat itu, ia sangat yakin bahwa usahanya akan ramai di kemudian hari. Satu bulan berlalu, warung makan miliknya pun jadi, ucapan rasa syukur tak henti ia langitkan. Dengan dibantu dua saudara dekatnya yaitu Aliyah dan Hamidah, Asnah membuka warung makan nya dengan penuh semangat. Mereka bertiga bekerja sama dalam membuat sup, membakar sate dan ikan, menyiapkan minuman, lalu menyajikannya kepada pembeli yang datang. Yang namanya usaha, tentu tidak akan langsung ramai dan juga banyak pelanggan, Asnah harus mengeluarkan banyak keringat dan modal terlebih dahulu. Menurut pendapat orang yang menyaksikan perjuangan hidupnya sedari nol yaitu mama saya sendiri, beliau adalah seorang wanita yang sangat hebat, kuat, tahan banting dan juga sangat sabar dalam menghadapi pedihnya perjuangan hidup.

Roda kehidupan pasti berputar. Bulan demi bulan sudah Asnah lewati, akhirnya warung makan yang ia bangun dari nol menjadi ramai, banyak sekali pengunjung yang berdatangan untuk makan disana, dan tentunya ia mengucapkan syukur dan terima kasih kepada orang-orang yang telah membantunya ketika sulit. Kini ia memiliki banyak karyawan, jadi ia tak perlu lagi pergi ke pasar saat matahari terbit kemudian langsung membereskan warung. Tak hanya itu berkah yang Asnah dapatkan, anaknya pun berhasil lulus kuliah, ia berhasil mewujudkan mimpi anaknya. Semua ini tidak lain merupakan hadiah atas kesabaran dan kegigihan Asnah. Sungguh, tidak ada perjuangan yang sia-sia di dunia ini.

Namun, bukan hidup namanya jika tidak mendapatkan bertubi-tubi ujian. Puncak kesuksesan dari usahanya memang telah ia raih, namun cobaan tetap datang kepada Asnah, ia harus merasakan perceraian dengan suaminya. Tak hanya itu, kini ia juga mengidap penyakit yang cukup parah, yaitu diabetes dan juga komplikasi. Ia harus rutin berobat seminggu sekali agar penyakitnya tidak semakin parah, di tambah lagi usianya yang sudah tidak lagi muda. Badannya semakin kurus, ibadah dilakukan sembari duduk, usahanya pun ia percayakan pada anaknya, dan Asnah juga bercerita bahwa kini ia hidup bergantung dengan obat. Melihat kondisi sang ibu yang sakitnya semakin parah, ketiga anaknya pun bekerja sama untuk mengelola usaha warung makan Asnah. Anak pertama bertugas untuk standby di warung dan mengawasi karyawan yang bekerja disana, anak kedua dari Asnah pergi belanja bahan-bahan yang di butuhkan ke pasar setiap pagi, sementara anak bungsunya membuatkan akun Instagram yang Bernama @warungmakan_ibuhasnah dan juga memasukkan usaha ibunya ke dalam aplikasi Go-Food. Walaupun Asnah tak lagi kuat secara fisik, namun kebaikan tidak berhenti datang padanya. Ketiga anaknya sudah beranjak dewasa, dan inilah saatnya mereka membalas semua keringat ibunya.

Saat menjalani kehidupan, setiap orang akan menemui beragam masalah yang silih berganti. Masalah yang dihadapi setiap orang tentunya berbeda satu sama lain. Ada yang cukup melewati kerikil kecil, namun ada juga yang harus melawan arus lautan. Impian tidak dapat terwujud dengan sendirinya, namun impian akan datang ketika kita berusaha untuk meraihnya. Tidak hanya dengan semangat dan usaha, tapi juga iringi perjuanganmu untuk meraih impian dengan doa yang tulus. Karena sesungguhnya, doa tanpa usaha itu omong kosong, sementara usaha tanpa doa itu sombong. Percayalah pada kemampuan diri sendiri, setiap cobaan pasti ada hikmah dan kebahagiaan. Karena sejatinya, "Hidup adalah perjuangan dan harus diperjuangkan. Sempurnakan usaha dengan doa, kemudian bersabar menunggu hasil yang sempurna."


Mohon tunggu...

Lihat Konten Ilmu Sosbud Selengkapnya
Lihat Ilmu Sosbud Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun