Mohon tunggu...
LUCKY PERMANA M.Si.
LUCKY PERMANA M.Si. Mohon Tunggu... Pemerhati Kebijakan

=Berpijak pada iman, ilmu, dan pengalaman nyata, memadukan latar statistik dan refleksi hukum untuk mendorong kebijakan publik yang adil dan berpihak pada kemanusiaan. = Adz-Dzariyat[51]:56 | Ali Imran [3]:74 | An-Nisa [4]:114

Selanjutnya

Tutup

Vox Pop

Menutup Lubang Tikus, Menutup Jalan Korupsi

2 Oktober 2025   06:28 Diperbarui: 2 Oktober 2025   06:28 31
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Kalau ngomongin tikus, saya yakin banyak orang langsung kebayang pusingnya. Di rumah lama saya dulu, tikus itu kayak penghuni tetap. Diracun, dipasang lem, dikejar-kejar, tetap aja muncul lagi. Malah rasanya makin banyak. Pindah rumah pun ternyata nggak otomatis bebas tikus. Sama saja, selalu ada saja yang nongol.

Sampai suatu hari, ada kejadian kecil tapi nyantol di kepala saya. Internet rumah mati, teknisi datang, buka kabel, lalu bilang, "Pak, ini digigit tikus. Kalau cuma diganti kabelnya, percuma. Tikusnya bakal lewat jalur yang sama terus. Bapak tutup aja lubangnya, beres."

Waktu itu saya cuma manggut-manggut, tapi kemudian kepikiran: kenapa nggak cara itu aja yang dipakai buat urusan tikus di rumah? Jadi bukan lagi sibuk mikir cara bunuh tikus, tapi lebih ke nutup jalannya. Lubang ditutup, kabel yang berantakan dirapikan, barang bekas dibuang, ruangan gelap saya kasih lampu. Hasilnya? Aneh tapi nyata, tikus nggak kelihatan lagi. Kotorannya pun nggak ada.

Nah, pengalaman itu bikin saya mikir ke hal yang lebih besar. Tikus di rumah bisa hilang karena lubangnya ditutup. Kalau tikus di dunia nyata bisa begitu, kenapa tikus yang satu lagi, koruptor, nggak dicoba dengan cara serupa?

Selama ini pemberantasan korupsi lebih banyak nangkep orangnya. Ya perlu, tentu saja. Tapi sering kali habis satu, nongol lagi yang lain. Kayak main whack-a-mole di pasar malam: gebuk satu, keluar kepala baru. Padahal masalahnya mungkin bukan cuma di pelakunya, tapi di "lubang-lubang" yang dibiarkan terbuka.

Lubang itu bisa macam-macam. Prosedur yang ribet tapi nggak transparan, aturan yang abu-abu, ruang gelap yang nggak ada pengawasan. Dari situlah tikus korupsi keluar masuk dengan nyaman. Kalau lubang ditutup, ruang dibersihkan, dan dibuat terang, mereka nggak akan gampang bergerak lagi.

Memang kedengarannya sederhana. Terlalu sederhana, mungkin. Tapi bukankah sering kali solusi justru ada di hal-hal yang sepele? Saya cuma belajar dari pengalaman rumah: tikus nggak perlu diburu mati-matian kalau jalannya sudah ditutup rapat. Dan mungkin, negara ini juga bisa lebih bersih kalau logika sederhana itu diterapkan.

Lucky Permana, M.Si.

Follow Instagram @kompasianacom juga Tiktok @kompasiana biar nggak ketinggalan event seru komunitas dan tips dapat cuan dari Kompasiana. Baca juga cerita inspiratif langsung dari smartphone kamu dengan bergabung di WhatsApp Channel Kompasiana di SINI

Mohon tunggu...

Lihat Konten Vox Pop Selengkapnya
Lihat Vox Pop Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun