Mohon tunggu...
Angelo Lucky Budiman
Angelo Lucky Budiman Mohon Tunggu... Foto/Videografer - MAHASISWA

Mahasiswa Ilmu Komunikasi.

Selanjutnya

Tutup

Inovasi

Bagaimanakah Jurnalisme Masa Depan?

17 Februari 2020   17:07 Diperbarui: 19 Februari 2020   01:16 1211
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Ilustrasi Future Journalism.

Kemampuan jurnalistik wartawan dapat tergantikan oleh canggihnya Future Journalism apabila mereka tidak segera berbenah. Namun, apakah Future Journalism akan selalu memberi kerugian bagi para jurnalisnya?


 Konvergensi Multimedia menyebabkan format-format Jurnalisme konvensional yang dulunya terpisah bergabung menjadi satu. Nyatanya, fenomena tersebut bukanlah suatu masalah karena mampu membuat dunia jurnalistik lebih efisien dan interaktif. Keberadaan Jurnalisme konvensional memang semakin terpuruk, terlebih dalam sektor ekonominya.  Peter Horrocks dalam The Future of Journalism mengatakan bahwa dua faktor utama yang memberikan kontribusi terbesar dalam keterpurukan tersebut adalah Jurnalisme berbasis internet dan dampak budaya yang dihasilkan (2009, h.7). Jurnalisme internet menggabungkan semua format seperti TV, radio, majalah, dan koran menjadi satu. Para pengguna dapat mengakses konten-konten yang ada dan mengakses informasi yang mereka inginkan dengan mudah. 

User-Generated Content merupakan salah satu produk dari Jurnalisme masa depan.
User-Generated Content merupakan salah satu produk dari Jurnalisme masa depan.

Dampak yang muncul terhadap perubahan tersebut dirasakan oleh para jurnalis terhadap berita-berita yang mereka produksi. Inovasi Internet yang mampu memberikan semua informasi yang kita mau hanya dalam hitungan detik membuat usaha reportase dan produksi yang mereka lakukan sia-sia. Hal tersebut diperparah dengan adanya “user-generated content” dimana pengguna internet yang bukan jurnalis berkesempatan untuk memproduksi konten yang dapat dimuat ke portal media online. Fenomena ini semakin menipiskan dinding profesi jurnalis yang berdampak besar bagi masa depan jurnalisme.

Horrocks dari BBC mengatakan bahwa jurnalisme masa depan menggunakan pendekatan berbasis jaringan, dimana konten-konten yang dibuat kini lebih terhubung baik secara internal maupun eksternal karena pemilihan dan penulisan berita kini berdasarkan kepada pemahaman audiens, sehingga jurnalis harus membiasakan diri untuk melihat interest masyarakat terhadap suatu fenomena. 

Meskipun demikian, hadirnya teknologi tak melulu memberi kerugian bagi para jurnalis. Pasalnya, inovasi-inovasi seperti on-demand journalism yang secara otomatis mengeluarkan data-data mengenai topik yang sedang diminati oleh pengguna internet mampu memberikan informasi yang rinci mengenai apa yang sedang “dikonsumsi” masyarakat terhadap pihak media.

Jurnalis dituntut untuk memiliki kemampuan diluar penulisan naskah seperti edit video, podcast, hingga fotografi untuk tetap relevan.
Jurnalis dituntut untuk memiliki kemampuan diluar penulisan naskah seperti edit video, podcast, hingga fotografi untuk tetap relevan.

Karena memberikan manfaat, salah satu inovasi future journalism ini diuji dalam portal berita BBC dimana berita yang akan dimuat di halaman utama adalah yang paling banyak dikunjungi oleh pembaca. Di satu sisi, memang fitur ini akan menambah ketertarikan masyarakat untuk mengunjungi BBC, namun di satu sisi peran editor akan semakin terkikis karena keterbatasan mereka dalam menyeleksi suatu berita. Meskipun demikian, masyarakat tetap menginginkan berita-berita pilihan editor yang profesional. 

Zoe Smith dalam buku yang sama mengatakan bahwa Future Journalism menantang editor dan jurnalis dalam segi teknis. Pasalnya, perubahan budaya jurnalistik konvensional menuju multimedia menimbulkan masalah yang cukup pelik. Tim media dan redaksi dituntut untuk memiliki beberapa orang yang ahli dalam programming untuk tetap relevan dan siap dalam menghadapi future journalism

Guy Pelham (2009, h. 27) mengatakan bahwa multimedia yang merupakan bagian dari jurnalisme masa depan memberikan tantangan yang cukup berat bagi jurnalis di lapangan. Meskipun memiliki prioritas berita-berita yang harus diliput terlebih dahulu, waktu adalah musuh utama mereka. Sayangnya, jurnalis diberikan waktu yang tidak banyak untuk meliput mengingat banyaknya kejadian-kejadian yang harus mereka liput.

Media Sosial berperan penting dalam Future Journalism.
Media Sosial berperan penting dalam Future Journalism.

David Shukman pun menjelaskan bahwa bekerja dalam Future Journalism (Multimedia) itu juga berarti “Multi-skilling” dimana para pekerjanya dituntut untuk memiliki kemampuan produksi konten yang beragam agar dapat terus melakukan pekerjaannya (2009, h.28). Ia pun menambahkan: 

“Hal tersebut (multi-skilling) memang menantang, dan pada akhirnya dapat mengungkap apa motivasi para pekerja. Namun, selama ada uang dan kesempatan, hal tersebut dapat diatasi.”

Ketika berbicara mengenai jurnalisme masa depan, erat hubungannya dengan sosial media. Adanya media sosial seperti facebook, twitter, dan youtube membuat pihak media memikirkan cara agar konten-konten mereka dapat masuk dalam media sosial tersebut sehingga dapat berinteraksi langsung dengan masyarakat dan mengetahui topik-topik yang sedang hangat dibicarakan.

Paul Hambleton melakukan riset terhadap pembaca media BBC mengenai apa yang sebenarnya menjadi nilai inti sebuah berita. Hasilnya, terdapat tiga faktor utama: keaslian cerita, memberitakan dari segala sisi dan perspektif, tidak memihak, dan relatable dengan kejadian kehidupan sehari-hari. Usulan tersebut kemudian menjadi salah satu faktor utama didirikannya user-generated content, yang yang berperan penting dalam masa depan Jurnalisme. 

Dari kasus-kasus diatas, dapat disimpulkan bahwa masa depan jurnalisme berada di tangan masyarakat dan internet. Konvergensi Multimedia membuat jurnalis harus beradaptasi dan belajar kemampuan-kemampuan baru agar tidak ketinggalan, dan dan menggunakan sosial media sebagai acuan topik utama penerbitan. Selain itu, media harus sering mendengarkan masyarakat karena bisa jadi topik-topik berita yang menarik berasal dari mereka. 

Artikel ini juga tersedia dalam bentuk Podcast

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Inovasi Selengkapnya
Lihat Inovasi Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun