Mohon tunggu...
Wardhani Lubis
Wardhani Lubis Mohon Tunggu... Konsultan - LEAD Fellow Cohort-9

learn and live the moment !

Selanjutnya

Tutup

Humaniora Pilihan

Perjalanan Menuju Laksana

23 Februari 2020   11:18 Diperbarui: 23 Februari 2020   11:26 597
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Masyarakat adalah mitra Pembina Pamuka ketika berkegiatan di alam terbuka. (Dok Pribadi)

Tongging -- Silalahi, Januari 2012

Sebagai seorang Pembina Pramuka, adalah suatu pencapaian apabila adik didik telah berhasil menuntaskan tingkatan kecakapan di golongannya. 

Di Gudep kami, menjadi Penegak Laksana adalah impian yang sangat jarang berwujud nyata, karena pada umumnya adik-adik yang telah memiliki kemampuan untuk ujian kecakapan Laksana justru tidak lagi punya cukup waktu untuk menuntaskannya oleh sebab ujian akhir SMA dan persiapan tes masuk PTN yang lazim mereka ikuti. 

Tapi ritme itu kami ubah tahun ini, dengan sepenuh tekad dan keberanian bersama 5 orang calon Penegak Laksana yang menyatakan siap diuji.

Sebagaimana diketahui, syarat paling berat saat ujian Laksana adalah kegiatan pengembaraan. Kami mengatur medan ujian mereka bersamaan dengan kegiatan Kemah Tahunan Gudep yang diikuti semua anggota ambalan selama 4 hari 3 malam di tepi Danau Toba, tepatnya di Desa Tongging-Silalahi. 

Selama waktu perkemahan tersebut para Calon Penegak Laksana ini diberikan tugas-tugas khusus yang berkaitan dengan uji pengembaraan tersebut. Mereka harus tidur di bivak dan terpisah dari peserta kemah lainnya. Hingga pada puncaknya mereka harus melakukan perjalanan sejauh +/- 20 km (dari Pos Polisi Silalahi Rumah Sumbul menuju Desa Tongging) dengan perbekalan seadanya. 

Selama perjalanan mereka diberikan tugas-tugas sebagai penajaman materi SKU yang sebelumnya telah diuji. Mereka juga harus bermalam bersama masyarakat di desa Silalahi (tentu dengan bekal bivak yang mereka siapkan sendiri).

Sejujurnya, ujian Laksana seperti yang saya gambarkan di atas tidak hanya menggugah keberanian adik-adik, tetapi justru amat sangat menggugah keberanian kami sebagai Pembina yang merancang kegiatan tersebut. 

Medan uji yang baru pertama kali dikunjungi dan harus menapaki jalan sepi di tepian danau Toba (hanya dilewati 1-2 kenderaan), jarak desa yang berjauhan sehingga banyak jalur yang harus dilewati jauh dari rumah penduduk, pemandangan makam suku Batak yang terpancang dimana-mana, pepohonan lebat dan seterusnya..... membuat ujian Laksana ini menjadi sangat menantang dan sekaligus...mengundang RESIKO!

Berbagai bahaya yang mungkin mengancam adik-adik selama menempuh ujian tersebut kami rinci sedetail mungkin. Bagi saya yang memang seorang ibu berusia paruh baya, sangatlah mudah untuk memvisualkan berbagai kemungkinan tersebut. 

Sehari sebelum perjalanan mereka dimulai, kami telah menyisir lokasi, menemui Kepala Pos Polisi di titik terjauh perjalanan, menemui Kepala Desa setempat, menginfokan sekedarnya dengan masyarakat di sana bahwa besok akan ada 5 orang Pramuka yang akan melintasi wilayah mereka. 

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Humaniora Selengkapnya
Lihat Humaniora Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun