Salah satunya adalah bisa menghasilkan produk-produk jurnalistik secara maksimal, tanpa memasukkan alasan yang berunsur gender. Pada akhirnya, jika perempuan tidak mampu menjadi setara, lantas mengapa kita menuntut kesetaraan.Â
Kemudian jika kita hanya mampu menjadi jurnalis seperti umumnya, apa gunanya menegaskan jenis kelamin pada profesi kita. Toh nyatanya kita juga belum mampu menunjukkan formula 'keperempuanan' kita pada profesi itu. Tanpa menegaskan jenis kelamin, bukankah kita sama-sama jurnalis?
Foto: Dokumentasi pribadi saat meliput kegiatan Parmalim di Medan.
Beri Komentar
Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!