1. Berfokus pada pelanggan
Dalam dunia pendidikan pelanggan itu dibedakan menjadi dua jenis, yaitu pelanggan internal dan eksternal. Pelangggan internal terdiri dari pengelolah, dosen, staf/karyawaan. Sedangkan pelanggan eksternal adalah mahasiswa, orang tua, pemerintah, dunia usaha dan lain-lain. Agar proses pendidikan yang dilakukan di kampus bisa bermutu maka segala sesuatu harus berfokus pada pelanggan. Kegiatan pendidikan harus mengarah pada upaya memberikan kepuasan kepada setiap pelanggan dari layanan pendidikan yang diberikan. Terutama pelanggan eksternal yaitu mahasiswa.
Perlu digaris bawahi bahwa memberikan kepuasan dari pelanggan internal juga harus dilakukan secara beriringan. Jika tidak mustahil kepuasan pelanggan eksternal bisa terwujud sementara kepuasan bagi pelanggan internal yang memberikan layanan pendidikan itu sendiri tidak pernah diperhatikan. Sebagai contoh, bagaimana seorang dosen bisa mengajar dengan baik sementara kebutuhannya untuk bisa hidup tak pernah dipenui (seperti gaji dan kesejahteraaan dosen yang kurang memadai, tidak adanya motivasi dari atasan dalam bekerja, lingkungan kerja yang tidak nayaman dan lain-lain).
2. Bekerja secara baik dari awal
Perguruan tinggi bermutu pasti mengedapankan mutu. Mutu menjadi syarat utama dalam bekerja. Oleh karena itu ketika perguruan tinggi menginginkan output yang bermutu maka ia pasti mengawali dari input dan proses yang bermutu. Standar mutu terus dijaga dan pegang teguh oleh setiap orang yang bekerja. Sehingga tidak ada alasan untuk mengerjakan sesuatu dengan asal-asalan, semuanya sudah terstandar sesuai yang ditetapkan.
3. Memprioritaskan hubungan dalam bekerja
Orang bekerja perlu kenyamanan. Ketika tidak nyaman maka akan menghambat penyelesaian sebuah pekerjaan. Kenyamanan dalam bekerja dipengaruhi salah satunya oleh lingkungan kerja yang kondusif dan bersahabat. Oleh karena itu jika ingin perguruan tingginya bermutu maka hubungan antara satu dan lainnya perlu dijaga dengan baik. Dimana hubungan tersebut bisa secara horizontal maupun vertikal. Mewujudkan hubungan yang harmonis perlu ditanamkan dalam diri setiap anggota sivitas akademika. Semuanya harus mengedepankan hal tersebut. Terutama bagi pengolah atau jajaran pimpinan yang harus mampu mengelolanya.
4. Memiliki strategi dalam mencapai kualitas
Perguruan tinggi bermutu akan menjadi sesuatu yang mustahil diwujudkan ketika strategi tidak ada di dalamnya. Aturlah strategi agar mutu bisa diraih. Mengatur strategi perlu analisa dalam merumuskannya. Dimana dalam prosesnya harus menggunakan pendekatan SWOT. Melihat kekuatan (Strenght) untuk memunculkan peluang (Opportunity), sehingga dengan peluang bisa meminimalisir kelemahan (Wetnes) dan akan menghindarkan dari ancaman (Treat).
5. Menjadikan keluhan atau kritikan sebagai umpan balik
Perguruan tinggi bermutu sangat terbuka dengan kritikan. Karena dengan kritikan yang muncul bisa dijadikan evaluasi tentang layanan pendidikan yang diberikan. Sehingga bisa dikatakan perguruan tinggi bermutu seringkali melakukan evaluasi diri dari apa yang disampaikan oleh para pelanggan pendidikan. Karena perguruan tinggi tidak akan tau kesalahan dan kekurangannya ketika tidak ada masukan berupa keluhan dan kritikan dari pihak lain. Dengan demikian dapat dipahami bahwa ketika perguruan tinggi menutup diri untuk dikritik maka jangan berharap peningkatan mutu perguruan tinggi akan terjadi.