Mohon tunggu...
elde
elde Mohon Tunggu... penggembira

penggembira....

Selanjutnya

Tutup

Politik Pilihan

Bayang-bayang SBY di Langkah Agus Yudhoyono

12 Oktober 2016   21:17 Diperbarui: 13 Oktober 2016   00:55 2298
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Politik. Sumber ilustrasi: FREEPIK/Freepik

Makin menipis sudah harapan kelompok asal bukan Ahok (ABA) untuk menghambat laju gubernur Petahana menduduki jabatan periode keduanya. Calon penantang yang diajukan secara kualitas kepemimpinan dalam birokrasi pemerintahan belum pernah teruji dan jauh dari prestasi yang sudah diraih oleh Ahok. Jakarta sebagai ibukota negara bukanlah ajang uji coba atau gambling bagi yang memiliki pengalaman nol untuk mengelolanya. Ibukota adalah etalase negara ini di mata dunia internasional.

Munculnya nama Agus Harimurti Yudhoyono (AHY) putra mantan presiden keenam, SBY, membuat lesu yang mendengarnya. Rasa pesimis bisa mengalahkan Ahok begitu besar, apalagi jika dikaitkan dengan partai Demokrat sebagai partai pengusung binaan sang mantan karena kader elitenya akhir-akhir ini banyak terkena kasus korupsi. Walaupun dikenal cerdas di kalangan militer, dari segi umur dan pengalaman di pemerintahan AHY bisa dikatakan tidak ada sama sekali. Walaupun didampingi oleh Sylviana sebagai birokrat di Pemprov DKI, namun nama ini juga tidak begitu dikenal masyarakat dan juga prestasinya. Mungkin orang lebih mengenalnya sebagai mantan None Jakarta tahun 80an dan memiliki keunggulan karena putri Betawi. Itu saja.

Alasan yang mendasari "terburu-burunya" SBY memunculkan AHY menjadi teka-teki sendiri dan menimbulkan berbagai macam spekulasi. Diantaranya menyebutkan Pilgub hanyalah panggung perkenalan bagi AHY yang kemungkinan nantiya akan menggantikan SBY menjadi ketua umum Demokrat sebagai "perusahaan keluarga" dan selanjutnya dipersiapkan untuk bakal  calon presiden di masa mendatang. Bila menang di Pilgub disyukuri namun apabila kalah pun tidak menjadi soal karena jabatan lain di partai telah menanti sebagai penerus dinasti Cikeas.

Menyandarkan impian pada putra bungsu untuk meneruskan karier di dunia politik sepertinya sudah tidak ada harapan lagi. Walaupun berbagai jabatan strategis partai pernah dipercayakan pada Ibas, tapi kiprahnya belum menampakkan hasil yang diharapkan. Kemampuan cara berkomunikasi dan berpolitiknya tidak ada kemajuan, Demokrat pun malah sering didera masalah hingga pencapaian suara di pemilu legislatif pun anjlok. Belum lagi kasus korupsi yang sering dikaitkan dengan namanya walau sampai saat ini belum sempat diperiksa oleh KPK.

Kans untuk menang di Pilgub bagi Agus Yudhoyono bisa dikatakan kecil. Mendengar nama belakangnya, orang pun mau tidak mau lalu mengaitkan dengan SBY. Diakhir jabatan periode keduanya sebagai presiden, tingkat kepuasan masyarakat atas kepemimpinannya sangat menurun. Ini terbukti dari pemilihan legislatif kemarin dimana perolehan suara Demokrat terjun bebas. Semula menjadi pemenang pemilu 2009 kemudian hanya menduduki peringkat ketiga tahun 2014, dibawah PDIP dan Golkar. Parpol pendukungnya pun tidak begitu solid terlihat adanya kader-kader yang membangkang memberikan dukungan pada Ahok-Djarot dan juga terpecahnya menjadi 2 kubu di tubuh PPP.

Fakta tersebut bisa dijadikan pemetaan dukungan suara yang nantinya akan diberikan pada AHY. Kekecewaan masyarakat pada pemerintahan rezim SBY masih besar dan tentunya orang pun berpikir ulang untuk mendukung AHY karena sosok ini diidentikkan dengan gaya pemerintahan SBY. Agus Yudhoyono diibaratkan hanyalah tangan panjang dari pemikiran SBY. Tentunya hanya masyarakat yang merasa puas atas kepemimpinan pada jaman SBY dan akan menjadi pendukungnya. 

Kemunculan AHY saat ini terasa juga dinilai kurang tepat. Jika tujuannya untuk menyaingi Jokowi nantinya, kemungkinan besar harus bersabar menunggu 2 periode. Antusias dan harapan besar pada pemerintah sekarang ini sangat tinggi. Terlihat dari berbagai survei tingkat kepuasan masyarakat mencapai lebih dari 65%. Bahkan lebih ekstrem lagi ada yang membandingkan pencapaian Jokowi selama 2 tahun sudah bisa disandingkan dengan 10 tahun pemerintahan jaman SBY dalam masalah pembangunan.

Di Pilgub DKI bukan rahasia lagi adanya kedekatan Jokowi dan Ahok sebagai petahana yang maju kembali mencalonkan diri.. Dalam berbagai kesempatan, Ahok maupun Djarot sebagai pendampingnya sering mengucapkan bahwa pembangunan Jakarta yang sekarang dilakukan adalah untuk mewujudkan mimpi Jokowi. Menjadikan Jakarta sebagai etalase negara yang bisa bersaing dengan kota-kota besar lainnya di dunia. Program-program yang sekarang dilaksanakan, termasuk penggusuran daerah ilegal, adalah konsekwensi pemerintah daerah untuk mencapai impian tersebut.

 Tujuannya selain meminimalisir bencana banjir yang sering melanda ibukota, juga menyangkut tata kota yang bersih dan manusiawi. Sebagai penerus program Jokowi, tentunya Ahok akan mendapatkan berkah dukungan dari masyarakat yang saat ini merasa puas atas kinerja Jokowi. Apalagi ditambah parpol-parpol pendukung yang memiliki basis massa militan semacam PDIP. Kans untuk memenangkan semakin besar. Tidak mengherankan bila pihak lawan merasa panik dan melakukan banyak serangan. Dari mengkaitkan dengan kasus korupsi hingga pemlintiran berbau SARA.

Bagaimana kalkulasi pasangan Anies-Sandiaga Uno? Tidak jauh berbeda seperti halnya Agus-Sylviana. Namun soal ini akan dibahas lagi oleh Elde sebagai penggembira di Kompasiana yang prediksi-prediksi di dunia perpolitikannya sudah terbukti banyak terjadi tapi mengenai soal Anies-Sandi nanti dibahas pada artikel edisi selanjutnya karena bakal kepanjangan.. Harap sabar menunggu,  hanya saja yang jelas Anies bukanlah orang Jokowi yang "dikorbankan" dengan telah dicukupkan beliau menjabat sebagai Menteri Pendidikan. Jokowi tentu saja punya pemikiran lain dan itu terkait hasil kerja yang dicapai oleh Anies yang dianggap tidak bisa memenuhi target seperti diharapkan.

Sedikit bocoran saja. Opini yang menyatakan bahwa Anies adalah "orang" Jokowi, ini hanyalah salah satu trik tipu-tipu untuk menarik pendukung Jokowi dibarisannya. Hanya saja model seperti ini sudah tidak mempan lagi digunakan di masyarakat yang semakin cerdas membaca segala akal bulus terkait strategi politik. Seperti klaim Gerindra yang sudah dibantah oleh Setneg.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Politik Selengkapnya
Lihat Politik Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun