Mohon tunggu...
Louis Pariama
Louis Pariama Mohon Tunggu... Lainnya - Pendeta

suka baca dan jalan-jalan, menaruh perhatian pada persoalan-persoalan sosial, isu perempuan dan anak serta masyarakat dan budaya lokal

Selanjutnya

Tutup

Humaniora Pilihan

Sekutu Tega Meninggalkan, Tuhan Tidak!

28 Februari 2024   07:01 Diperbarui: 28 Februari 2024   07:19 65
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Humaniora. Sumber ilustrasi: PEXELS/San Fermin Pamplona

"Sudah jatuh tertimpa tangga pula", sebuah peribahasa yang tepat dikenakan kepada bangsa Yehuda dalam catatan Yeremia 30:12-22. Ya, bangsa itu mengalami kemalangan bertubi-tubi. 

Pada masa pemerintahan raja Zedekia, Yehuda dikepung lalu kemudian ditaklukkan oleh Babel. Dalam sejarahnya, Zedekia ditangkap, dijatuhi hukuman, anak-anaknya dibunuh di depan matanya, kemudian matanya dicungkil lalu ia dibelenggu dan dibawa ke Babel. Bait Allah dibakar, tembok kota Yerusalem dihancurkan.

 Tidak hanya raja Zedekia, para petinggi Yehuda, orang-orang pandai, rakyat kebanyakan juga turut diangkut sebagai buangan di Babel. Yang tersisa hanyalah orang-orang paling miskin yang tak punya apa-apa (lih. 2 Raja-Raja 25).  Tidak ada raja, tidak ada pemimpin, tidak ada pemerintahan di Yehuda.


Sungguh sebuah kemalangan. Yehuda tak berdaya, tak punya kekuatan militer, tak dapat membebaskan dirinya sendiri. Tetapi serasa masih kurang, kemalangan itu ditambah dengan tidak adanya dukungan dari bangsa-bangsa sekutu Yehuda. Bangsa-bangsa yang sebelumnya mereka andalkan.


Keadaan Yehuda digambarkan oleh nabi Yeremia seperti orang yang mengidap sakit parah atau mematikan, berada dalam keadaan kritis, tidak ada obat/tidak dapat disembuhkan. Ia menyebutnya luka dan bisul. Dalam Perjanjian Lama (PL), bisul seringkali dianggap sebagai penyakit yang mengerikan, sebagai hukuman dari Tuhan. Gambaran ini menjelaskan penyebab kemalangan yang menimpa Yehuda, yaitu dosa mereka.

Seperti nabi-nabi PL lainnya, Yeremia mengaitkan kejatuhan Yehuda dengan dosa mereka kepada Tuhan. Ketidaktaatan para pemimpin pada hukum Tuhan, keterlibatan umat dalam ritual penyembahan agama bangsa lain, dinilai sebagai ketidaksetiaan umat kepada Tuhan mereka. Yehuda, baik pemimpin maupun rakyatnya telah lupa pada identitas mereka sebagai umat Tuhan. Sang nabi berkata, Tuhanlah yang telah memukul bangsa itu sehingga mereka kalah dan tak berdaya. 

Namun, Tuhan yang menghukum Yehuda karena dosa mereka itu, akan bangkit untuk menolong umat-Nya. Ia akan menyembuhkan dan mengobati luka mereka. Ia akan mengasihani mereka dan memulihkan keadaan mereka. Pemulihan Yehuda oleh Tuhan itu akan mencakup seluruh aspek hidup mereka, secara politis maupun religius. Kota yang hancur, kehidupan yang porak-poranda, praktik religi yang keliru, akan diperbaiki, dikembalikan sebagaimana mestinya. Tindakan Allah yang memulihkan itu menegaskan Allah sebagai yang mengasihi umatNya dan tidak pernah menghendaki kehancuran hidup.


Kemalangan, ketidakberuntungan, kegagalan, bisa menghampiri siapa saja. Kita bisa mengalami kemalangan karena keputusan kita yang salah, pertimbangan kita yang keliru, tindakan kita yang melenceng. Tapi kita juga bisa mengalami kemalangan akibat rekayasa, keputusan, tindakan orang lain yang merugikan kita. Kita bisa mengalami kemalangan karena kita melakukan hal yang salah, tetapi juga sebaliknya justru ketika kita melakukan hal yang benar. 

Pada dasarnya kemalangan-kemalangan bisa menimpa siapa saja, kapan saja. Apapun penyebabnya, kemalangan selalu menimbulkan duka, luka, membuat lemah dan tak berdaya. Pada saat itu, yang kita butuhkan adalah dukungan, bantuan, pertolongan untuk membangkitkan kita kembali. Adakah yang dapat kita andalkan? Sayangnya, seringkali kita sulit mendapatkan bantuan, pertolongan, bahkan dari orang yang begitu dekat dengan kita, dan yang kita andalkan: sahabat atau keluarga. Kita bisa saja mengalami yang namanya "sudah jatuh tertimpa tangga pula", dan kita akan menjadi semakin kecewa, terluka, patah.  


Akh, janganlah menyerah. Tuhan itu terlalu mengasihi kita. Kemalangan, ketidakberuntungan, kegagalan, kesusahan kita tidak pernah luput dari perhatian-Nya. Ia tidak pernah diam dan berpangku tangan. Ia tidak pernah menjauh dari orang-orang yang gagal dan tak beruntung. Ia tidak pernah tega membiarkan kita terluka. Ia selalu sedia menolong kita dan pertolongan-Nya tidak pernah setengah-setengah. Ia memulihkan sepenuhnya, seutuhnya, ia mengembalikan kehidupan sebagaimana mestinya. Seperti Ia memulihkan Yehuda, Ia pun dapat memulihkan hidup kita. Jika begitu, percaya dan berharap saja kepadaNya: Ia Tuhan yang memulihkan! Amin.

Mohon tunggu...

Lihat Konten Humaniora Selengkapnya
Lihat Humaniora Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun