Mohon tunggu...
louis albert suwandi
louis albert suwandi Mohon Tunggu... Kolese Kanisius

Hobi Main Bola

Selanjutnya

Tutup

Atletik

Bukan Tentang Siapa yang Juara, Tapi Siapa yang Bertumbuh

5 Oktober 2025   22:53 Diperbarui: 5 Oktober 2025   22:52 11
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
CC B VS SMKN 53 sumber : Dokumentasi CC CUP XL 2025

Kegiatan Canisius College Cup XL 2025 akhirnya dimulai. Sejak peluit pertama dibunyikan, suasana sekolah seakan berubah menjadi pusat energi muda yang menyala. Lapangan penuh semangat, tribun bergemuruh oleh sorak-sorai Alaska (Aliansi Suporter Kanisius), dan di setiap sudut sekolah tampak panitia berlari ke sana kemari memastikan segalanya berjalan lancar. Lebih dari 200 sekolah terlibat, dan lebih dari 500 panitia bekerja tanpa kenal lelah.

Namun di balik semua itu, CC Cup bukan sekadar pesta olahraga. Ia adalah cermin perjalanan karakter, tempat kami belajar untuk berjuang, bekerja sama, dan tumbuh menjadi pribadi yang lebih kuat. Tahun ini, saya tak hanya menjadi penonton atau panitia tapi juga pemain yang merasakan langsung arti sesungguhnya dari magis: berjuang lebih dari yang diminta. Dalam hiruk-pikuk pertandingan, saya menyadari bahwa di lapangan itu, setiap orang sedang belajar tentang arti ketulusan, semangat, dan pengorbanan dalam bentuk paling nyata.

Saya masih ingat betul bagaimana sorak penonton menggema ketika tim sepak bola CC B melangkah ke lapangan untuk menghadapi SMKN 53. Semua tahu, kami bukan tim unggulan. Lawan punya reputasi besar, gaya bermain cepat, dan pengalaman panjang. Namun kami datang bukan untuk sekadar bertanding, melainkan membuktikan bahwa semangat bisa menembus segala batas.

Sejak menit awal, kami tampil disiplin. Kami tahu satu-satunya cara menghadapi tim kuat adalah bermain cerdas menutup ruang, menjaga ritme, dan saling percaya. Dan di sinilah letak keindahan yang tidak bisa diukur angka: kami berhasil mematikan pola permainan lawan. Kami bertahan dengan hati, menyerang dengan harapan. Walaupun akhirnya kalah tipis 1--0, semua pemain tahu, kami baru saja memenangkan sesuatu yang lebih penting dari skor kami memenangkan harga diri dan kebanggaan.

"Menang itu penting, tapi bertumbuh itu jauh lebih berharga."

Setelah peluit akhir berbunyi, tidak ada rasa marah atau kecewa. Justru yang muncul adalah rasa hormat dan solidaritas. Kami saling berpelukan dengan lawan, mengucapkan selamat, dan menepuk bahu satu sama lain. Tidak ada kata kasar, tidak ada keributan --- meskipun laga berlangsung panas. Di situlah saya belajar bahwa sportivitas sejati bukan tentang menahan emosi, tapi tentang mengubah persaingan menjadi persahabatan.

Bagi saya pribadi, pertandingan itu bukan sekadar tentang bola yang bergulir, tapi tentang bagaimana hati kami diuji. Dalam setiap tekel dan umpan, ada kerja sama, komunikasi, dan kepercayaan yang terbangun dari latihan panjang. Kami datang bukan untuk menaklukkan lawan, tapi untuk menaklukkan rasa takut dalam diri kami sendiri rasa takut kalah, gagal, atau dianggap lemah. Dari sanalah muncul daya juang yang tidak bisa dibeli, hanya bisa dilatih lewat pengalaman.

Di luar lapangan, saya memegang tanggung jawab lain: panitia P3K (pertolongan pertama). Peran ini tidak mudah. Saya harus tetap fokus bertugas, memastikan semua pemain aman, bahkan ketika saya sendiri juga harus bersiap bermain. Ada momen di mana saya kelelahan, keringat bercucuran, tapi hati tetap hangat karena tahu semua ini punya makna besar. Dari sinilah saya belajar tentang kepemimpinan yang sederhana, yaitu melakukan yang terbaik meski tidak ada yang melihat.

Tugas ganda itu mengajarkan saya arti tanggung jawab dan dedikasi. Di tengah tekanan dan waktu yang padat, saya menyadari bahwa bekerja untuk orang lain bisa memberi kebahagiaan yang jauh lebih dalam. Melihat pemain lain tertolong, atau panitia lain tersenyum lega, adalah bentuk kecil dari cinta terhadap komunitas.

"Magis bukan soal menjadi yang terbaik, tetapi menjadi lebih dari sebelumnya."

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Atletik Selengkapnya
Lihat Atletik Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun