Mohon tunggu...
Tri Lokon
Tri Lokon Mohon Tunggu... Human Resources - Karyawan Swasta

Suka fotografi, traveling, sastra, kuliner, dan menulis wisata di samping giat di yayasan pendidikan

Selanjutnya

Tutup

Travel Story Artikel Utama

Asyiknya Menikmati Suasana Malam di Kota Lama Semarang

26 Januari 2018   11:43 Diperbarui: 26 Januari 2018   15:16 5464
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Ke Semarang, Jawa Tengah, jangan hanya berburu Bandeng Presto atau Moaci. Sesekali berburulah "suasana malam" di Kota Lama, kawasan gedung-gedung tua peninggalan zaman kolonial Belanda. Singgahlah di Taman Sri Gunting, Jalan Letjen Suprapto.

Udara malam itu, terasa sejuk. Saat saya melewati jalan Kali Berok, tampak menyisakan basah. Hujan baru saja mengguyur kota Semarang. Di saat tidak hujan, meski malam udara kawasan Semarang bawah terasa gerah. Maklum, kota ini berada di pesisir Pantai Utara, Pergota (Bergota) yang sudah ada sejak abad 6 Masehi.

Setelah mobil parkir di dekat Pasar Klitikan, tempat berburu barang antik, saya dan keluarga adik saya berjalan menuju ke Taman Sri Gunting. Taman ini berada di tengah-tengah antara Gedung Blenduk, Gedung Marba, Gedung Jiwasraya, dan Gedung Kerta Niaga.

Gereja Blenduk di malam hari (Dokpri)
Gereja Blenduk di malam hari (Dokpri)
Sudut Resto (dokpri)
Sudut Resto (dokpri)
Malam itu (5/1), jarum jam sudah menunjuk ke angka sembilan. Susana malam itu tidak sepi. Tetiba di taman Sri Gunting, banyak pengunjung nongkrong dan berfoto ria di sekitar taman. Yang lain, terlihat jalan-jalan di sekitar Gereja Blenduk, gereja berasitektur kubah bergaya Kolonial, mulai dibangun Belanda tahun 1753.  

Tak hanya banyak pengunjung, mata saya terpesona oleh payung-payung aneka warna yang bergelantungan rapih segaris dengan jalan setapak di taman itu. Pemasangan payung-payung itu mempercantik taman yang aslinya sudah rindang dan alami.

Sepeda Cantik (Dokpri)
Sepeda Cantik (Dokpri)
Landamrk Kota Lama (Dokpri)
Landamrk Kota Lama (Dokpri)
Anda ingin berswafoto naik sepeda antik nan unik? Di tengah taman disediakan sepeda-sepeda hias bunga untuk mereka yang ingin swafoto. Bagi yang berfoto, jangan lupa mengisi kotak derma secara sukarela. Ada aneka macam sepeda dengan warna yang berbeda. Sepeda pink, ungu, sepeda beroda tiga, becak ala jepang dan becak kayuh, tinggal pilih.

Setelah menikmati keramahan malam di Taman Sri Gunting, lalu kaki melangkah untuk jalan-jalan mengitari Gereja Blenduk yang berkubah. Sepanjang perjalanan, saya melihat pengunjung berfoto ria. "Little Netherland" dengan arsitektur Eropa yang eksotik dan menyimpan segudang cerita tentang jaman kolonial Belanda. Sungguh, malam itu saya merasakan aura landmark Kota lama Semarang yang toleran antara penjajah dan peninggalan sejarah dan budaya yang bernilai tinggi.

Serba Retro di sini (dokpri)
Serba Retro di sini (dokpri)
Menyusuri Kota Lama, suguhan angker dan kumuh kini jauh ditinggal. Pemkot Semarang merubah kesan lama itu menjadi landmark yang indah. Yang saya lihat kini sudah ada 10 restoran sekaligus sebagai kafe dibuka untuk menfungsikan kembali gedung-gedung lama yang kosong. Sayang, 3D Trick Art Museum yang dilengkap Omah Kwalik Resto, malam itu sudah tutup.

Barang kuno dan antik (Dokpri)
Barang kuno dan antik (Dokpri)
Sepeda antik (Dokpri)
Sepeda antik (Dokpri)
"Nuansa barang antik dan lawas, banyak dijadikan ornamen di Cafe Retro ini ya. Rasanya seperti kembali ke zaman dulu. Sambil menyeruput kopi, pikiran melayang ke jaman tempo dulu" ucap saya ke adik saya, saat istirahat sejenak di Cafe Retro.

"Pingin photobooth? Silahkan tersedia banyak spot foto di sini" timpal pelayan cafe menawarkan kepada kami setelah menulis pesanan minuman dan makanan kami.

Sebelum kembali mobil, Pasar Klitikan yang berada di samping Cafe Retro, sempat saya sambangi. Lapak-lapak yang menempel dinding gedung tua, menjajakan dan menyajikan barang-barang antik seperti jam kuno, tembikar, peralatan rumah tangga, radio, topi bahkan sepeda motor. Saya melihat juga, koleksi prangko lawas, mesin ketik dan banyak lagi.

Spot foto, dinding bergambar (Dokpri)
Spot foto, dinding bergambar (Dokpri)
Suasana malam (dokpri)
Suasana malam (dokpri)
Tak terasa dua jam lebih, kami berada di seputaran Kota lama Semarang. Malam semakin larut menyurutkan lalu-lalang pengunjung. Dalam berkas sinar lampu, gedung-gedung tua itu tetap berdiri kokoh menyimpan sejarah dan makna seperti tidak pernah tidur dimakan usia.

"Ada gedung yang ditumbuhi pohon besar. Pernah dipakai untuk lokasi shooting film. Juga menjadi spot foto bagi wisatawan.  Nanti pulangnya kita lewati" kata adik saya dari belakang kemudi.

Pohon dan gedung (dokpri)
Pohon dan gedung (dokpri)
Dibiarkan antik (dokpri)
Dibiarkan antik (dokpri)
Tak beberapa lama kami sudah sampai di lokasi yang dimaksud adik saya. Memang betul, ada tanaman yang merayap di dinding gedung. Di lihat dari akar batangnya, tanaman ini tampak dibiarkan tumbuh liar dan berusia lama.

Setelah mengambil foto, kami pulang menuju ke kawasan atas Semarang dengan membawa perasaan bangga. Ternyata Semarang, terutama Kota Lamanya, semakin indah dan asyik dinikmati di malam hari.

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Travel Story Selengkapnya
Lihat Travel Story Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun