Mohon tunggu...
Julianda Boang Manalu
Julianda Boang Manalu Mohon Tunggu... ASN pada Pemerintah Kota Subulussalam, Aceh

Penulis buku "Eksistensi Keuchik sebagai Hakim Perdamaian di Aceh".

Selanjutnya

Tutup

Sosbud Pilihan

Makan Gratis Datang, Gengsi Tetap Jalan

17 Oktober 2025   07:00 Diperbarui: 17 Oktober 2025   01:39 30
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Ilustrasi. Dokumen Pribadi Julianda Boang Manalu. Desain oleh AI.

Misalnya, ada anak yang membawa minuman merk tertentu ("minuman kekinian") meskipun sudah makan di sekolah. Ada yang tetap membawa snack mahal untuk membagi ke teman, agar "dilihat punya". 

Ada juga yang rela tidak makan tambahan, tapi ikut "patungan" ketika ada teman ulang tahun --- agar nama mereka tetap tercatat. Dalam situasi ini, uang jajan menjadi indikator sosial yang tak langsung tampak: bukan berapa banyak, tapi apakah seseorang ikut dalam jaringan sosial grup.

Dalam pengamatan sosial anak sekolah, sering muncul "klub kuliner ringan" di jam istirahat: suatu kelompok anak membeli snack kecil bersama-sama, berbagi, bergurau, dan menciptakan identitas kelompok. 

Kelompok ini kadang tak tergantung siapa punya uang banyak, tetapi siapa yang tetap bisa ikut patungan hari itu. Anak yang tidak ikut bisa merasa "terpinggirkan". 

Dan meski makan pokok sudah gratis, risiko "tidak bisa ikut nongkrong jajan" bisa menciptakan rasa jauh, tertinggal, atau malu.

Penting dicatat: gengsi ini bukan sekadar konsumtif semata, tapi bagian dari pembentukan relasi sosial anak---siapa diterima, siapa dipercaya, siapa dianggap teman. 

Maka ketika uang jajan disisihkan lebih kecil, anak-anak akan lebih kreatif memilih kapan dan bagaimana mereka "berinvestasi" sosial kecil-kecilan.

Catatan Bagi Orang Tua, Sekolah, dan Pemerintah: Apa yang Harus Disimak?

Melihat kenyataan bahwa uang jajan masih punya peran sosial dalam kehidupan anak sekolah meski MBG berjalan, ada beberapa catatan penting:

Pertama, orang tua perlu menyadari: pengurangan uang jajan total tidak otomatis baik. Yang penting bukan nominal besar kecilnya, tapi fungsi uang jajan sebagai ruang belajar anak mengatur prioritas --- kapan beli snack, kapan menabung, kapan berbagi. 

Kalau uang jajan dipangkas drastis tanpa dialog, anak dapat kehilangan ruang pengembangan kemandirian sosial.

Kedua, sekolah bisa memediasi ruang sosial yang sehat. Misalnya, menyediakan kios sehat murah di sekolah dengan harga sangat terjangkau, agar anak bisa ikut membeli snack ringan tanpa harus bergantung pada uang jajan besar di luar sekolah. 

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
Mohon tunggu...

Lihat Konten Sosbud Selengkapnya
Lihat Sosbud Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun