Mohon tunggu...
Julianda Boang Manalu
Julianda Boang Manalu Mohon Tunggu... ASN pada Pemerintah Kota Subulussalam, Aceh

Penulis buku "Eksistensi Keuchik sebagai Hakim Perdamaian di Aceh".

Selanjutnya

Tutup

Humaniora Artikel Utama

Antara Bangga dan Waswas, Kisah di Balik Tulisan Saya di Kompas.com

16 Agustus 2025   07:00 Diperbarui: 18 Agustus 2025   14:49 584
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Tangkap layar tulisan penulis yang di muat di laman KOMPAS.com. Dokumen Pribadi Julianda Boang Manalu

Pengalaman ini mengajarkan saya bahwa menulis bukan hanya soal kemampuan merangkai kata, tetapi juga soal keberanian mengambil sikap. Setiap kalimat yang kita tulis membawa konsekuensi, baik yang terlihat maupun yang tak terduga.

Saya belajar bahwa rasa bahagia dan rasa takut bisa hadir bersamaan, saling berkelindan seperti dua sisi mata uang. Kebahagiaan memberi semangat, sementara ketakutan memberi kewaspadaan.

Bagi penulis pemula seperti saya, momen dimuatnya artikel di media besar adalah pencapaian yang membanggakan. Namun, saya juga mengerti bahwa pencapaian itu datang bersama tanggung jawab besar untuk menjaga integritas tulisan.

Pesan yang ingin saya sampaikan kepada penulis lain adalah jangan biarkan rasa takut menghentikan langkah. Rasa takut adalah sinyal untuk berhati-hati, bukan untuk mundur.

Kita bisa tetap kritis tanpa kehilangan kesantunan. Kita bisa mengkritik sistem tanpa menjatuhkan martabat individu. Semua itu mungkin, asalkan kita menulis dengan dasar yang kuat dan niat yang jelas.

Saya juga berharap media terus memberikan ruang bagi penulis pemula untuk bersuara, dengan tetap menjaga standar etika jurnalistik. Ruang seperti ini penting untuk membangun budaya diskusi yang sehat.

Kebebasan berpendapat bukan berarti bebas berkata apa saja tanpa konsekuensi, melainkan kebebasan untuk menyampaikan pikiran dengan cara yang bertanggung jawab.

Saya percaya, jika lebih banyak orang berani menulis dengan prinsip seperti ini, kita bisa menciptakan ruang publik yang lebih matang dan demokratis.

Pengalaman ini mungkin akan saya ingat selamanya, bukan hanya karena artikel saya dimuat, tetapi karena proses emosional yang menyertainya.

Dan saya yakin, perjalanan ini baru saja dimulai. Masih banyak cerita yang menunggu untuk ditulis, dengan segala risiko dan keindahan yang datang bersamanya.

Penutup

Menulis adalah perjalanan yang penuh warna. Ada tawa, ada cemas, ada rasa puas, ada pula kegelisahan. Semua itu bercampur menjadi pengalaman yang utuh.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
  5. 5
  6. 6
  7. 7
  8. 8
Mohon tunggu...

Lihat Konten Humaniora Selengkapnya
Lihat Humaniora Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun