Hubungan antar manusia memang berubah seiring waktu. Tapi bukan berarti kita harus menyerah pada keterasingan. Kita tetap bisa mencari, tetap bisa membuka ruang.Â
Bahkan di usia yang tak lagi muda, kita tetap bisa bertemu orang-orang baru yang mengerti. Teman-teman baru, rekan sevisi, bahkan pasangan hidup yang datang di saat kita sudah lelah berharap.
Yang penting adalah kita tetap mau terbuka. Tidak mengurung diri terlalu lama. Tidak menutup pintu terlalu rapat. Karena terkadang, yang kita butuhkan bukan banyaknya orang, tapi satu pelukan yang tulus. Satu percakapan yang jujur. Satu tatapan yang tidak menghakimi.
Saya belajar bahwa tidak semua sepi harus diisi. Ada sepi yang perlu dinikmati, untuk memberi ruang pada pemulihan. Tapi juga, tidak semua kesendirian harus dipelihara. Kita berhak mencari teman, meminta dukungan, bahkan menangis di bahu orang lain.
Menjadi dewasa memang identik dengan tanggung jawab, tapi bukan berarti kita harus menanggung semuanya sendiri. Kita tetap manusia---yang butuh dipahami, didengar, dan dipeluk. Dan selama kita masih mau membuka hati, kita akan selalu menemukan bentuk koneksi baru.
Hari ini, saya masih sesekali merasa sepi. Tapi saya tahu, saya tidak harus menghadapinya sendirian. Saya belajar mengirim pesan lebih dulu, mengajak ngobrol tanpa harus ada alasan besar, dan memberi kabar meski hanya untuk bertanya "apa kabar?"
Karena kadang, kehangatan itu tidak datang dengan tiba-tiba. Ia hadir ketika kita mau menciptakannya. Dan menjadi dewasa bukan berarti berhenti berharap. Tapi justru, berani membangun ulang harapan---dengan lebih sadar, lebih tenang, dan lebih bijak.
Follow Instagram @kompasianacom juga Tiktok @kompasiana biar nggak ketinggalan event seru komunitas dan tips dapat cuan dari Kompasiana. Baca juga cerita inspiratif langsung dari smartphone kamu dengan bergabung di WhatsApp Channel Kompasiana di SINI