Dulu kita akrab dengan hubungan yang ramai---banyak teman, banyak acara, banyak obrolan. Tapi seiring waktu, kita mulai menyadari bahwa yang kita butuhkan bukan hanya keramaian, tapi keintiman. Bukan hanya banyaknya orang, tapi dalamnya hubungan.
Dan di titik itu, tidak semua orang bisa ikut masuk. Bukan karena kita tidak mau berbagi, tapi karena tidak semua koneksi bisa bertahan dalam kedalaman. Ada yang memang hanya cocok untuk tertawa di kafe, tapi tidak cukup kuat untuk menampung tangis dalam percakapan larut malam.
Saya belajar bahwa menjadi dewasa adalah soal memilah. Memilah mana hubungan yang sehat dan memberi energi, dan mana yang hanya menyisakan lelah dan tekanan.Â
Kita belajar untuk tidak lagi mencari validasi dari semua orang. Kita mulai nyaman dengan kehadiran satu atau dua teman dekat, ketimbang harus berusaha menyenangkan banyak orang.
Di sisi lain, kita juga mulai lebih sadar tentang diri sendiri. Kita mengenali pola pikir, luka lama, dan cara kita merespons dunia. Kadang, proses itu menyakitkan.Â
Tapi dari situ juga, kita mulai punya kendali. Kita tahu apa yang kita butuhkan. Kita tahu kapan harus mengiyakan, kapan harus menolak. Kita belajar membangun batas yang sehat, bahkan jika itu berarti harus kehilangan beberapa orang di sepanjang jalan.
Kesepian itu tetap datang sesekali. Tapi saya tidak lagi panik seperti dulu. Saya belajar menerimanya sebagai ruang jeda. Saat di mana saya bisa memeluk diri sendiri, mendengarkan isi kepala yang lama terabaikan, dan memberi waktu untuk bernafas.
Saya juga mulai sadar bahwa menjadi dewasa bukan soal punya banyak teman, tapi soal mampu hadir secara utuh---untuk diri sendiri, dan untuk orang-orang yang memang layak diberi tempat.
Dan saat kita mulai mampu hadir secara utuh, kita tidak lagi butuh keramaian untuk merasa cukup. Kita hanya butuh koneksi yang jujur, meski hanya satu dua. Kita hanya butuh kehadiran yang sungguh, meski tidak selalu bersama.
Tidak Harus Sendiri Selamanya
Saya sempat berpikir bahwa kesendirian adalah harga yang harus dibayar untuk menjadi dewasa. Tapi ternyata, itu tidak sepenuhnya benar.Â
Kita memang akan kehilangan beberapa hal---waktu luang yang berlimpah, obrolan tak berujung, hubungan yang dulu terasa abadi. Tapi kita juga punya kesempatan untuk membangun hal baru---hubungan yang lebih dalam, lebih tulus, lebih dewasa.