Menjadikan keluarga sebagai benteng berarti mempersiapkan tiga "pilar kokoh": ekonomi, sosial-emosional, dan kesiapsiagaan. Pilar ekonomi mencakup kemandirian finansial dan pengelolaan utang.Â
Pilar sosial-emosional berkaitan dengan ikatan antara anggota keluarga, komunikasi, dan budaya saling membantu.Â
Sedangkan kesiapsiagaan berbicara mengenai sikap proaktif---mulai dari menanam pangan kecil-kecilan hingga belajar menanggapi berita serius dari luar negeri.
Setidaknya, keluarga Indonesia harus mulai beralih dari pola konsumsi berlebihan menuju pengelolaan kebutuhan secara cerdas. Di level paling dasar, ini berarti pengaturan budgeting bulanan yang mencakup pos utama seperti pangan, energi, sekolah, hingga dana darurat.Â
Apabila memungkinkan, rumah tangga bisa mengenalkan konsep "tabungan BBM" dan "tabungan sembako" sebagai buffer saat harga melonjak secara tak terduga.
Namun aspek biologis dan psikologis juga demikian penting. Keluarga yang harmonis memungkinkan komunikasi lebih lancar ketika menghadapi tekanan hingga anak pun lebih tangguh menghadapi ketidakpastian.Â
Misalnya, ketika ibu rumah tangga menjelaskan pada anaknya kenapa ongkos sekolah naik atau kenapa liburan tahun ini ditiadakan, dan menjadikan ini sebagai pelajaran penting tentang kondisi negara dan dunia.
3. Strategi Ekonomi Mikro: Dari Kita, oleh Kita
Strategi tingkat ini menempatkan keluarga sebagai pelaku utama. Dimulai dari revisi gaya hidup: mengganti lampu rumah dengan LED efisiensi tinggi, memanfaatkan kendaraan umum, dan memperbanyak aktivitas digital murah.Â
Ingat, beberapa kenaikan biaya global bersifat struktural, dan keluarga perlu menyesuaikan diri; bukan menunggu harga kembali ke level semula.
Lebih dalam, kemandirian pangan menjadi salah satu strategi unggulan. Di era urbanisasi, kebiasaan menanam sayur atau rempah di pekarangan sederhana balik berguna.Â
Di tengah lonjakan logistik akibat harga minyak global---yang mendorong harga sayuran dan kebutuhan pokok---memiliki sedikit lahan hidroponik, misal, bisa membantu memenuhi kebutuhan pangan anak-anak saat pandemi atau krisis energi.