Mohon tunggu...
Lorenzo Telaumbanua
Lorenzo Telaumbanua Mohon Tunggu... Lainnya - International Business student from President University

Perception - Action - Will

Selanjutnya

Tutup

Filsafat

Mengaplikasikan Stoicism Demi Hidup Yang Lebih Tenang

21 Januari 2021   22:00 Diperbarui: 21 Januari 2021   22:18 1129
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Filsafat. Sumber ilustrasi: PEXELS/Wirestock

Bagaimanakah cara sebuah pandangan hidup, mampu memengaruhi kehidupan manusia?  

Stoicism berasal dari kata stoic yang berarti tenang, sangat tabah, mampu menahan ego dan nafsu. Secara garis besar, Stoicism merupakan sebuah pandangan hidup dimana seseorang mampu membedakan mana yang bisa dikendalikan dan mana yang tidak bisa dikendalikan. Pengajaran yang mengajarkan bahwa seseorang tidak tergerak oleh sukacita maupun dukacita, serta menerima dengan ikhlas apa pun yang terjadi di alam semesta ini, yang akan berefek kepada diri sendiri yang baik maupun buruk.  

Cara pandang seorang Stoic dalam melihat kehidupan tidak akan pernah terlepas dari yang namanya meminimalisir perkataan, perbuatan, dan pikiran negatif, tidak berekspektasi terlalu tinggi, hingga tidak ikut-ikutan dalam debat kusir. Sementara, seorang Stoic lebih mengarah ke hal-hal yang mengisi pikiran dan perbuatan positif, mampu membedakan sesuatu hal yang bisa dikendalikan dan mana yang tidak, melihat isi dunia ini dari atas (sudut pandang elang), dan pastinya mempunyai otoritas yang penuh terhadap dirinya sendiri. Epictetus, seorang Filsuf Yunani Kuno pernah berkata demikian, "happiness and freedom begin with a clear understanding of one principle: Some things are within our control, and some things are not". Sudah sangat jelas Epictetus ingin menegaskan bahwa, kita tidak perlu menghiraukan apapun itu yang berada diluar kendali kita. Tetapi berfokuslah ke hal-hal yang bisa kita kendalikan. 

Oleh karena itu, kembali ke pertanyaan awal. Bagaimana cara sebuah pandangan hidup dapat berpengaruh besar terhadap kehidupan seseorang?  

Stoicism mengajarkan bahwa kebijaksanaan adalah bentuk kebahagiaan dalam hidup, dan itu bisa didapatkan dari diri kita sendiri sebagai manusia. Salah satunya adalah dengan cara mampu mengendalikan diri kita sendiri secara penuh. Biasanya kita diuji apakah kita benar-benar dapat mengendalikan diri secara penuh atau tidak, di saat kita mendapatkan suatu masalah dalam hidup, yang mungkin membuat kita rugi, sengsara, hingga depresi. Satu pernyataan yang mampu mencakup tentang inti pemahaman penting dari pengendalian diri adalah "Your Response For Everything is Everything". Respons kita terhadap segala sesuatu adalah segalanya. Mengapa kita perlu mengerti tentang hal ini? Karena sebagai manusia, sebaiknya kita dapat memberikan respons atau reaksi yang tepat terhadap segala sesuatu yang kita hadapi. Hidup berkualitas berasal dari respons yang berkualitas. 

Seseorang yang mempunyai pengendalian diri yang baik, menandakan dia punya otoritas full terhadap dirinya sendiri. Pengendalian diri itu bisa dibilang menjadi salah satu proses dan pembelajaran yang dilakukan seumur hidup. Statement tentang pengendalian diri sebelumnya, harusnya semakin meningkatkan kesadaran kita untuk terus mengisi pola pikir dengan hal-hal yang positif, baik itu melalui dalam maupun luar diri kita.

Seperti yang semua orang tahu, mengendalikan dunia luar itu susah, rumit, dan mungkin bisa dibilang impossible. Salah satu cara yang ampuh dan bisa dilakukan semua orang, untuk tetap "stay positive" adalah dengan selalu ber-afirmasi positif untuk diri kita sendiri. Selalu gaungkan afirmasi yang positif. Karna untuk segala sesuatu yang sering diberi "makan", itulah yang akan bertumbuh. Sebagai contoh nyata, dalam hidup ini banyak sekali masalah tercipta karna respons yang diberikan seseorang terhadap perkataan maupun perbuatan orang lain itu salah. Contoh di kehidupan sehari-hari, biasanya masalah terjadi karna ada seseorang yang tersinggung akan perkataan ataupun perbuatan seseorang yang tidak sesuai dengan hatinya. Karna ketersinggungan sudah terjadi, maka masalah lah yang akan menjadi ujungnya.

Bagaimana kalau kita lihat dari sudut pandang seorang Stoic? Seorang Stoic sangat jarang, bahkan tidak pernah untuk tersinggung. Mungkin saja seorang Stoic, pernah merasa kalau suatu perkataan orang lain itu tidak sesuai dengan hati mereka, tetapi mereka memilih untuk tidak tersinggung akan hal tersebut. 

Kembali lagi, Stoicism mengajarkan kita untuk mengendalikan diri secara penuh. Dalam kasus ini, seorang Stoic beranggapan bahwa ketersinggungan adalah sebuah pilihan, bukan pemberian. Di dalam artian, ketersinggungan merupakan sebuah pilihan, apakah kita mau mengambil respons untuk tersinggung atau tidak. Dan itu bukanlah suatu pemberian dari orang lain, di mana kita harus 100% menerimanya. Masalah tidak akan menjadi suatu masalah jika tidak dipermasalahkan. Dengan ini bisa kita pastikan, seseorang yang sudah mendalami Stoicism dan mengaplikasikannya dalam hidup, adalah seorang pemikir yang jenius. Karena secara garis besar, Stoicism merupakan permainan perspective yang complicated.  

Sesudah membahas tentang sudut pandang seorang Stoic terhadap pengendalian diri, maka bagaimana sudut pandang seorang Stoic dalam menerima segala sesuatu dengan ikhlas? Dasar dari pemahaman seorang Stoic, berpusat pada perspektifnya akan sesuatu hal. Untuk segala sesuatu yang berada diluar kendali kita, sampai ke hal-hal yang sangat tidak sesuai dengan apa yang kita harap kan. Sebagai contoh dikehidupan nyata, seorang Stoic tidak akan menganggap suatu kekalahan ataupun kegagalan sebagai dukacita yang menghantui seumur hidup. Tetapi pola pikir yang berlaku adalah kegagalan merupakan hal yang harus diterima, seberapapun sakit kegagalan tersebut. Dan sangat tidak masalah kalau misalnya gagal, karna apapun yang terjadi manusia akan tetap berubah, waktu terus berjalan, dan bumi akan terus berputar. Kalau misalnya gagal, hari kemarin tetaplah kemarin dan hari esok tetaplah hari esok. Terus berubah. Banyak pemahaman yang terkadang salah dalam menanggapi "menerima segala sesuatu dengan ikhlas". Belajar menerima segala sesuatu dengan ikhlas, ntah itu hasilnya baik maupun buruk, bukan berarti kita sebagai manusia bisa bermalas-malasan dialam proses kehidupan. Jangan jadikan Bersyukur sebagai alasan untuk berpuas diri. 

Aliran pandangan hidup Stoicism memang sesuatu hal yang mudah diterima logika, tetapi sukar untuk diterima hati dan ego manusia. Pandangan ini bukanlah suatu pemahaman hidup yang membuat manusia menjadi 100% bahagia, tetapi dengan pola pikir seperti ini, kita sebagai manusia terpacu untuk selalu mengendalikan diri secara positif dan dapat menerima hidup dengan sikap yang lebih bersyukur.  

Still. Grateful.

Mohon tunggu...

Lihat Konten Filsafat Selengkapnya
Lihat Filsafat Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun