Mohon tunggu...
Luki Harianto
Luki Harianto Mohon Tunggu... -

Lahir di Solo

Selanjutnya

Tutup

Humaniora

Target Acak: Dodi di Pulomas dan Siska di Bandung

31 Desember 2016   14:09 Diperbarui: 31 Desember 2016   14:44 175
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Humaniora. Sumber ilustrasi: PEXELS/San Fermin Pamplona

Kasus pembunuhan di rumah Dodi, Pulomas; mengingatkan penulis pada kasus pembunuhan Siska. Sekedar mengingatkan, Siska dibunuh oleh Wawan dan Ade Ismayadi di Bandung pada tahun 2013. Pada tahun 2014, Wawan divonis hukuman mati oleh MA sedangkan Ade divonis 20 tahun penjara. Kasus tersebut terungkap setelah Ade me nyerahkan diri akibat pemberitaan media yang memberitakan kondisi tubuh Siska ketika terbunuh.
Di persidangan, para terdakwa mengaku bahwa mereka kebetulan lewat ketika Siska sedang mengeluarkan mobil dari rumahnya dan melihat pintu mobil terbuka. Karena tertarik pada tas yg ada di dalam mobil, Wawan yang mengendarai motor menghampiri untuk mendapatkan tas tersebut.

Tetapi karena Siska melihat perbuatannya, ia berusaha merebut tas tersebut sedangkan Wawan tetap berusaha merampas tas tersebut dengan melarikan motornya secepat mungkin. Tetapi Wawan dan Ade rupanya tidak melihat ke belakang bahwa Siska terus mempertahankan tasnya sampai rambutnya tergulung roda motor sehingga ia terus terseret sejauh 500 meter sebelum terlepas dari motor dalam keadaan sekarat.  

Sekilas kedua kasus tampak berbeda tetapi ada persamaannya: para penjahat dalam kedua kasus tersebut mencari sasaran secara acak. Kesamaan yang lain, beredar rumor dan teori konspirasi bahwa para penjahat adalah pembunuh bayaran sehingga meminta polisi menyelidiki kemungkinan adanya ‘dalang’ dari kedua kasus pembunuhan tersebut. Sayangnya, beberapa pengamat bahkan kriminolog termasuk pihak-pihak yang mencetuskan teori konspirasi ini.

Dalam kasus Siska, teori konspirasi muncul karena kebetulan polisi mendapatkan foto atau informasi kedekatan Siska dengan seorang perwira polisi. Tentu saja pihak keluarga Siska cenderung mendukung teori konspirasi karena bisa dimaklumi, tidak akan pernah puas sebelum pihak yang dianggap ‘dalang’ sebenarnya belum dihukum. Dalam kasus Dodi di Pulomas, kebetulan Dodi adalah seorang pengusaha sukses dan mempunyai banyak (mantan) istri. Jadi banyak motif yang bisa dikarang oleh para pengamat untuk membuat teori konspirasi berdasarkan kejadian2 nyata atau hanya berdasarkan cerita dari layar lebar (filem) tanpa memperdulikan fakta-fakta yang diperoleh penyidik.

Beda kedua kasus, Wawan dan Ade adalah penjahat kelas pencuri dan pencopet sedangkan Ramlan Butar-Butar cs adalah penjahat sadis tulen. Fakta dalam kasus Siska yang diabaikan hakim2 di PN dan ditingkat banding (sampai MA) adalah, pengakuan yang dibuat oleh para terdakwa sesuai dengan keadaan di lapangan. Juga penyerahan diri Ade setelah membaca berita di media tentang keadaan Siska menunjukkan rasa penyesalan Ade dan juga menunjukkan tidak ada rencana untuk melakukan pembunuhan yang dianggap masyarakat sebagai pembunuhan sadis, selain motif untuk mencuri tas Siska.

Fakta dalam kasus Dodi di Pulomas yang diabaikan para pendukung teori konspirasi adalah fakta bahwa para penjahat sangat sadis tetapi bukan penjahat profesional karena tidak menyadari adanya CCTV di dalam rumah dan di sekitarnya. Juga mereka rupanya tidak bisa mengendarai mobil karena mobil yang sedang dikeluarkan oleh sopir Dodi tidak mereka larikan, padahal setelah sopir tersebut ditodong, sudah pasti kunci mobil masih dipegang oleh sopir atau masih tergantung di mobil.

Jadi mungkinkah ‘dalang’ pembunuh bayaran akan menyewa pembunuh yang tidak profesional yang mudah tertangkap? Fakta lain, para penjahat hanya tertarik merampas tas Dodi, dan hp milik semua korban, ini menunjukkan ‘kelas’ para Ramlan cs bukan kelas penjahat profesional, tetapi kelas preman sadis yang sering dijumpai di terminal-terminal atau di pasar-pasar kemudian alih profesi menjadi penjahat dengan sasaran rumah-rumah mewah.

Mohon tunggu...

Lihat Konten Humaniora Selengkapnya
Lihat Humaniora Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun