Mohon tunggu...
Lody Purba
Lody Purba Mohon Tunggu... Mahasiswa - Vinsensius Lodhewiek Purba

Mahasiswa Ilmu Komunikasi Universitas Atma Jaya Yogyakarta

Selanjutnya

Tutup

Ilmu Sosbud

Analisis Desa Wisata Krebet pada Dampak Ekonomi dengan Adanya Kegiatan Wisata

21 Mei 2022   22:55 Diperbarui: 21 Mei 2022   22:58 256
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Ilmu Sosbud dan Agama. Sumber ilustrasi: PEXELS

Warga Dusun Wisata Krebet dengan keadaan geografisnya yang berupa perbukitan berkapur memenuhi kebutuhan hidup dari sektor pertanian. Sekitar tahun 1970-an sebagian kecil masyarakat Dusun Krebet mencari pekerjaan lain selain bertani, salah satunya adalah membuat kerjainan berbahan baku kayu seperti irus, siwur, beruk dan pisau, meski hanya untuk memenuhi kebutuhan warga Dusun Krebet yang kemudian dipasarkan ke desa-desa sebelah untuk menambah penghasilan tambahan disamping bertani. Bentuk kerajinan kayu dan proses pembuatan yang sederhana membuat kerajinan kayu tersebut belum mempunyai daya jual tinggi dan membatasi proses penjualan. Meskipun sederhana, kerajinan tersebut merupakan kerajinan pertama yang ada di Dusun Krebet. Kerajinan batik kayu di Dusun Krebet mulai muncul sejak tahun 1970, namun pada saat itu Desa Wisata Krebet belum terbentuk. Pada saat itu mayoritas masyarakat Dusun Krebet bekerja sebagai buruh, peternak, dan petani palawija seperti ketela, jagung, kedelai, dan kacang tanah. Kemudian seiring berjalannya waktu, mulai banyak masyarakat yang tertarik untuk membuat kerajinan batik kayu sehingga profesi masyarakat yang awalnya adalah buruh, petani, ataupun peternak mulai berkurang.

Generasi penerus dari para petani dan peternak banyak yang tidak melanjutkan profesi orang tuanya dan lebih tertarik pada kerajinan batik kayu. Hal ini karena kerajinan batik kayu lebih menjanjikan dibandingkan dengan pekerjaan tersebut. Para orang tua tetap melanjutkan profesinya sebagai petani dan peternak, namun anak-anaknya jarang yang mengikuti jejak para orang tuanya sehingga saat ini sebagian besar masyarakat Dusun Krebet berprofesi sebagai perajin batik kayu. Tahun 1970 merupakan tahun dimana mulai munculnya kerajinan batik kayu di Dusun Krebet. Potensi alam di Desa Wisata Krebet merupakan potensi alami sehingga sejak tahun 1970 bahkan sebelum tahun 1970 hingga saat ini sudah ada. Potensi budaya merupakan potensi yang masih dilestarikan di Desa Wisata Krebet dan menjadi hal penting untuk mencerminkan suatu desa wisata karena desa wisata sangat erat kaitannya dengan adat istiadat dan kebudayaan lokal.

Potensi buatan di Desa Wisata Krebet meliputi sanggar batik kayu, outbound, dan jelajah desa. Jumlah sanggar batik kayu terus bertambah hingga tahun 2018 mencapai 43 sanggar kerajinan batik

kayu. Seluruh potensi wisata di Desa Wisata Krebet tersebut dikemas dalam paket wisata yang disediakan oleh pengelola Desa Wisata Krebet sejak tahun 2017 lalu. Selain itu, dengan adanya pemandu wisata dan instruktur kegiatan pembatikan batik kayu di Desa Wisata Krebet yang mulai terbentuk tahun 2014 dan adanya akses jalan yang semakin baik sejak diresmikannya Desa Wisata Krebet tahun 2002, maka kualitas pelayanan di Desa Wisata Krebet saat ini semakin baik.

Aspek fasilitas (facilities) merupakan hal penting yang diperlukan wisatawan selama berada di daerah tujuan wisata. Fasilitas yang disediakan oleh pengelola Desa Wisata Krebet bagi wisatawan yang berkunjung antara lain adalah fasilitas umum yang meliputi tempat parkir, toilet umum, tempat ibadah, warung makan, penginapan (homestay), dan amphi theater. Fasilitas yang tersedia di Desa Wisata Krebet semakin bertambah dari tahun ke tahun. Hal ini menunjukkan bahwa Desa Wisata Krebet semakin berkembang dan semakin siap dalam mengelola desa wisatanya. Untuk menganalisis dampak dari kegiatan wisata pada aspek ekonomi Desa Wisata Krebet, saya menggunakan teori multiplier effect (Glasson, 1990) mengatakan bahwa teori ini merupakan suatu kegiatan yang memicu adanya kegiatan lain. Dampak ekonomi langsung (direct impact) merupakan manfaat langsung yang dirasakan oleh pelaku usaha di Desa Wisata Krebet dari adanya pengeluaran yang dilakukan oleh wisatawan yang berkunjung di Desa Wisata Krebet. Namun, dampak langsung yang dirasakan oleh pelaku usaha dapat pula dihitung dari kegiatan non wisata (pemasaran produk secara mandiri). Pelaku usaha yang terkena dampak ekonomi langsung dari adanya kegiatan wisata maupun non wisata adalah pemilik usaha yang berada di Desa Wisata Krebet, yaitu pemilik usaha sanggar kerajinan batik kayu, pemilik homestay, dan penyedia kuliner. Pendapatan unit usaha setiap bulannya terbagi menjadi dua yaitu pendapatan yang berasal dari pengeluaran wisatawan di lokasi Desa Wisata Krebet dan pendapatan kegiatan non wisata (pemasaran produk secara mandiri). Dampak langsung (direct impact) yang berasal dari kegiatan non wisata lebih tinggi apabila dibandingkan dengan dampak langsung (direct impact) yang berasal dari wisatawan karena pendapatan yang diterima oleh unit usaha, terutama unit usaha sanggar kerajinan batik kayu maupun sanggar non batik kayu (mebel) berasal dari barang-barang yang sifatnya baku produksi, gaji tenaga kerja dan dapat dipasarkan atau diekspor keluar Desa Wisata Krebet. Hanya dua unit usaha homestay dan kuliner yang tidak memiliki pendapatan dari kegiatan non wisata. Kedua unit usaha tersebut merupakan unit usaha yang hanya dapat beroperasi di Desa Wisata Krebet dan bergantung pada wisatawan yang berkunjung ke Desa Wisata Krebet, sehingga tidak ada pendapatan yang berasal dari kegiatan non wisata untuk kedua unit usaha tersebut. Dampak ekonomi tidak langsung (indirect impact) merupakan hasil dari pengeluaran unit usaha yang ada di lokasi Desa Wisata Krebet berupa biaya bahan biaya transportasi. Namun, apabila dilihat dari dampak langsung (direct impact) yang diperoleh unit usaha di Desa Wisata Krebet, terutama unit usaha kerajinan batik kayu, unit usaha tersebut memiliki dampak langsung (direct impact) yang lebih tinggi dari kegiatan non wisata dibandingkan dengan dampak langsung (direct impact) yang berasal dari wisatawan. Unit usaha di Desa Wisata Krebet akan tetap berjalan meskipun wisatawan yang berkunjung ke Desa Wisata Krebet mengalami kenaikan atau penurunan jumlah kunjungan karena produk kerajinan batik kayu dapat dipasarkan keluar Desa Wisata Krebet dan terbantu dengan adanya branding "Desa Wisata Krebet" sehingga pemasaran produk kerajinan batik kayu di luar Desa Wisata Krebet akan semakin mudah.

Daftar Pustaka

Glasson, J. (1990). Pengantar Perencanaan Regional. Terjemahan Paul Sitohang

Mohon tunggu...

Lihat Konten Ilmu Sosbud Selengkapnya
Lihat Ilmu Sosbud Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun