Mohon tunggu...
Lintang Panjer Sore
Lintang Panjer Sore Mohon Tunggu... -

Ingin menjadi insan yang baik, meskipun bukan yang terbaik.

Selanjutnya

Tutup

Inovasi

Menguak Sosok Siapa Si Ayah

3 September 2015   12:49 Diperbarui: 7 September 2015   22:48 11552
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Ndut, adalah sosok wanita tangguh. Berdiri di atas kakinyasendiri demi menghidupi ke lima anaknya. Bertahun tahun dia bekerja di HK, memiliki sebuah usaha yang lumayanmenjajikan meski sekedar usaha toko online. Dengan niatan ingin mencari tambahan demi modal masa tuanya kelak, diamulai tertarik dengan bisnis jual beli dengan seorang lelakiyang lumayan memiliki nama di salah satu nama organisasiterkenal di HK.

Ndut, memanggil lelaki itu dengan sebutan Ayah. Awal perkenalan Ndut dengan Ayah berjalan lancar. Ndut langsungpercaya seratus persen dengan Ayah, lantaran Ayah adalahsosok orang penting dalam organisasi yang sudah punyanama itu. Ayah mulai menitipkan produk produk organisasi itudirumah Ndut. Juga mulai menjalin kerjasama bisnis lainyadengan perjanjian bagi hasil. Ndut pun menerimanya.

Seminggu dua minggu semua berjalan biasa biasa saja. Bahkan berbulan bulan. Meski produk belum habis terjual, si Ayah telahpun memasukkanya ke nota utang Ndut. Ndut punterima dengan lapang dada karena beralaskan kepercayaanyapada si Ayah. Hingga pada satu hari Ndut ditawari untukmembeli rumah si Ayah yang seharga 1,8M area Ciputat."Rumahnya bagus, di tengah kota, Nok. Dikredit 1,8 M.perbulan dicicil 15 juta." Begitulah tawaran pertama si Ayahpada Ndut.

 Kembali lagi, atas nama kepercayaan seorang Ndut terhadaplelaki yang memiliki nama penting disebuah organisasiternama itu mencuat cuat tingginya. Demi masa tua nanti,demi anak anaknya kelak, dengan niat lillahi ta'alla, Ndut punmembeli rumah si Ayah dengan selembar akad kepercayaanseharga 1,8M (Kredit).Bulan pertama cicilan mulai diansur sesuai jadwal tgl danharinya. Yaitu sebesar Rp.15.000,000. Uang pun telah terkirim dengan selamat sampai di nomer rekening si Ayah. Namunkabar tidak enak harus Ndut terima. Ternyata Ndut telat membayar cicilan yang pertama. Kemudian si Ayahmengenakan denda perharinya sebesar Rp.150.000. Dan nominal denda pertama sejumlah Rp.750.000 karena Ndut telat lima hari dari tgl pembayaran.

 Hari kian berjalan, Ndut meminta salah satu anak dan menantunya untuk tingal di rumah itu. "Mah, pintunya sudahdimakan rayap. Samping kanan kuburan, depan banyak bungakemboja, belakang kuburan, jauh dari tetangga," begitulah komentar menantu Ndut saat pertamakali masuk rumah itu. Sang anak dan menantu yang kebetulan adalah mantan murid Ayah itu sendiri telah memberitahukan ke Ndut segala kondisi rumahyang sebenarnya. Baik mulai dari diding yang pada retak dangenteng bocor. Kembali lagi, atas nama kepercayaan. Ndut tak mengendahkan komentar dari menantu dan anaknyanya yang diaanggap memang manja. Ndut lebih percaya omongan si Ayah yang selalu membaik baikan kondisi rumah dan keadaan sekitar.

Pada satu hari dikarenakan ndut kekurangan dana dan takut kena denda lagi, tepatnya pada tanggal 30/03/2015, pukul14:21 waktu INA, telah terkirim sejumlah Rp. 15.000,000, darirekening suami saya ke rekening si Ayah lantaran Ndut meminta tolong saya.

POTO.

Tak terasa bulan demi bulan berjalan begitu cepat. Cicilan demi cicilan telahpun terlaksana meski kadang ada saja halangan pembayaran karena dateline tak bisa kompromi dengan kantong. Dengan berusaha semaksimal mungkin, pagi siang malam, Ndut terus berusaha mengaktifkan toko onlinenya. Sampai akhirnya Ndut telahpun mengeluarkan uangke rekening si Ayah dengan total semua sejumlah Rp.240.000,000setara untuk cicilan yang ke 15 rumah itu.

 Waktu cuti tahunan pun tiba. Tepatnya beberapa hari sebelumlebaran Juli lalu, Ndut telah merencanakan percutianya untuk dijemput anak dan menantunya. Dari bandara Soekarno Hatta,Ndut bersama anak anaknya meluncur ke rumah Ciputat. Dalam perjalanan, Ndut hanya membayangkan sebuah rumah di tengah kota, indah dan siap untuk dia beristirgat sebelum melanjutkan perjalanan pulang ke Indramayu kampunghalamanya.

Tak dinyana, setibanya Ndut di depan rumah, ternyata komentar menantu dan anaknya sama sekali tidak salah. Pemandangan bunga kemboja dan ladang pemakaman begitu menohok hatinya. Ditambah lagi kanan kiri tak satupun tetangga yang dilihatnya membuat dia harus menelan ludah kering. Perlahan demi perlahan Ndut seperti kehilangan tenaga. Sosok lelakiyang dia kenal lewat satu organisasi bernama, yang telah diapanggil ayah karena alasan tertentu, yang dia percayai semuaomonganya, dan yang dia hormati karena agama dan kepandaianya spontan telah mengaduk ngaduk isi kepala Ndut. "Tuhan, terimakasih atas cobaan yang telah kau berikanpadaku," ucap Ndut sebelum mengambil keputusan untuk pergi meninggalkan rumah itu lalu menelpon si Ayah,memberitahukan tak sanggup lagi men eruskan cicilan.Kini Ndut kembali lagi ke HK dengan selembar akad kepercayaan yang telah terkoyak (*)

(Kisah nyata)HK 21-Agustus 2015.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
  5. 5
  6. 6
Mohon tunggu...

Lihat Konten Inovasi Selengkapnya
Lihat Inovasi Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun