Pendahuluan
Konser musik telah menjadi kegiatan yang terus meningkat popularitasnya selama beberapa tahun terakhir, termasuk di Indonesia. Hal ini bisa dilihat secara khusus dari penjualan tiket konser, yang cenderung habis dalam rentang waktu yang sangat singkat. Salah satu faktor dari hal tersebut adalah adanya pihak yang terdorong oleh FOMO atau Fear of Missing Out untuk membeli tiket konser, yang semakin marak di kalangan masyarakat.
Dalam pembelian tiket konser, pihak dengan FOMO membeli tiket secara impulsif karena ketakutan ketinggalan pengalaman berharga, tanpa adanya motivasi atau niat asli yang kuat untuk menonton konser. Hal ini disayangkan karena seharusnya tiket-tiket konser dibeli oleh orang-orang yang memang merupakan penggemar besar dan memiliki berkeinginan untuk menonton dari artis yang ingin konser. Namun nyatanya, terdapat pihak lain yang terdorong oleh FOMO yang merebut kesempatan tersebut. Hal tersebut menciptakan ketidakadilan, khususnya bagi penggemar yang tidak berhasil memperoleh tiket. Oleh karena itu, diperlukan analisis lebih lanjut mengenai FOMO dalam pembelian tiket konser untuk memahami faktor dan dampak dari kasus ini.
Terjadinya FOMO
Menurut Fitri et al. (2024), FOMO atau Fear of Missing Out merupakan kondisi mental dimana individu khawatir atau takut kehilangan peristiwa, aktivitas, atau hubungan interpersonal yang sedang terjadi atau berlangsung. Individu merasakan kecemasan dari perasaan bahwa orang lain memiliki pengalaman penting yang tidak mereka miliki. Pada dasarnya, FOMO merupakan wujud nyata dari kepedulian yang kuat dari individu terhadap apa yang dilakukan orang lain. Hal ini dapat digambarkan sebagai ketakutan terhadap pendapat orang lain mengenai kehidupan pribadi individu tersebut.
Faktor Terjadinya FOMOÂ
Terdapat berbagai faktor yang dapat menyebabkan terjadinya FOMO pada individu. Menurut Vaughn et al. dalam Mufarida et al. (2024), FOMO dapat dipicu oleh oleh rendahnya kemampuan kontrol diri (self control) individu, khususnya dalam menggunakan media sosial, dimana individu merasa perlu mendapatkan informasi terbaru serta terlibat dengan aktivitas orang lain secara menerus.
Przybylsky et al. dalam Muzhar (2024) menambahkan bahwa FOMO dapat disebabkan oleh dua faktor. Faktor pertama yaitu tidak terpenuhinya kebutuhan psikologis akan relatedness (kelekatan). Relatedness sendiri adalah keinginan individu untuk merasakan koneksi serta perasaan bergabung dan diterima dalam segala aktivitas realitas sosialnya oleh orang lain. Namun karena individu merasa bahwa dirinya tidak pernah turut adil dalam masyarakat, muncul konflik batin dalam internal individu tersebut. Faktor kedua yaitu tidak terpenuhinya kebutuhan psikologis akan self (diri sendiri), dimana individu terus berusaha untuk mencari tahu aktivitas orang lain, termasuk melalui media sosial.
Dampak FOMO terhadap Keputusan Pembelian Tiket Konser
Dalam konteks pembelian tiket konser adanya FOMO dalam diri individu mendorong individu untuk memutuskan untuk membeli tiket secara impulsif tanpa pertimbangan yang matang (Syandana et al., 2024). Hal ini terjadi karena individu dengan FOMO cenderung membeli tiket karena memandang konser sebagai kesempatan langka yang mungkin hanya akan terjadi sekali seumur hidup, bukan karena adanya motivasi atau minat asli dari awal terhadap artis yang akan tampil dalam konser tersebut. Hal ini bisa dikaitkan dengan alasan-alasan yang lebih spesifik, seperti takut tertinggal momen viral dan ingin aktif ikut pembicaraan di komunitas media sosial. Hal ini memberikan dampak negatif bagi penggemar sejati artis yang memang memiliki minat untuk menyaksikan artis, dimana mereka akan merasakan kesulitan dalam membeli atau memperoleh tiket konser karena ada sebagian yang sudah diburu atau dibeli terlebih dahulu oleh orang-orang FOMO. Hal ini menunjukkan sifat ketidakadilan antara orang-orang FOMO dengan penggemar sejati dalam hal pembelian tiket konser.
Simpulan