Padahal sebelumnya kamu nggak pernah kepikiran ke sana. Kita terlalu gampang merasa salah arah hanya karena ngeliat orang yang kelihatannya "lebih sukses". Padahal sukses mereka bukan berarti gagal buat kita.
FOMO bikin kita ngerasa harus ngelakuin semua hal. Harus punya passive income, harus ikut seminar, harus lari maraton, harus glow up, harus healing. Semuanya harus.
Kita lupakan kalau  kita juga berhak istirahat dan menikmati hidup sesuai dengan kecepatan masing-masing.
Sukses Sebelum 25? Boleh. Tapi Nggak Harus
Kamu boleh banget punya target tinggi. Punya mimpi besar. Punya timeline ideal versi kamu sendiri, Tapi ingat kalau jangan sampai standar yang kamu ikuti itu pure bukan punya kamu
Kalau kamu ngejar sesuatu cuma biar kelihatan berhasil di mata orang lain, lama-lama kamu bakal cape sendiri. Apalagi kalau ternyata hasilnya nggak sesuai harapan, rasa kecewanya bakal dua kali lipat, karena itu bukan mimpi kamu dari awal.
Hidup tuh nggak berhenti di usia 25. Bahkan banyak orang baru mulai nemuin passion dan jalan hidupnya setelah umur itu. Nggak usah buru-buru. Fokus sama proses, bukan pencitraan.
Karena kedewasaan dan kebahagiaan nggak punya deadline.
Jadi, Mau Tetap Ikutin Standar Atau Bikin Standar Sendiri?
Kita nggak bisa nutup mata bahwa media sosial, lingkungan, dan keluarga kadang bikin kita ngerasa harus hidup sesuai ekspektasi tertentu. Tapi pada akhirnya, kitalah yang paling tahu versi terbaik dari hidup kita. Hidup kit aitu milik kita, bukan orang lain.
Mau kerja kantoran, jadi freelancer, nikah muda, single sampai umur 30, tinggal di kota kecil, atau pindah ke luar negeri, semua itu sah. Yang penting, kamu bahagia dan merasa hidup kamu punya makna.