Mohon tunggu...
Litteu Nur El Lailatie
Litteu Nur El Lailatie Mohon Tunggu... Pendidik

Belajar dan Mengajar

Selanjutnya

Tutup

Humaniora

Unsur Narasi Cerpen Dilarang Mencintai Bunga-Bunga dan Malam Takbir

30 Januari 2025   11:51 Diperbarui: 30 Januari 2025   11:51 64
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Humaniora. Sumber ilustrasi: PEXELS/San Fermin Pamplona

Teks naratif ialah semua teks yang tidak bersifat dialog dan yang isinya merupakan suatu kisah sejarah, sebuah deretan peristiwa. (Luxemberg, dkk., 1986: 119). Cerpen adalah salah satu teks naratif yang mempunyai unsur-unsur narasi yang dapat dikaji dan ditafsirkan, baik dari segi tema, konflik, dan penokohan. Dalam suatu teks naratif, pasti ada tema yang menjadi topik utama dalam sebuah cerita. Dalam cerpen "Dilarang Mencintai Bunga-bunga", tema yang diangkat adalah tentang seorang anak yang mencari jati diri dan role model, seseorang yang harus ia teladani. Buyung, seorang anak dengan rasa ingin tahu, penasaran yang sangat besar berusaha untuk mencari jawaban dari segala macam pertanyaan tentang seorang kakek yang terkenal misterius yang ada di lingkungan barunya. Setelah melalui usaha yang cukup sulit di samping kesehariannya sebagai seorang anak yang harus patuh pada orang tua, Buyung mengalami berbagai peristiwa yang terjadi tidak hanya berkaitan dengan dirinya sendiri, tetapi juga dengan orang tua, dan kawan-kawannya.

Sedangkan, dalam cerpen "Malam Takbir" memiliki tema kegelisahan seorang kepala keluarga yang belum mendapatkan penghasilan untuk persiapan Lebaran. Dalam suasana malam takbir yang seharusnya menjadi malam penuh rasa lega, bahagia, tak sabar menanti Lebaran yang akan tiba, ada seorang kepala keluarga yang dalam diamnya tengah mengalami kegelisahan tentang apa yang harus ia siapkan untuk menyambut datangnya Lebaran, di samping tekanan karena nyatanya ia belum memiliki penghasilan.

Dalam sebuah cerita, pasti mempunyai topik permasalahan yang menjadi sorotan khusus, membentuk konflik yang terjadi pada tokoh. Biasanya, salah satu tokoh akan mengalami konflik, baik itu dengan dirinya sendiri, orang lain, masyarakat, alam, atau dengan Tuhan. Dalam cerpen "Dilarang Mencintai Bunga-bunga", konflik yang terjadi adalah konflik antara Buyung dengan kawan-kawannya dan konflik Buyung dengan Ayah. Konflik yang terjadi antara Buyung dengan kawan-kawannya adalah karena kawan-kawan Buyung tidak perduli dengan rasa penasaran Buyung terhadap sang kakek yang misterius itu. Kawan-kawan Buyung tidak mendukung Buyung untuk mencari tahu tentang kakek, melainkan memberi tanggapan negatif dan mengejek Buyung. Fakta teks yang menunjukkan konflik antara Buyung dengan kawan-kawannya, adalah:

"Barangkali di antara kawan bermain hanya akulah yang mempunyai keinginan untuk mengetahui lebih banyak tentang kakek itu. Kawan lain sudah tidak acuh lagi. aku sudah bosan bertanya, selain mereka tidak memberi keterangan yang jelas, juga mereka akan mengejekku dengan mengatakan, 'Biarlah kau jadi cucunya!' "(Kuntowijoyo, 1992: 3)

Konflik antara Buyung dengan ayahnya, yang tidak suka jika Buyung lebih menyukai merawat bunga-bunga daripada melakukan pekerjaan seperti ayahnya ditunjukan pada fakta teks:

"Laki-laki tidak perlu bunga, Buyung. Kalau perempuan, bolehlah. Tetapi engkau laki-laki". (Kuntowijoyo, 1992: 5)

            Sedangkan, pada cerpen "Malam Takbir", tokoh utama, yaitu Bapak, memiliki dua konflik, yaitu konflik dengan diri sendiri dan konflik dengan orang lain, yaitu dengan tokoh aku. Konflik antara Bapak dengan dirinya sendiri adalah saat ia gelisah lantaran pada malam takbir belum mendapatkan penghasilan untuk persiapan hari Lebaran. Fakta teks yang menunjukkan konflik ini, yaitu:

"Tak ada apa pun yang tersedia untuk anak-anak menyambut Lebaran". (Rangkuti, 2017: 66)

            Konflik bapak dengan orang lain yang pertama adalah konflik antara Bapak dengan tokoh Aku. Konflik terjadi saat tokoh Aku ingin membantu tokoh Ibu untuk meyakinkan tokoh Bapak agar mau menerima amplop berisi uang. Fakta teks, yaitu:

" 'Kalau begitu bersyukurlah. Ternyata Allah Maha Pengasih. Masih ada rezeki keluargamu untuk Lebaran besok pagi.'

'Aku takut istriku takabur......'". (Rangkuti, 2017: 66)

          Sedangkan konflik dengan orang lain yang kedua adalah konflik antara Bapak dengan tokoh Ibu. Konflik terjadi karena tokoh Bapak tidak ingin menerima amplop berisi uang dan di satu sisi tokoh Ibu tetap memaksa agar Bapak menerima amplop tersebut. Sikap Ibu tersebut didasari atas rasa bersalah karena ulah anaknya.

"Jangan, Bu. Saya tidak mau menerima sesuatu karena rasa bersalah orang lain." (Rangkuti, 2017: 64)

Unsur naratif juga terdiri dari tokoh atau aktor. Pengertian aktor itu terbatas dan hanya dipakai bila kita membicarakan pelaku yang memainkan peranana dalam urutan peristiwa.(Luxemberg, dkk., 1986: 120).  Penokohan pada masing-masing cerpen juga memiliki karakter khas masing-masing. Pada cerpen "Dilarang Mencintai Bunga-bunga", terdapat empat tokoh, yaitu Buyung, Kakek, Ayah, dan Ibu. Buyung adalah tokoh protagonis yang menjadi karakter utama sekaligus narator yang menyampaikan jalannya cerita. Buyung termasuk ke dalam tokoh bulat karena dari keseluruhan cerita, Buyung mengalami perubahan, yaitu pada ciri psikologis. Sikap Buyung menjadi pembangkang pada Ayah karena pengaruh dari pertemanannya dengan Kakek. Kakek adalah tokoh pendukung utama, karena walaupun dia adalah tokoh pendukung, pengalaman Buyung banyak dipengaruhi oleh sang Kakek. Kakek adalah tokoh datar, karena dari awal sampai akhir cerita, fisik, psikis, dan sosiologi Kakek tetaplah sama. Dia tetap seorang Kakek yang jarang keluar rumah dan mencintai bunga-bunga. Ayah termasuk ke dalam tokoh antagonis karena di satu sisi Ayah menghalangi Buyung untuk berteman dengan Kakek dan melarang Buyung menyukai bunga. Ayah juga merupakan tokoh datar, Ayah tetaplah Ayah yang giat bekerja dan berprinsip bahwa laki-laki tidak boleh bermain dengan bunga-bunga. Ibu termasuk ke dalam tokoh tirtagonis. Di satu sisi setuju pada sikap Ayah yang menyuruh Buyung untuk melakukan pekerjaan, di sisi lain mendukung Buyung untuk merawat bunga-bunga. Ibu masuk ke dalam tokoh datar karena Ibu tetaplah Ibu yang pandai bersosialisasi dan selalu memerintahkan Buyung untuk selalu mengaji.

Pada cerpen "Malam Takbir", terdapat lima tokoh, yaitu, Aku adalah narator yang juga menjadi tokoh utama sampingan karena dia menceritakan tentang orang lain. Tokoh Aku masuk ke dalam tokoh antagonis karena menghalangi kemauan tokoh utama "bapak", tokoh Aku juga masuk ke dalam tokoh datar, tidak ada ciri fisik, psikis, dan sosial yang berubah. Bapak adalah tokoh utama, protagonis, yang termasuk ke dalam tokoh datar. Tidak ada perubahan fisik, psikis, maupun sosial walaupun ia sempat memiliki konflik dengan tokoh Aku dan tokoh Ibu. Penjaga warung menjadi tokoh pendukung, dan masuk ke dalam tokoh datar. Ibu juga menjadi tokoh pendukung, tokoh datar, dan antagonis karena memiliki konflik dengan tokoh Bapak karena tokoh Bapak tidak mau menerima amplop sebagai tanda maafnya. Anak masuk ke dalam tokoh pendukung dan tokoh datar karena tidak perubahan baik dari segi fisik, psikis, maupun sosial.

Follow Instagram @kompasianacom juga Tiktok @kompasiana biar nggak ketinggalan event seru komunitas dan tips dapat cuan dari Kompasiana. Baca juga cerita inspiratif langsung dari smartphone kamu dengan bergabung di WhatsApp Channel Kompasiana di SINI

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Humaniora Selengkapnya
Lihat Humaniora Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun