Mohon tunggu...
Lita Chan Lai
Lita Chan Lai Mohon Tunggu... Freelancer - Semangat Jiwa

---hanya perempuan biasa--- menyukai petualangan alam terbuka,traveling, aktif dikegiatan pecinta alam, senang bersosialisasi dan suka menyimpan buku dibawah bantal.

Selanjutnya

Tutup

Travel Story

Pendakian Ke Gunung Kencana

26 Maret 2012   23:40 Diperbarui: 25 Juni 2015   07:26 3989
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Karier. Sumber ilustrasi: FREEPIK/Freepik

Tim ini kami beri nama tim orange alias jeruk. tak sembarangan kami memberikan nama tersebut pada tim kami yang terdiri atas tini, djawa dan aku. Semua berawal dari pakaian kami yang berwarna orange, yang tanpa sengaja kami pakai saat mendaki kegunung kencana. Saat membuat bivak, ternyata plesit yang kami gunakan berwarna orange, hingga cover tas yang dipakai juga ternyata orange. Logistik yang terbatas juga terselip satu buah jeruk sebagai pemanis lidah, jelas jeruk mandarin ini juga berwarna orange. bukan ingin menonjolkan salah satu organisasi dari kami atau berlagak seperti tim rescue apa lagi dinas kebersihan. Sama sekali tak ada hubungan dengan itu semua. Ini semua murni ketidak sengajaan dalam sebuah kebetulan. Pendakian ini benar-benar tanpa perencanaan yang matang. Aku ikut begitu saja tanpa banyak persiapan. Hanya sleeping bag mungil berwarna ungu yang sangat beruntung aku bawa, karena ternyata kami tidak tidur dalam tenda. Alat masak juga tak lengkap. Hanya mengandalkan nesting tanpa bahan bakar. Nasi putih 3 bungkus dan indomie 5 bungkus sebagai makanan kami selama berkemah di atas gunung kencana. tak ada senter, matras cuma selembar....huufh...mengenaskan. Aku berharap, pendakian seperti ini jangan sampai ada yang meniru. Karena cukup membahayakan. Apalagi dalam kondisi  sedang musim hujan, tanah basah dan udara dingin ditambah angin yang cukup kencang mendesau-desau liar membuat aku ketakutan tertimpa dahan pohon yang seketika bisa saja jatuh. menggigil meski sudah menggunakan jaket tebal. Beruntung api menyala dengan sangat membara, meski kayu yang kami gunakan hampir tak ada satu batangpun yang kering. Ini semua berkat perjuang djawa yang berusaha menghidupkan api sejak jam 3 sore hingga jam 7 malam. 4 jam waktu yang cukup lama untuk membuat  api  tersebut benar-benar menggarang nyalang. Api inilah yang membuat kami mampu bertahan dalam melawan dinginnya udara di gunung kencana. Suasana pegunungan ini benar-benar di dominasi oleh hamparan kebun teh yang sangat luas. Mungkin bisa ditempuh dalam waktu 2 jam untuk sampai ke desa terakhir ( maaf, gatau pastinya waktu yang mesti ditempuh. Karena kami beruntung bertemu anak mapala dari kampus yang cukup terkenal di jakarta, yang kebetulan memiliki kendaraan roda 4. Jadi nebeng dech.....hehehe). Melewati telaga warna. Sayangnya kabut begitu tebal, sehingga aku tak bisa melihat jelas seperti apa bentuk telaga tersebut. Tebalnya kabut membuat teman kami yang baru saja kami kenal dibawah tadi hampir saja menabrak seorang peduduk setempat yang sedang memikul sekarung besar rumput dipundaknya. Sama-sama terkejut, karena memang sama-sama tidak melihat dengan jarak pandang hanya 3 meter. Desa terakhir tempat kami berhenti dari mobil tumpangan bernama LC atau Ujung. Entah apa arti dan kepanjangan LC karena tak ada yang bisa menjawab pertanyaanku. Ada 13 kepala keluarga disana yang umumnya bekerja pada perusahaan perkebunan teh. Hanya ada satu warung yang berdiri disana. Itupun menjual barang-barang yang sangat terbatas. Didesa itu sering dijadikan tempat oleh para pendaki pemula untuk belajar navigasi. Karena arealnya cukup luas dan banyak titik-titik kordinat yang bisa dijadikan tempat membidik ketinggian. Senang bisa main-main disana. Aku berkenalan dengan beberapa orang yang sedang survey untuk kegiatan Diklat Mapalanya. Dari Informasi teman-teman yang baru saja aku kenal disini sering dijadikan tempat untuk Pendidikan dan Latihan untuk calon Pecinta Alam bagi Mapala-mapala dibeberapa daerah sekitaran jakarta, banten, bandung dan Bogor. Perjalanan menuju ke puncak dari desa LC tidak begitu memakan waktu panjang, mengingat gunung yang kami daki tidak begitu tinggi. Tapi cukup lumayan untuk melatih otot-otot tubuh. hanya dinginnya juga cukup menantang. Tumbuh-tumbuhan yang hidup di sekitaran gunung kencana juga cukup untuk menambah pengetahuan kita akan jenis-jenis tumbuhan di udara dingin. Banyak pelajaran yang aku dapat dalam pendakian ini. Pertama, membuat bivak yang benar2 nyaman dalam kondisi yang memang sangat kami butuhkan , mengingat perlengkapan yang kami miliki benar-benar sangat minim dengan mengandalkan hanya satu lembar plesit tanpa ada yang bisa kami gunakan sebagai dinding penghalang angin kecuali beberapa daun pakis yang kami pangkas dari sekitaran lokasi kami berteduh. Kedua, membuat api dengan kayu yang benar-benar basah dan nyaris membuat aku sangsi akan mendapatkan api yang besar untuk menghangatkan malam-malam kami yang begitu dingin. Ketiga, belajar menghadapi sesuatu hal dengan penuh ketenangan dan keriangan dengan segala hal cuaca yang ekstrim. Karena pendakian kami ini terbilang nekat. Disaat hujan yang tiada henti mengguyur kami malah melakukan pendakian. Keempat, kami belajar survival, dengan logistic hanya 3 bungkus nasi putih, 5 bungkus indomie dan nesting tanpa bahan bakar. Kelima, kami menyadari bahwa kemanapun kami pergi, Tuhan selalu bersama kami. Semua keberuntungan yang kami rasakan merupakan campur tangan dari Tuhan. Keenam, jangan pernah melakukan pendakian tanpa memperhatikan keselamatan diri. Pendakian semacam ini tak akan aku ulangi. Aku harus benar-benar memperhatikan segala kelengkapan dan persiapan yang matang, agar tak terjadi hal yang membuat celaka.  Tim orange atau tim jeruk, akan mendaki mengikuti prosedur keselamatan yang baik. Dan aku mengakui, meski banyak kesulitan akibat keterbatasan peralatan dan perlengkapan pendakian, kami tim orange atau tim jeruk melakukan semua aktivitas dilokasi cukup kompak kompak dan selalu riang gembira. Sehingga apapun yang kami lakukan penuh semangat tinggi, meskipun Cuma terdiri 3 orang. Djawa, tini, kapan kita mendaki lagi…..tapi jangan nakal kaya gini ya……hahahahaha.

Mohon tunggu...

Lihat Konten Travel Story Selengkapnya
Lihat Travel Story Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun