Mohon tunggu...
Listyanti Dewi Astuti
Listyanti Dewi Astuti Mohon Tunggu... pelajar/mahasiswa -

just another ordinary girl.. got nothing to show off...\r\n\r\nhttp://healthy-life-journal.blogspot.com

Selanjutnya

Tutup

Money

Menentukan Harga Jual Aksesoris Handmade

9 Agustus 2012   12:41 Diperbarui: 25 Juni 2015   02:02 3942
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Assalamualaikum.. Kali ini saya pengen cerita tentang pengalaman menentukan harga jual aksesoris saya. Sekitar dua tahun yang lalu saya memulai bisnis aksesoris handmade, tapi bukan "my hand". Alias kulakan aksesoris handmade ke teman saya yang kuliah di jurusan tata busana. Saya yang anak teknik, jauh banget dari urusan-urusan handcraft, apalagi yang "njlimet" macam aksesoris. Waktu itu saya selalu berpikir, "aduh mahal banget. Cuma segini aja harganya udah 30rebu.. padahal cuma mutiara sintetis aja". Akhirnya ambil untungnya cuma dikitt, ga sampe 5ribu per bijinya, saking takut kemahalan. Walhasil, setelah jalan beberapa bulan, bukannya untung malah impas.. Yaa alhamdulillah yaa.. Enggak sampe rugi. percuma aja capek-capek jualan tapi ga dapet untung. Dan entah wangsit atau schizophrenia, ada suara yang berkata di telinga saya, "bikin sendiri aja Wi, biar dapet untung". hmmm.. Boleh juga ya. Bermodal buku dan tutorial pdf-an, saya tancap gas buat bikin bros. Setelah jadi, bingung juga nentuin harganya. Saking saya ga bakat jual mahal, dengan biaya produksi 10ribu, saya jual deh 15 ribu. Padahal di pasaran harganya 25ribu. Hadeeehh.. Tapi laris manisssss.. saking murahnya. Awalnya sih seneng.. Sampe berjalan hampir 8 bulan, baru kerasa ketika saya jatuh sakit karena kecapekan. Lalu saya berpikir, dengan tenaga yang sebesar ini, cuma dapet sekecil ini. Padahal pieces yang laku banyak. Sepertinya ada yang salah. Rasanya bener-bener seperti kerja bakti!! dan sampai kapan seperti ini?? Akhirnya mulai membuka mata untuk belajar membuat harga. Dan inilah hasilnya.. 1. Ikut harga pasaran Ini yang paling mudah dilakukan teman-teman. Tengok ke toko tetangga, dan lihat-lihat produk yang mirip-mirip dengan punya kita. Jangan cuma satu toko, tapi banyak toko. Dari semua toko itu, kita ambil rata-rata harga pasaran, dan kita pakai sebagai harga patokan produk kita. Metode ini selain menguntungkan untuk kita, tapi juga menguntungkan penjual lain karena kita tidak akan menjatuhkan harga pasaran. 2. Metode Matematis Untuk produk yang standar (tidak terlalu unik), metode matematis ini bisa menjadi pilihan yang cukup mudah. Kita bisa menentukan berapa persen keuntungan yang ingin kita dapatkan. Harga Jual = Biaya Produksi + Keuntungan Jangan melupakan faktor plus-plus yang hampir pasti muncul dan membebani biaya produksi. Seperti transportasi, pulsa, packaging, penyusutan barang, dan lain-lain. Untuk besar keuntungan yang diambil pada barang-barang standar, bisa dipukul rata sebesar 80% dari biaya produksi misalnya. Selain itu jangan lupakan juga frekuensi penjualan kita. Setelah beberapa lama, bisa kita ambil rata-rata jumlah produk yang terjual. Jika rata-rata yang terjual adalah 70%, maka 30% sisanya bisa dibebankan ke dalam biaya produksi. Tapi tidak boleh terlalu membebani konsumen (misal 60% dibebankan ke biaya produksi). Kalau memang tidak laku, ya belum rezeki.. :) Yang masih saja bingung, boleh pakai metode kali dua. Metode ini saya dapet dari koleksikikie. Misalnya biaya produksinya 15.000, dijual 30.000. Metode ini cukup mudah dan lumayan membayar jerih payah kita. 3. Harga Psikologis Teman-teman pasti pernah liat tas-tas Prada, LV, dan lain-lain. Harganya pasti fantastis!! Tapi meski mahal, produk mereka juga laris manis. Ini akibat dari harga psikologis. Produk dibandrol dengan harga mahal, dengan asumsi bahwa konsumen akan menganggap produk itu memiliki kualitas yang sangat bagus. Metode ini perlu kehati-hatian dalam penerapannya. Sangat cocok untuk produk-produk yang unik dan langka. Tapi jangan asal jual mahal. Kita juga harus menunjukkan bahwa harga yang dibayarkan konsumen sepadan dengan apa yang kita beri. Misalnya ditunjang dengan pelayanan yang mudah dan memuaskan. Oke deh teman.. terimakasih sudah menyempatkan untuk membaca. Mohon kritik dan sarannya :) Salam Hangat, -dewi- http://dlizzius.multiply.com [caption id="" align="alignnone" width="296" caption="Bros Wire Simple"][/caption]

Mohon tunggu...

Lihat Konten Money Selengkapnya
Lihat Money Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun