Mohon tunggu...
Listhia H. Rahman
Listhia H. Rahman Mohon Tunggu... Ahli Gizi

Lecturer ❤ Master of Public Health (Nutrition), Faculty of Medicine Public Health and Nursing (FKKMK), Universitas Gadjah Mada ❤ Bachelor of Nutrition Science, Faculty of Medicine, Universitas Diponegoro ❤Kalau tidak membaca, bisa menulis apa ❤ listhiahr@gmail.com❤

Selanjutnya

Tutup

Healthy Pilihan

Apa Kabar Status Gizi Balita Indonesia? (Menurut Data Survei Status Gizi Indonesia 2024)

19 Juni 2025   09:49 Diperbarui: 19 Juni 2025   23:23 229
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Photo by Teo Zac on Unsplash 

Meskipun data stunting turun, namun pekerjaan bukan berarti selesai. Dikutip dari sehatnegeriku.kemkes.go.id, target penurunan stunting di tahun 2025 adalah 18,8% atau turun 1 % di tahun ini. Terlihat kecil, tapi butuh kolaborasi bersama untuk mencapainya.

Adapun daerah yang membutuhkan perhatian lebih dan usaha yang lebih keras adalah 6 provinsi yang memiliki kasus stunting terbanyak yaitu Jawa Barat (638.000 balita), Jawa Tengah (485.893 balita), Jawa Timur (430.780 balita), Sumatera Utara (316.456 balita), Nusa Tenggara Timur (214.143 balita), dan Banten (209.600 balita).

Dalam menangani stunting, banyak pihak yang berperan. Kolaborasi masih menjadi kunci untuk mengatasi masalah gizi kronis ini. Apalagi sebenarnya stunting adalah masalah yang seharusnya sudah ditangani sejak wanita usia subur, bahkan sejak masa-masa sebelum kehamilan terjadi. Wanita usia subur yang mengalami anemia (hb dibawah normal), dan kurang energi kronis (KEK) dapat meningkatkan risiko bayi yang dilahirkan mengalami stunting.

Perlu diketahui bahwa penyebab utama stunting pun tidak hanya dari segi asupan gizi, namun juga ada faktor lain seperti infeksi, sosial ekonomi, pendidikan, lingkungan, dan akses layanan kesehatan. Hal ini menandakan bahwa pemberian makan bergizi saja belum cukup untuk menangani masalah gizi terutama pada balita, sebab jika dilihat dari karakteristik ada faktor seperti ekonomi yang juga perlu ditangani. 

Data-data tersebut juga tercantum dalam SSGI, dan bisa menjadi perencanaan serta pembuat kebijakan untuk langkah berikutnya. Mudah-mudahan status gizi balita dan umumnya pada sasaran rawan gizi lain (bayi, balita, remaja putri, ibu hamil, ibu menyusui, lanjut usia) bisa semakin membaik dan perwujudan generasi emas di tahun 2045 benar-benar nyata.

Salam,

Listhia H. Rahman

Reference:

Kementerian Kesehatan. https://sehatnegeriku.kemkes.go.id/baca/umum/20250526/2247848/ssgi-2024-prevalensi-stunting-nasional-turun-menjadi-198/ diakses 19 Juni 2025

Follow Instagram @kompasianacom juga Tiktok @kompasiana biar nggak ketinggalan event seru komunitas dan tips dapat cuan dari Kompasiana. Baca juga cerita inspiratif langsung dari smartphone kamu dengan bergabung di WhatsApp Channel Kompasiana di SINI

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Healthy Selengkapnya
Lihat Healthy Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun